Oni Sahroni | Daan Yahya | Republika

Konsultasi Syariah

Saat Gajian, Bagaimana Mensyukurinya?

Bagaimana bentuk bersyukur saat menerima gaji?

DIASUH OLEH USTAZ DR ONI SAHRONI; Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

Assalamu’alaikum wr. wb.

Ustaz, saya ingin bertanya tentang syukur. Apakah bersyukur cukup dengan mengucapkan kata alhamdulillah saja? Bagaimana bentuk bersyukur saat menerima gaji? Mohon penjelasan Ustaz?-- Setiawan, Bogor

Wa’alaikumussalam wr. wb.

Ada banyak nikmat Allah SWT yang diterima setiap kita, bahkan sebagiannya, sering terabaikan untuk disyukuri, seperti bernafas yang menjadi sumber kehidupan. Di antara nikmat besar lain yang diterima adalah salary atau gaji yang diterima rutin ataupun tidak rutin.

Misalnya setiap kepala keluarga berkerja sebagai karyawan mendapat gaji rutin dari perusahaan pada tanggal 25. Hingga ia pun bisa tersenyum pulang dari kantor ke rumahnya menemui istri dan anak-anaknya.

Salah satu cara untuk merasakan betapa besar nikmat salary atau gaji yang kita terima itu dengan membayangkan jika salary atau gaji tersebut tidak ada atau dihentikan atau diputus atau tidak kita terima dan seluruh akibatnya terhadap keuangan keluarga.

Sesungguhnya, syukur itu wajib ditunaikan sebagaimana firman Allah SWT, “Makanlah sebagian apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu sebagai (rezeki) yang halal lagi baik dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS an-Nahl: 114).

Dan firman Allah SWT, “Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS al-Baqarah: 152).

Berikut di antara bentuk syukur yang harus dilakukan.

Pertama, ucapkan dan ungkapkan "alhamdulillah" sebagai syukur kepada Allah SWT. Salah satu bentuk syukur kepada Allah SWT dengan ridha atau lapang hati karena tidak mungkin bisa bersyukur saat tidak ridha dengan rezeki yang kita terima.

Ibnu Qayyim dalam Tahdzib Madarijus Salikin menjelaskan bahwa iman itu dua bagian besar. Bagian pertama adalah syukur dan bagian kedua adalah sabar.

Dalam Alquran ada beberapa doa dan diabadikan yang isinya meminta diberikan kemudahan untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. Di antaranya firman Allah SWT, “...Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridhai...” (QS al-Ahqaf: 15).

Kedua, ucapkan "alhamdulillah" sebagai syukur kepada keluarga (istri dan anak-anak) atas doa dan support-nya dengan menyalurkan gaji sesuai dengan peruntukannya.

Imam Hasan al-Bashri berkata, “Semoga Allah SWT merahmati seseorang yang bekerja untuk mencari harta yang halal, kemudian ia membelanjakan harta secukupnya dan menyisihkan kelebihannya untuk hari miskinnya dan saat membutuhkannya.” (Atsar riwayat Ath-Thabari).

Salah satu maksud dari atsar atau perkataan tersebut bahwa setiap orang yang mendapatkan sumber nafkah dan maisyah, seperti gaji atau salary yang didapatkannya, maka ia akan diberikan rahmat saat sumber nafkahnya halal, disalurkan dengan perencanaan keuangan, dan kemudian ia berikhtiar agar ada surplus dari gaji atau salary hingga ia bisa menyisihkan untuk hari tuanya (untuk masa tidak produktifnya) agar ia tetap survive di masa-masa tersebut.

Ketiga, ucapkan "alhamdulillah" sebagai bentuk syukur kepada perusahaan tempat bekerja karena menjadi perantara tersedianya nafkah. Mengapresiasi dan bersyukur kepada pihak lain itu menjadi tuntunan syariah, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Orang yang tidak berterima kasih kepada orang (lain) berarti ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR at-Tirmidzi).

Berdasarkan hadis ini, jika seseorang mendapatkan nikmat tidak bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara hingga nikmat tersebut diterimanya, maka ia dikategorikan tidak bersyukur kepada Allah SWT sebagai pemberi nikmat.

Atau dengan bahasa lain agar seseorang dikategorikan bersyukur kepada Allah SWT, ia harus bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat itu didapatkannya.

 
Atau dengan bahasa lain agar seseorang dikategorikan bersyukur kepada Allah SWT, ia harus bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat itu didapatkannya.
 
 

Jika syukur tersebut berbentuk kebaikan, maka selaras dengan firman Allah SWT, “Adakah balasan kebaikan selain kebaikan (pula)?” (QS ar-Rahman: 60).

Berdasarkan firman Allah ini, jika seseorang mendapatkan kebaikan seperti dengan salary yang didapatkannya rutin sebagai sumber nafkah dan biaya untuk keluarga, maka ia berkewajiban untuk membalasnya dengan kebaikan sejenis atau lebih baik kepada Allah SWT dan kepada mereka yang menjadi perantara hingga nikmat tersebut diterimanya.

Salah satu bentuk ihsan dan kebaikan tersebut bagi para karyawan adalah memberikan kinerja terbaik kepada perusahaan. Di mana perusahaan telah menentukan key performance indicator atau KPI dan indikator kinerja, maka ihsan dalam ayat tersebut berarti ia memberikan kinerja terbaik sesuai dengan KPI yang diberikan oleh perusahaan.

Oleh karena itu, menjadi pegawai atau karyawan terbaik, meluangkan waktu yang cukup, dan berdedikasi untuk perusahaan secara proporsional.

Salah satu ihsan atau budi baik lembaga tempat bekerja adalah karena tugas mencari nafkah itu dengan wasilah mereka terpenuhi, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “… Dan sesungguhnya, tidaklah engkau menafkahkan sesuatu dengan niat untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau diberi pahala dengannya, sampai apa yang engkau berikan ke mulut istrimu akan mendapat ganjaran.” (HR Bukhari dan Muslim).

Jika ketiga alhamdulillah atau syukur tersebut ditunaikan dengan baik dan ihsan, maka sebagaimana janji Allah SWT akan diberikan tambahan nikmat oleh Allah SWT. Semakin bersyukur, semakin bertambah nikmatnya. Semakin bersyukur, semakin berkecukupan.

Sebagaimana firman Allah SWT, “...Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim: 7).

Wallahu a’lam.

Sang Politisi Teladan dari Tanah Betawi

Mohammad Husni Thamrin berjuang menyuarakan kepentingan rakyat dan kebangsaan Indonesia pada era kolonial.

SELENGKAPNYA

Kesabaran Hindun Binti Amru

Suami, anak, dan saudaranya mati syahid dalam peperangan.

SELENGKAPNYA

Ibadah dan Kesempurnaan Akhlak

Ibadah yang kita lakukan seharusnya berdampak baik pada akhlak.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya