Hikmah
Mensyukuri dan Menjaga Ketersediaan Air
Kita wajib bersyukur dengan berupaya menjaga ketersedian air.
Oleh SIGIT INDRIJONO
Air adalah karunia Allah SWT untuk seluruh makhluk-Nya yang tersedia dari berbagai sumber. Sebagai suatu siklus alami air, awan yang terbentuk dari penguapan air di seluruh muka bumi kemudian menjadi hujan untuk menurunkan air yang akan meresap ke dalam bumi.
Tanah Air kita mempunyai sumber daya alam berupa air yang berlimpah. Dari hasil penelitian ternyata seluruh pelosok negeri terdapat curah hujan yang tinggi, bahkan rata-rata hujan turun selama empat hingga enam bulan per tahun.
"Dan Kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya, untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman, dan kebun-kebun yang rindang.” (QS an-Naba’ [78]: 14-16].
Air dalam bentuk hujan menghasilkan makanan seperti dijelaskan pada ayat di atas. Kita minum air dan demikian juga hewan. Dengan air kita bisa mandi dan bersuci, sehingga kita harus mensyukuri karunia-Nya ini (QS al-Waqiah [56]: 68-70), (QS al-Furqan [25]: 48-50).
Mungkin tak terbayangkan bahwa di beberapa wilayah negeri kita mengalami krisis air seperti yang terjadi saat ini. Dampaknya akan terjadi penurunan produk pertanian pangan dan masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari.
Allah SWT mempergilirkan musim hujan dan musim kemarau. Jika terjadi bencana kekeringan pada musim kemarau dan bencana banjir pada musim hujan, sebenarnya karena ulah kita dalam memperlakukan lingkungan hidup dengan tidak baik.
Karena berkurangnya area resapan air akibat perambahan hutan, penebangan pohon, atau eksplorasi tambang, maka air hujan tidak terserap ke tanah, tetapi langsung mengalir ke sungai kemudian ke laut. Terjadilah bencana banjir dan berkurangnya ketersediaan air di dalam tanah. Terjadi juga penurunan kualitas air karena pencemaran akibat pembuangan sampah dan limbah ke sungai.
Allah SWT memberikan teguran agar kita menyadari kesalahan, yaitu talah melakukan perusakan alam, dan agar berubah untuk kembali ke jalan yang benar.
Allah SWT memberikan teguran agar kita menyadari kesalahan, yaitu talah melakukan perusakan alam, dan agar berubah untuk kembali ke jalan yang benar. (QS ar-Rum [30]: 41).
Harus diakui bahwa di antara kita masih belum bijak dan hemat memanfaatkan air. Rasulullah SAW telah mencontohkan hemat dalam pemakaian air, seperti untuk wudhu dan mandi.
Sebagaimana dikatakan oleh Anas RA, “Rasulullah SAW berwudhu dengan satu mud (air) dan mandi dengan satu sha’ sampai dengan lima mud (air).” (HR Bukhari dan Muslim).
Volume satu sha’ sama dengan empat mud. Satu mud ekivalen dengan sekitar setengah liter atau lebih kurang seukuran memenuhi dua telapak tangan yang disatukan untuk menampung air.
Allah SWT berfirman pada dua ayat berikut, yaitu peringatan tentang karunia air.
Pertama, "Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya." (QS al-Mu'minun [23]: 18).
Kedua, "Katakanlah (Muhammad), ‘Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?’” (QS al-Mulk [67]: 30).
Ayat di atas merupakan peringatan bahwa Allah Yang Mahakuasa untuk memberikan karunia air. Kita wajib mensyukurinya dengan berupaya menjaga ketersedian air, yang merupakan kebutuhan seluruh makhluk, untuk mendukung kelangsungan hidup secara berkelanjutan.
Hal yang bisa dimulai dari diri sendiri sebagai perwujudan ikut menjaga dan mengelola lingkungan hidup dengan baik, yaitu hemat dan bijak menggunakan air, menjaga dan menanam pohon, tidak membuang sampah atau limbah ke saluran pembuangan air dan sungai.
Pada skala lebih besar dapat dilakukan dengan pembangunan bendungan air multifungsi guna pencegahan banjir, pengairan lahan pertanian, dan pembangkit listrik tenaga air sebagai energi terbarukan.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, maka mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan.” (HR Thabrani).
Hadis di atas berkaitan dengan karunia air hujan dan peringatan agar tidak melalaikan kewajiban zakat.
Dikisahkan seseorang mengadu kepada Imam Hasan al-Basri tentang bencana kekeringan yang menyebabkan terjadi paceklik. Kemudian beliau memberi nasihat, “Beristighfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah.”
Setelah itu, Imam Hasan al-Basri membacakan (QS Nuh [71]: 10-12). Dengan istighfar maka Allah SWT akan menurunkan karunia air dengan turunnya hujan.
Rasulullah SAW telah mengajarkan shalat Istisqa (mohon hujan), sebagaimana dikatakan Abdullah bin Zaid RA, "Beliau keluar rumah dan menuju tanah lapang kemudian shalat Istisqa, beliau menghadap kiblat dan membalik kain pakaian atasan beliau." (HR Bukhari dan Muslim).
Wallahu a'lam.
Subrogasi Menurut Fatwa DSN MUI
Subrogasi boleh dilakukan dengan syarat mengikuti ketentuan berikut.
SELENGKAPNYAMerasakan Kasih Sayang Allah
Kasih sayang Allah senantiasa meliputi kehidupan kita semua.
SELENGKAPNYA