
Resonansi
Diplomasi Wirid dan Zikir di Kudeta Niger
Ada banyak faktor yang berkontribusi pada keberhasilan diplomasi wirid dan zikir.
Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI
Ulama dan tokoh agama di Afrika, utamanya Afrika Barat, tampaknya masih berperan besar. Pandangan dan pendapat mereka sangat diperlukan, dan yang lebih penting, didengar dan dilaksanakan. Bukan hanya di bidang sosial-kemasyarakatan, tapi juga yang menyangkut soal politik dan keamanan.
Terbaru adalah ketika pemimpin kudeta di Niger, Jenderal Omar Abdul Rahman Tiani, bertemu Sheikh Abu Bakar Umaru dan Sheikh Muhammad Sanusi pada 11 Agustus lalu. Sheikh Umaru merupakan ulama dan Sultan Emirat Damgharam di Niger dan Sheikh Sanusi adalah pemimpin Tarekat Tijaniyah dan mantan Emir Emirat Kano di Nigeria.
Pertemuan yang berlangsung di Niamey, ibu kota Niger, itu sangat mengejutkan banyak pihak. Sebelumnya, pemimpin kudeta menolak bertemu dengan berbagai delegasi dari luar negeri, termasuk dari Pemerintah Nigeria, tetangga Niger. Sheikh Sanusi mengatakan pertemuannya dengan pemimpin kudeta merupakan upaya pribadi dan hanya mewakili dirinya sendiri.
Sejak pertemuan dengan Sheikh Umaru dan Sheikh Sanusi, pemimpin kudeta silih berganti menerima sejumlah ulama dan tokoh Islam lain, yang berusaha mendorong penyelesaian krisis di Niger secara damai. Mereka, antara lain, Sultan Emirat Sokoto yang juga Ketua Dewan Tertinggi Urusan Islam di Nigeria, Sheikh Saad Abu Bakar. Juga tokoh-tokoh Islam dari Nigeria Utara, khususnya yang bersuku Hausa yang tinggal di wilayah antara Nigeria Utara dan Niger Selatan.
Menurut media setempat, Istighatsah ini yang kedua, diikuti puluhan ribu penduduk Niamey yang memenuhi jalanan, pelataran, dan di dalam masjid.
Di dalam negeri, berbagai asosiasi dan lembaga Islam di Niger pun menggelar shalat sunah berjamaah dan doa bersama setelah shalat Jumat lalu di Masjid Agung Niamey. Menurut media setempat, Istighatsah ini yang kedua, diikuti puluhan ribu penduduk Niamey yang memenuhi jalanan, pelataran, dan di dalam masjid.
Masih mengutip media di Niger, Federasi Islam dan para pemimpin Muslim negara itu telah menyerukan kepada segenap warga untuk berpuasa Senin-Kamis, membaca Alquran, dan berdoa demi keselamatan bangsa dan negara. Mereka juga akan mengadakan istighatsah yang lebih besar pada Jumat mendatang. Hingga sekarang kudeta berjalan damai, tak ada yang meninggal dunia.
Para pengamat di Niger meyakini kunjungan sejumlah tokoh agama ke Niamey, yang mereka sebut sebagai ‘Diplomasi Wirid dan Zikir’, telah memberi tekanan kepada Presiden Nigeria Asiwaju Bola Ahmed Tinubu. Presiden Tinubu sejak Juli lalu juga menjabat Ketua Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat atau Ecowas (Economic Community of West African) yang beranggotakan 15 negara.
Pada mulanya, Presiden Tinubu setuju Ecowas menggunakan kekuatan militer guna memulihkan konstitusi dan demokrasi di Niger, dengan mengembalikan kekuasaan Presiden Muhammad Bazoum yang digulingkan militer. Namun, kini ia lebih mengutamakan penyelesaian secara diplomatis untuk mencegah konfrontasi langsung antara otoritas baru di Niger dan kelompok Ecowas.
