
Dunia Islam
Kisah Murabithun Menyelamatkan Andalusia
Para cendekiawan dan juga beberapa raja taifa di Andalusia bersurat kepada penguasa Murabithun agar memimpin jihad melawan Salibis.
Murabithun merupakan sebuah dinasti Muslim yang eksis sejak medio abad ke-11 hingga pertengahan abad ke-12 M. Wangsa yang disebut Almoravid dalam bahasa Inggris itu menguasai Maroko dan sekitarnya, termasuk sebagian Andalusia (Spanyol). Sebelum berpindah ke Marrakesh, ibu kotanya adalah Aghmat, yang terletak di Maroko tengah.
Prof Raghib as-Sirjani dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Andalusia (2013) mengatakan, Yusuf bin Tasyrifin merupakan pemimpin terbesar dalam sejarah Murabithun. Raja Muslim ini sukses membawa dinasti tersebut pada kejayaan bukan hanya di Afrika utara, melainkan juga Iberia. Pada masanya, ia berhasil membebaskan sebagian Andalusia dari tangan penguasa Salibis.
Ketika Yusuf bin Tasyrifin mengukuhkan pemerintahannya di Maroko, kondisi Andalusia betul-betul porak poranda. Di negeri seberang Selat Jabal Thariq itu, umat Islam setempat dirundung perpecahan dan pertikaian antarelite politiknya. Andalusia tidak lagi bersatu dan berdaya. Yang lahir kemudian adalah dinasti-dinasti kecil (taifa).
Menurut as-Sirjani, tidak sedikit intelektual di Andalusia yang mencermati perbedaan situasi demikian. Seorang di antaranya adalah al-Qadhi Abdullah bin Muhammad bin Adham. Hakim agung di Kordoba itu, dengan dukungan kawan-kawan sesama alim, lalu mewacanakan korespondensi dengan raja Murabithun.
Dalam suratnya, Abdullah menuturkan, betapa koyak persatuan umat Islam di Semenanjung Iberia. Bahkan, tidak sedikit taifa yang menyerahkan upeti rutin kepada kerajaan Kristen di Iberia utara setiap tahun. Padahal, pada abad-abad silam sejumlah kerajaan Salibis-lah yang memberikan persembahan tanda takluk kepada Kekhalifahan Kordoba--pusat kekuasaan Islam di Andalusia.
Isi surat itu tidak hanya menggambarkan keadaan Iberia kepada Yusuf bin Tasyrifin. Sang penguasa Murabithun juga diajaknya untuk datang ke Andalusia dan turut berjihad membela kehormatan Islam. Caranya dengan mengusir para Salibis-agresor dari wilayah-wilayah taifa.

Selain Abdullah dan kawan-kawan, sesungguhnya pernah ada korespondensi lain dengan pemerintah Murabithun. Misalnya, surat-menyurat yang dilakukan penguasa taifa Badajoz, al-Mutawakil ‘Alallah bin al-Afthas. Kepada Ibnu al-Afthas, Yusuf bin Tasyrifin membalas surat tersebut. Ia berjanji membantu taifa Badajoz.
Maka, permintaan jihad yang ditawarkan al-Qadhi dan kawan-kawan pun direspons pula oleh Yusuf. Berawal dari semua surat-menyurat itulah, penguasa Murabithun tersebut kian bersemangat membaskan wilayah-wilayah Andalusia yang sedang diduduki Salibis.
Pengerahan pasukan
Pada 1086, balatentara Murabithun tiba di Andalusia. Ibnu Tasyrifin langsung mengadakan pertemuan dengan para pemuka taifa yang tersisa. Termasuk di antara mereka adalah al-Mu’tamid bin Abbad.
Pemimpin taifa Seville itu sebenarnya berada dalam posisi yang riskan. Di satu sisi, negerinya terus dikepung dan digempur Leon-Kastilla. Di sisi lain, kedatangan pasukan Murabithun dapat pula dimaknai pula sebagai akhir dari era negerinya. Sangat mungkin bahwa Murabithun akan menegakkan daulah baru yang dipimpin Yusuf di Andalusia.
Maka Ibnu Abbad memilih yang paling kurang berisiko. Pilihannya jatuh pada keandalan Ibnu Tasyrifi dalam mengusir kerajaan Salibis, yang hendak mencaplok Seville. Dengan perkataan lain, presiden taifa ini merasa lebih baik menjadi tawanan Murabithun daripada tawanan Leon-Kastilla.
Keputusan Ibnu Abbad disambut baik pemimpin-pemimpin taifa lainnya. Al-Mutawakil, penguasa Badajoz, pun setuju dengannya. Demikian pula, Abdullah bin Buliqin sang pemimpin Granada. “Dengan begitu, Granada, Seville, dan Badajoz praktis menjadi kekuatan Islam besar yang sepakat untuk meminta bantuan kepada orang-orang Murabithun,” tulis as-Sirjani.
Inisiatif baik itu pun disambut luas. Maka, terhimpunlah kekuatan militer yang dipandang mampu menyaingi kerajaan-kerajaan Kristen Iberia. Jumlah pasukan aliansi Murabithun dan para taifa itu mencapai ratusan ribu personil.

