Warga melintas memakai masker untuk melindungi diri dari debu, di dekat Jembatan Penyeberangan Sepeda (JPS) sekaligus Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sudirman,Jakarta, Selasa (8/8/2023). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker | Antara/Reno Esnir

Medika

Melindungi Masa Depan Anak dari Jahatnya Polusi Udara

Otak anak masih dalam tahap tumbuh kembang, sehingga jika terganggu oleh polutan, maka fungsinya akan terganggu

Buruknya kualitas udara di kota besar membuat banyak masyarakat yang khawatir akan kesehatan diri dan keluarganya. Dokter spesialis anak, dr Darmawan Budi Setyanto, mengungkapkan bahwa ibu hamil dan janin yang dikandungnya merupakan kelompok paling rentan terhadap pajanan polutan.

Polutannya sendiri bisa berasal dari asap rokok hingga kualitas udara yang buruk, seperti yang terjadi di Jakarta beberapa waktu terakhir. Darmawan menjelaskan, polutan-polutan seperti PM2.5 atau merupakan kandungan partikel yang sangat kecil dan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan, syaraf, bahkan plasenta melalui aliran darah.

Zat-zat polutan yang menyebar di seluruh tubuh kemudian bisa memicu peradangan atau inflamasi kronik di seluruh tubuh, termasuk janin. “Adanya zat-zat asing ini menyebabkan tubuh meresponsnya dengan membentuk sistem imun yang adaptif. Lalu, akan terjadi interaksi pada zat asing itu dengan adaptive response, yang kemudian menyebabkan inflamasi atau peradangan kronik di seluruh tubuh,” kata Darmawan dalam webinar IDAI, Jumat (18/8/2023).

photo
Pekerja mengenakan masker saat beraktivitas di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada di angka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas industri di Jabodetabek serta kondisi kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir. Presiden Joko Widodo merespons kondisi tersebut dengan menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan gubernur untuk segera menangani kondisi polusi udara dengan memberlakukan kebijakan WFH untuk mengatasi emisi transportasi, mengurangi kendaraan berbasi fosil dan beralih menggunakan transportasi massal, memperbanyak ruang terbuka hijau, serta melakukan rekayasa cuaca. - (Republika/Thoudy Badai)

Ia menjelaskan, semakin muda usia seseorang terpajan polutan, risiko kesehatannya bisa semakin membahayakan. Ini artinya, ketika janin yang dikandung ibu hamil sudah sering terpapar polutan, ada kemungkinan ia terlahir prematur hingga mengalami masalah pernapasan.

“Dan dalam jangka panjang, efeknya bisa sangat hebat daya rusaknya. Seperti risiko terjadinya kanker pada anak, dan meningkatkan risiko penyakit jantung atau diabetes pada saat dewasa nanti,” kata Darmawan.

Pada intinya, Darmawan menjelaskan, polusi udara berdampak negatif pada anak-anak. Di antaranya berdampak buruk pada pembelajaran, kesehatan, hingga kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan. Anak-anak juga sangat rentan terhadap efek kesehatan dari polusi udara, karena mereka memiliki laju pernapasan yang lebih cepat daripada orang dewasa.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pandemic Talks (@pandemictalks)

Tubuh mereka yang lebih kecil pun menghasilkan asupan polutan udara yang lebih besar secara proporsional dibandingkan dengan orang dewasa. Darmawan menambahkan, anak dan ibu hamil juga bisa berisiko terpajan polutan berbahaya dari rumah.

Adapun yang paling sering terjadi adalah pajanan dari asap rokok atau produk tembakau lain, yang diketahui mengandung lebih dari 4.000 racun. Asap rokok yang terhirup secara berkala oleh anak dan ibu hamil bisa menyebabkan inflamasi bukan hanya di sistem pernapasan, melainkan juga plasenta.

“Makanya kalau ibu hamil terpajan asap rokok baik dari suaminya, atau ibu hamilnya sendiri merokok, si janin itu juga kebagian racunnya. Jadi, jangan sampai di luar sudah buruk kualitas udaranya, di dalam rumah juga ditambah oleh asap rokok. Itu semakin menempatkan anak dan ibu hamil pada risiko kesehatan berbahaya,” kata Darmawan.

Penurunan IQ

Bahaya polusi dalam paparan jangka panjang ternyata juga berdampak buruk pada kecerdasan anak. Menurut Darmawan. polusi udara bisa menyebabkan gangguan mental dan tingkah laku serta gangguan kecerdasan pada anak.

Selain itu, menurut dia, IQ anak juga berisiko menjadi lebih rendah dari seharusnya. Anggota Unit Kerja Koordinasi Respirasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini menjelaskan, pajanan polusi yang dihirup oleh anak tidak hanya berisiko merusak sistem pernapasan, tapi juga sistem saraf pusat.

Pasalnya, otak anak-anak masih dalam tahap tumbuh kembang sehingga jika terganggu oleh polutan, fungsinya akan terganggu. “Saat fungsinya sudah terganggu, itu akan berdampak pada terganggunya kognisi anak, begitu pun mental dan kelakuannya bisa terganggu. Dan IQ-nya bisa menjadi lebih rendah daripada yang seharusnya dia punya,” kata Darmawan. 

Dalam beberapa hari terakhir, kualitas udara di Jakarta dan beberapa kota besar di Jakarta sedang disorot karena semakin memburuk. Mengacu pada Air Quality Index, kualitas udara di Jakarta pernah mencapai 164 poin yang diklasifikasikan tidak sehat dan berada di zona merah.

Menyikapi hal ini, Darmawan, mengimbau orang tua untuk menjaga anaknya agar tidak terlalu banyak terpapar udara buruk. Caranya dengan memakaikan masker pada anak dan tidak keluar rumah, kecuali ada kebutuhan mendesak seperti sekolah.

“Kalau semisal ada les, dilakukan di rumah saja. Usahakan tidak membawa anak melakukan mobilitas yang banyak. Dan bisa juga pakaikan masker ke anak, boleh masker kain, masker bedah, tapi yang lebih bagus masker N95 karena bisa melindungi dari paparan partikel yang kecil,” kata Darmawan.

Selain itu, ia juga mengajak orang tua untuk lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak. Di tengah buruknya kualitas udara seperti sekarang, dokter Darmawan mengatakan bahwa asupan makanan dan minuman sehat sangatlah penting karena dapat membantu membuang racun di tubuh.

“Dan mohon orang tua jangan menambah polutan di dalam rumah. Jangan merokok di dalam rumah apalagi di dekat anak, atau juga membakar sampah di halaman rumah. Karena akan semakin dahsyat dampak kesehatannya bagi anak,” kata Darmawan.

 

 
Pakaikan masker ke anak, yang lebih bagus masker N95. 
 
DR DARMAWAN BUDI SETYANTO, Dokter Spesialis Anak. 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Polusi dan Kesehatan Mental yang Memburuk

Polusi udara yang terhirup masuk ke saluran pernapasan dapat memicu terjadinya perubahan pada area-area otak yang mengontrol emosi.

SELENGKAPNYA

Penelitian Akbar Sasar Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan

Penelitian yang didapat akan membantu pengembangan satelit GeoXO baru yang dikembangkan NOAA dan NASA.

SELENGKAPNYA

Polusi, Tersangka Utama Penyebab Peningkatan Demensia

Efek polusi udara lebih kuat terhadap kondisi demensia daripada yang lain.

SELENGKAPNYA

Jangan Ada Lagi Polusi, Islam Perintahkan Rawat Bumi

Menjaga alam dan lingkungan merupakan bagian dari ibadah

SELENGKAPNYA