Ancaman penggunaan kekuatan militer pertama kali diputuskan ketika para anggota Ecowas menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) darurat pada 30 Juli di Abuja, ibu kota Nigeria. Mereka memberi ultimatum kepada para pemimpin kudeta agar memulihkan kekuasaan Presiden Bazoum yang digulingkan pada 26 Juli lalu.
Sejarawan dan pengamat sosial Nigeria, Baba Bala, menyatakan ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan ‘Diplomasi Wirid dan Zikir’. Utamanya yang dilakukan Sheikh Sanusi, yang memiliki hubungan dekat dengan banyak pemimpin tradisional di Niger. Antara lain dengan Keemiran Damgharam yang dipimpin Sheikh Abu Bakar Umaru. Sheikh Umaru mempunyai pengaruh besar di Niger, termasuk di kalangan penguasa dan militer.
Para pemimpin Tarekat Tijaniyah sangat dipatuhi dan dihormati oleh masyarakat umum maupun para pemimpin politik, termasuk oleh para pemimpin kudeta sekarang ini.
Faktor lain yang turut menyukseskan diplomasi Sheikh Sanusi, menurut media Nigeria Premium Times, adalah statusnya sebagai pemimpin Tarekat Tijaniyah yang memiliki banyak pengikut di Afrika Barat, terutama di Nigeria dan Niger. Para pemimpin tarekat ini sangat dipatuhi dan dihormati oleh masyarakat umum maupun para pemimpin politik.
Termasuk oleh para pemimpin kudeta sekarang ini, yang mungkin berharap mendapatkan lebih banyak dukungan di kalangan para pengikut tarekat tersebut. Apalagi di kawasan ini, masyarakat lebih setia kepada para pemimpin spiritual dibandingkan dengan para penguasa dan pemimpin politik yang selalu dicurigai membawa kepentingan asing.
Jumlah umat Islam di Niger mencapai 99,3 persen dari sekitar 25 juta penduduk. Sedangkan umat Islam di Nigeria jumlahnya sekitar 53 persen dari 213,4 juta jiwa (sensus 2021). Menurut pengamat di Niger, para warga di kedua sisi perbatasan kedua negara — Niger dan Nigeria — terhubung oleh ikatan darah, agama, dan budaya. Para sheikh dan ulama pun menempati posisi terhormat di kalangan umat Islam di dua negara.
Islam sampai Afrika pada abad pertama Hijriyah, melalui para pedagang Islam dan misi dakwah Uqba bin Nafi ke Afrika Utara — Aljazair, Tunisia, Libya, dan Maroko — pada masa Khalifah Muawiyah dan Yazid dari Bani Umayyah. Dari sini, Islam lalu masuk ke Afrika sub-Sahara, termasuk ke Niger dan Nigeria.
Afrika sub-Sahara adalah sebutan Benua Afrika selain negara-negara Afrika Utara. Penjajah Eropa menyebutnya sebagai Black Africa, istilah yang mengandung makna rasialis dan penghinaan.
Pada abad ke-15, Islam semakin berkembang di Niger, melalui Kesultanan Songhai di barat dan pengaruh perdagangan trans-Sahara dari Maroko dan Mesir. Suku Tuareg lalu menyebarkan Islam dari utara dan kemudian menguasai wilayah luas yang subur dari Kekaisaran Kanem di wilayah Borno pada abad 17.
Kehidupan sufi yang mewarnai Kekhalifahan Sokoto — di wilayah Nigeria sekarang — juga sangat mempengaruhi Suku Zarma dan Hausa, yang tersebar di Niger dan Nigeria.
Kota Sai, yang dibelah Sungai Niger, menjadi pusat praktik sufistik dan Mazhab Maliki, yang dibawa para ulama Suku Fula atau Fulani, yang banyak tinggal di Afrika Barat dan Afrika Tengah, pada abad ke-18.
