Amanah Allah | Republika

Hikmah

Kemunafikan Spiritual

Tipuan itulah yang disebut sebagai kemunafikan spiritual.

Oleh HASAN BASRI TANJUNG

Sungguh, menggetarkan hati di kala membaca dengan saksama kejadian yang akan menimpa manusia di pengadilan Qadhi Rabbul Jalil pada hari kiamat. Sesuatu yang tertutup rapi dari penglihatan dan pendengaran manusia, akan terkuak dengan jelas di hadapan Allah SWT.

Sebuah dialog imajinatif antara seorang hamba dan Sang Khaliq sedemikian tampak nyata, manakala dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Tentu, apa yang dikabarkan Nabi SAW akan masa depan pastilah benar. Dalam keilmuan Islam, prediksi semacam ini disebut dengan tanabbu'atur-rasul (berita masa depan yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW).

Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadhush-Shalihin mengutip sebuah riwayat dari sahabat Nabi, Abu Hurairah RA, yang menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat nanti adalah seorang yang mati syahid. Ia dihadapkan kepada Allah dan diperlihatkan nikmat yang diterimanya. Setelah mengakui ia ditanya, 'Apa yang telah kau lakukan sehingga memperoleh nikmat itu?'

Ia pun menjawab, 'Aku berjuang di jalan-Mu dan mati syahid.' Allah berfirman, 'Engkau dusta. Kau berjuang agar digelar pemberani (jarii'un).' Lalu, Allah menyuruh malaikat menyeret dengan awajahnya dan dilemparkan ke neraka.

Kemudian, dihadirkan seorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta suka membaca Alquran. Ia dihadapkan kepada Allah dan diperlihatkan nikmat yang diterimanya. Setelah mengakui ia ditanya, 'Apa yang telah engkau lakukan sehingga mendapat nikmat seperti ini?'

Lalu ia menjawab, 'Aku telah belajar dan mengajarkan ilmu serta gemar membaca Alquran demi Engkau.' Allah berfirman, 'Engkau dusta. Kau belajar ilmu supaya disebut orang pandai dan membaca Alquran agar digelar qari', dan hal itu sudah kau dapatkan.' Allah pun menyuruh malaikat menyeret dengan wajahnya dan dilemparkan ke neraka.

Selanjutnya, datang seorang yang diluaskaan rezeki dan dikarunia berbagai macam kekayaan. Ia dihadapkan kepada Allah dan diperlihatkan nikmat yang diterimanya. Setelah mengakui ia ditanya, 'Apa yang telah engkau lakukan sehingga mendapat nikmat seperti itu?'

Ia pun menjawab, 'Aku sudah membantu semua jalan kebaikan yang Engkau ridhai.' Allah berfirman, 'Engkau dusta. Kau melakukan itu supaya disebut orang yang dermawan, dan hal itu sudah kau dapatkan di dunia.' Allah pun menyuruh malaikat menyeret orang itu dengan wajahnya dan dilemparkan ke neraka." (HR Muslim).

 
Betapa halus bisikan setan dalam hati manusia, sehingga tak terasa ia telah mengalir dalam darah dan menusuk kalbu, sehingga mampu membelokkan ketulusan niat dalam melakukan kebaikan.
 
 

Betapa halus bisikan setan dalam hati manusia, sehingga tak terasa ia telah mengalir dalam darah dan menusuk kalbu, sehingga mampu membelokkan ketulusan niat dalam melakukan kebaikan. Jangankan orang lain yang menerima kebaikan, bahkan orang yang bersangkutan pun seringkali tak menyadari jika ia telah tergelincir ke dalam riya' (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar) oleh khalayak ramai.

Sejujurnya, betapa pun halus getaran hati ketika beralih dari keikhlasan karena dan untuk Allah SWT kepada mengharap pujian dari manusia, disadari oleh setiap orang. Namun, kesadaran ini ditutupi oleh keindahan dan kelembutan sikap dan perkataan, asesoris dan lipstik duniawi, bahkan dihiasi simbol-simbol keagamaan yang menipu.

Tipuan itulah yang disebut sebagai kemunafikan spiritual (an-nifaaq ar-ruhii). Kondisi kejiwaan manusia yang terjerembab ke dalam kemunafikan spiritual digambarkan dengan tegas pada firman Ilahi. “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari." (QS al-Baqarah [2]: 9).

Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, “Dengan mulut yang manis, kecindan yang murah, berlagak sebagai orang yang jujur, pura-pura sebagai orang yang beriman, fasih lidah berkata-kata, dihias dengan sabda Tuhan, sabda Rasul, supaya orang percaya bahwa dia bersungguh-sungguh. Sikap pura-pura itu sudah nyata tidak dapat memperdayakan Allah, niscaya Tuhan Allah tidak dapat dikicuh. Mungkin sesama manusia dapat tertipu sementara, tetapi akan berapalah lamanya?

Tidak lama masanya mereka akan dapat melakukan berpura-pura itu, akhirnya kedok yang menutup muka mereka itu akan terbuka juga. Mereka hendak memperdayakan Allah dan orang-orang beriman, padahal dengan tidak mereka sadari, mereka telah memperdayakan diri mereka sendiri."

 
Boleh jadi, kemunafikan tersebut tidak terkuak semasa hidup di dunia, karena pengaruh, kharisma, kepiawaian dan kekuasaan, sehingga sampai akhir hayat ia tetap disanjung oleh masyarakat.
 
 

Boleh jadi, kemunafikan tersebut tidak terkuak semasa hidup di dunia, karena pengaruh, kharisma, kepiawaian dan kekuasaan, sehingga sampai akhir hayat ia tetap disanjung oleh masyarakat. Keberanian dan ketegasan dalam memimpin membuat orang kagum dan memuji sebagai pemimpin yang berani dan tidak takut terhadap tekanan pihak lain.

Kedermawanan dalam memberdayakan kaum dhuafa menjadi buah bibir di setiap sudut kota. Kepandaiannya dalam menjawab berbagai persoalan hukum agama, kepakaran dalam membahas persoalan umat, dan kemerduan suara melantunkan ayat suci, membuat orang takjub dan mengidolakannya. Namun, di pengadilan Ilahi semua kedustaan itu akan tersingkap dan mendapat ganjaran pedih seperti diceritakan oleh Nabi SAW di atas.

Akhirnya, kemunafikan itu selalu menyakitkan dan merugikan, karena ada dusta di dalamnya. Baik kemunafikan personal, kemunafikan sosial, maupun kemunafikan intelektual adalah kedustaan terhadap sesama manusia yang akan ditanya kelak di hari pembalasan.

Sedangkan, kemunafikan spiritual adalan dusta seorang hamba kepada Tuhan yang tahu segala hal tentang dirinya, sehingga tipuan tersebut akan ditampakkan dan diberi balasan yang memilukan.

Allahu a’lam bish-shawab.

Sayangkah Kita kepada Baginda Rasul?

Baginda terlahir sebagai sebuah rahmat terbesar Allah yang diturunkan ke bentangan alam semesta.

SELENGKAPNYA

Dari Mana Datangnya Rezeki

Salah jika ada orang yang memahami rezeki itu harus berupa harta.

SELENGKAPNYA

Bahaya Istidraj

Tak semua kenikmatan adalah rahmat, tetapi bisa jadi merupakan istidraj.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya