
Resonansi
Jomblo fi Sabilillah
Menjadi jomblo fi sabilillah adalah berbeda dengan menjomblo karena keadaan.
Oleh ASMA NADIA
Kelihatannya seperti bercanda, tapi itu benar adanya. Jomblo fi Sabilillah awalnya hanya 'plesetan' di kalangan anak muda dari frasa Jihad Fi Sabilillah. Namun, jika dikaji lebih dalam, buat anak muda menjomlo adalah jihad tersendiri.
Tentu tidak mudah memutuskan menjomlo di kala remaja atau teman seusia berpacaran, nobar ke bioskop dengan pasangan, menguji adrenalin ke taman bermain bersama kekasih, atau berjalan berduaan.
Belum lagi, muncul berbagai meme atau ungkapan yang memojokkan kaum 'jombloer'. “Sandal aja punya pasangan, masak kamu enggak!”
Tentu tidak mudah memutuskan menjomlo di kala remaja atau teman seusia berpacaran, nobar ke bioskop dengan pasangan, menguji adrenalin ke taman bermain bersama kekasih, atau berjalan berduaan.
Itu baru dari segi tekanan sosial atau stimulasi dari luar. Dari dalam diri juga, setiap manusia yang sudah baligh mempunyai keinginan untuk mempunyai pasangan.
Allah SWT berfirman, dalam surah ar-Rum: 30, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Maka itu, memilih menjomlo dalam arti tidak berpacaran sebelum menikah adalah jihad yang tidak mudah bagi remaja dan pemuda Islam.
Rasulullah SAW bersabda, "Abdullah Ibnu Mas'ud RA berkata: ‘Rasulullah saw bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu (mengekang hawa nafsu seksual)'." (Muttafaq 'Alaih).
Hadis ini secara implisit menunjukkan, mempunyai pasangan adalah kebutuhan karena itu dianjurkan untuk segera menikah. Dan jika tidak mampu dianjurkan puasa. Dengan kata lain tanpa puasa, tetap bersabar tanpa ada pasangan adalah tantangan yang tidak mudah.
Pacaran? Tentu sangat tidak dianjurkan karena justru akan menstimulasi kecenderungan yang ada. Menjadi jomblo fi sabilillah adalah berbeda dengan menjomblo karena keadaan.
Jomblo karena nasib terjadi karena memang tidak bisa mempunyai pacar, nembak ditolak, suka sosok tertentu tidak berani mendekat. Akan tetapi, jomblo fi sabilillah adalah pemuda yang punya kemampuan untuk punya pacar, punya modal berpacaran, tapi menolak melakukannya karena takut berdosa dan memilih langsung menikah pada waktunya.
Jomblo fi sabilillah adalah pemuda yang punya kemampuan untuk punya pacar, punya modal berpacaran, tapi menolak melakukannya karena takut berdosa dan memilih langsung menikah pada waktunya.
Mereka yang memilih tetap menjomblo, mendekati diri pada kriteria tujuh golongan yang dilindungi Allah.
“Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
(4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh'. Dan (6) seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
Saya sempat mengadakan lomba slogan terkait jomblo fi sabilillah dalam rangka penayangan film adaptasi novel yang diterbitkan Penerbit Republika dan akan tayang di bioskop pada 14 September 2023.
Buat sebagian besar lelaki, menjomblo adalah cara menjauhkan dari perzinaan dan dosa. Bagi perempuan, mereka lebih memilih kepastian.
Ternyata tanggapan peserta cukup menunjukkan spirit bagaimana peserta memahami konsep ini.
“Aku memilih jomblo fii sabilillah daripada jatuh ke pelukan yang salah.”
“Lebih baik jomblo lalu menuju pelaminan daripada pacaran tanpa kepastian.”
“Menjomblo adalah ibadah jika diniatkan menghindari dosa.”
“Perjuangkan kejombloanmu demi jodoh terbaikmu.”
"Jagalah iman, tuk dapat jodoh idaman. Bukan lewat pacaran."
“Gak jantan kalo cuma pacaran, ayo halalkan!”
Dari kepesertaan terlihat, buat sebagian besar lelaki, menjomblo adalah cara menjauhkan dari perzinaan dan dosa. Bagi perempuan, mereka lebih memilih kepastian.
Jadi, daripada pacaran lebih baik langsung ke pelaminan. Sambil menanti bersiap, ber-jomblo fi sabilillah dahulu.
Komodifikasi Sensualitas Perempuan
Sensualitas dinilai memiliki daya tarik berbagai komoditas yang diperdagangkan.
SELENGKAPNYASosok dan Perjuangan Pak Syaf
Syafruddin Prawiranegara adalah seorang pahlawan nasional yang berperan penting pada masa revolusi.
SELENGKAPNYA