Pada abad-19, Tarekat Qadiriyah juga berkembang di utara dan timur Niger, serta wilayah-wilayah yang di bawah kendali Kekhalifahan Sokoto. Pada dua dekade pertama abad ke-20, Tarekat Tijaniyah pun menyebar di barat Niger.
Meskipun Niger merupakan negara sekuler, tapi pemerintah selalu memperhatikan kepentingan umat Islam. Misalnya, mendanai pendirian Universitas Islam Niger di Sai pada 1970-an. Hari-hari besar Islam pun menjadi hari libur nasional. Umat Islam Niger adalah Ahlu Sunah wal Jamaah, bermazhab Maliki, dan kebanyakan pengikut Tarekat Tijaniyah.
Dengan eksistensi umat Islam seperti itu, tak aneh bila ulama pun sangat dihormati. Bahkan sering kali berperan penting menengahi perbedaan pendapat atau konflik kepentingan. Misalnya yang terjadi antara para pemimpin kudeta di Niger dan Ecowas yang diketuai Presiden Nigeria sekarang ini.
Dengan eksistensi umat Islam seperti itu, tak aneh bila ulama pun sangat dihormati. Bahkan sering kali berperan penting menengahi perbedaan pendapat atau konflik kepentingan.
Apalagi para ulama di dua negara bertetangga -- Niger dan Nigeria -- itu mempunyai hubungan yang sangat erat. Mereka khawatir bila ancaman Ecowas benar-benar dilancarkan, maka akan menyebabkan perang bukan hanya di Niger, tapi juga perang regional di kawasan negara-negara Afrika Barat. Terlebih lagi Mali dan Burkina Faso, dua negara tetangga Niger, telah menyatakan menolak intervensi militer Ecowas dan akan ikut bertempur bersama Niger.
Maka, kalau terjadi perang yang akan menderita sejatinya adalah rakyat di negara-negara Afrika Barat, terutama tentu saja rakyat Niger. Mereka selama ini sudah miskin dan menderita karena berbagai sebab — kolonialisme Barat, perebutan kekuasaan (kudeta), kerakusan penguasa, dan yang lebih mengerikan adalah serangan berbagai kelompok teroris bersenjata.
Menurut sejumlah sumber, serangan kelompok-kelompok teroris bersenjata di wilayah Sahel (gurun) — terutama di Niger, Burkina Faso, Mali — telah meningkat tujuh kali lipat sejak 2017. Berbagai serangan teroris itu telah membuat ketegangan dan ketidakstabilan kawasan Sahel yang, parahnya, telah dijadikan titik konflik di antara para kekuatan global mencari pijakan atau ekspansi di Benua Afrika – Eropa (Prancis), AS, Rusia, dan Cina.
Karena itu bisa dipahami bila kelompok-kelompok teroris bersenjata susah dibasmi karena ada yang ‘memelihara’, seperti Bako Haram, Harakah Anshar ad Dien, Jamaah Nashratu al Islam wal Muslimin, Tanzim al Qaida fi Daulah al Maghrib, Harakatu al Hijrah wat Tauhid, Tanzimu ad Daulah al Islamiyah, dan seterusnya.
Jadi, meskipun para ulama itu senjatanya mungkin ‘hanya wirid dan zikir’, tapi bisa jadi justru lebih ampuh untuk mencegah terjadinya perang.
Mengenali Jasad Brigadir Mallaby dari Arloji
Jenazah Brigadir Mallaby sangat sulit dikenali. Tubuhnya hangus dan hancur.
SELENGKAPNYAMUI: Khamar Itu Diharamkan karena Zatnya Bukan karena Sekadar Memabukkan
Kalau sebuah produk berasal dari perasan anggur itu dikatakan Nabidz tidak ada dasarnya itu.
SELENGKAPNYARiwayat Sang Panglima Besar
Keteladanan Jenderal Besar Sudirman menjadi sumber inspirasi yang tak habis-habis.
SELENGKAPNYA