Dipimpin Yusuf bin Tasyrifi, mereka semua berarak ke utara hingga tiba di daerah Zallaqa. Dalam bahasa lokal, kawasan itu dinamakan pula Sagrajas. Inilah medan pertempuran yang amat menentukan nasib kejayaan Islam di bumi Eropa.
Orang-orang Kristen sudah siap menyambut kedatangan Yusuf bin Tasyrifi. Jumlah musuh ini diperkirakan mencapai 80 ribu pasukan. Mereka dikomandoi Raja Alfonso VI.
Penakluk taifa Toledo itu sebenarnya sedang memimpin pengepungan bentang Zaragoza. Namun, begitu mendengar adanya pengiriman pasukan dari seberang sana, Alfonso VI lebih memilih untuk menghadapi Muslimin. Sebelum tiba di palagan, ia juga berkomunikasi dengan penguasa Aragon. Maka semakin banyak kelompok yang menentang Muslimin.
Di Lembah Sagrajas, Yusuf pertama-tama mengirimkan duta kepada Alfonso VI. Tujuannya untuk menyampaikan surat kepada sang panglima musuh. Isinya mengajak yang bersangkutan untuk memeluk Islam atau—apabila enggan menjadi Muslim—membayar jizyah. Membaca itu, raja Leon-Kastilla itu murka. Dengan penuh amarah, dibantingnya surat itu. Dari lisannya, keluar deklarasi perang terbuka.
Kemenangan besar
Tepat pada 23 Oktober 1086 M, perang terjadi di Sagrajas, sekira arah utara taifa Badajoz. Dalam palagan ini, aliansi Muslimin--yakni Dinasti Murabithun dan sejumlah taifa--melawan aliansi Kristen yang mencaplok sebagian Andalusia. Raja Murabithun, Yusuf bin Tasyrifin menerapkan strategi dengan cermat. Pertama-tama, ia membagi pasukan Islam ke dalam tiga divisi.
Yang pertama dipimpin Mu’tamid bin Abbad. Yang kedua dikendalikan dirinya. Adapun yang ketiga terdiri atas kalangan ksatria dari daerah sub-sahara Afrika. Mereka memang sengaja diikutsertakan sejak menyeberangi Selat Jabal Thariq hingga akhirnya sampai di Sagrajas, Iberia.
Kelompok yang terdiri atas divisi pertama memerangi Alfonso VI hingga sore menjelang. Sebelum petang turun, Ibnu bin Tasyrifin maju mengitari sisa-sisa kekuatan raja Leon-Kastille. Jadilah pasukan Salibis terkepung.
Musuh pun panik. Bahkan, Alfonso VI sendiri ikut kebingungan. Melihat gelagat itu, Ibnu Tasyrifin segera menyuruh pasukannya untuk membabat habis lawan.
Lebih dari separuh dari total pasukan Salibis di palagan Sagrajas ini tewas. Beberapa sumber menyatakan, usai pertempuran itu hanya ada 500 prajurit yang dapat kembali ke Kastilla. Di antara mereka yang tewas adalah Count Rodrigo Munoz dan Vela Ovequez. Sementara itu. Raja Alfonso VI mengalami cedera yang cukup parah, khussunya pada tungkai kakinya. Hal itu menyebabkannya pincang hingga akhir hayatnya.
Pihak Murabithun memang menang, tetapi harus kehilangan banyak personil. Batalion yang dipimpin oleh Dawud bin Aysa nyaris tak tersisa. Kamp-kampnya sudah luluh lantak bahkan sebelum pengepungan atas Alfonso VI.
Amir Badajoz, al-Mutawakkil bin al-Aftas juga bertempur dengan gagah berani. Inilah momentum penting ketika para pemuka taifa yang biasanya larut dalam persaingan atau bahkan konflik, menjadi bersatu. Dinasti Murabithun mengambil peran sejarah sebagai jembatan perbedaan. Sekaligus pula menyelamatkan kedaulatan dan kejayaan Islam di Bumi Iberia. Hingga akhirnya, pada 1400-an syiar agama tauhid benar-benar meredup, seiring dengan Gerakan Reconquista.
Inilah momentum penting ketika para pemuka taifa yang biasanya larut dalam persaingan atau bahkan konflik, menjadi bersatu. Dinasti Murabithun mengambil peran sejarah sebagai jembatan perbedaan.
Pertempuran itu merupakan kemenangan yang menentukan bagi Murabithun. Namun, umur dinasti ini tidak lama setelah itu. Usai palagan ini, Yusuf bin Tasyrifi kembali ke Afrika utara. Malahan, kepulangannya itu agak lekas karena kabar kematian seorang ahli warisnya.
Sejak saat itu, Andalusia memasuki babak sejarah baru, yakni daulah Bani Murabithun. Ketika situasi kian stabil pada 1200-an atau 1300-an, bagian Muslim dari Semenanjung Iberia ini melahirkan banyak pencapaian peradaban.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kemenag: Saudi Berhak Atur Pakaian Jamaah Perempuan
Jamaah perempuan diminta untuk mengenakan pakaian yang lebar dan longgar.
SELENGKAPNYAPulihkan Diri dari Hubungan Beracun
Penyembuhan diri dari hubungan yang beracun melibatkan
SELENGKAPNYAKDRT, Ironi Klasik dalam Keluarga
Semua jenis kekerasan dalam rumah tangga sangat jarang dilaporkan.
SELENGKAPNYA