Pekerja mengenakan masker saat beraktivitas di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada diangka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas | Republika/Thoudy Badai

Medika

Dampak Horor Polusi Udara

Efek polusi terhadap paru-paru bukanlah perkara sepele.

Polusi udara diketahui bisa menyebabkan dampak pada tubuh, tidak terkecuali untuk kulit. Spesialis kulit, kelamin, dan estetik Dr Arini Astasari Widodo SM SpKK mengatakan, partikel-partikel dari polusi udara dapat menyebabkan reaksi peradangan, gatal-gatal, kemerahan, bahkan masalah kulit seperti dermatitis atau eksim.

Kemudian polusi pabrik batu bara juga disebut bisa berdampak serupa pada kulit. Bukan hanya warga sekitar pabrik, melainkan juga pegawai pabriknya sendiri juga bisa terkena risiko serupa.

Hal ini mengacu pada dugaan penyakit kulit yang diderita warga Rusunawa Marunda, Jakarta. “Benar, polusi udara yang berasal dari pabrik batu bara dapat berdampak pada kulit,” kata Arini dalam keterangan tertulis kepada Republika, dikutip Selasa (15/8/2023).

photo
Puluhan warga Rusunawa Marunda alami sakit kulit dan gatal-gatal diduga imbas dari polusi udara dan debu batubara, Selasa (15/8/2023) - (Republika/Fergi Nadira)

Arini menjelaskan, debu dan partikel-partikel halus dari pembakaran batu bara mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat merusak skin barrier kulit. Ini bisa menyebabkan peradangan, gatal-gatal, kemerahan, dan masalah kulit lainnya.

Para pegawai pabrik batu bara yang terpapar polusi tersebut juga memiliki risiko mengalami efek serupa pada kulit mereka, bergantung pada tingkat paparan dan lamanya kontak dengan polusi tersebut. Jenis-jenis polutan berbahaya yang dapat ditemukan dari pabrik batu bara dan berdampak pada kulit, antara lain, sebagai berikut.

1. PM

Partikulat halus dapat menempel pada kulit dan menyumbat pori-pori, menyebabkan iritasi dan peradangan. Partikel PM2.5 yang sangat kecil dapat menembus kulit dan berpotensi menyebabkan stres oksidatif serta memperburuk kondisi kulit seperti jerawat dan eksim.

2. Sulfur Dioksida (SO2)

SO2 dapat menyebabkan iritasi kulit, terutama pada individu dengan sensitivitas kulit yang tinggi. Kontak langsung dengan SO2 dalam udara yang tercemar juga dapat memicu atau memperburuk peradangan pada kulit.

photo
Puluhan warga Rusunawa Marunda alami sakit kulit dan gatal-gatal diduga imbas dari polusi udara dan debu batu bara, Selasa (15/8/2023) - (Republika/Fergi Nadira)

 3. Oksida Nitrogen (NOx)

Oksida nitrogen dapat menyebabkan peradangan pada kulit dan merusak lapisan permukaan kulit. NO2 juga dapat berinteraksi dengan senyawa organik lain dalam udara untuk membentuk senyawa yang merusak kulit.

4. Karbon Monoksida (CO)

Paparan CO dapat mengurangi pasokan oksigen ke seluruh tubuh, termasuk kulit. Hal ini dapat mengganggu fungsi sel-sel kulit dan memperlambat proses penyembuhan.

5. Senyawa Organik Volatil (VOC)

Beberapa VOC dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak lapisan pelindung kulit. Mereka juga dapat bereaksi dengan sinar matahari untuk membentuk ozon permukaan, yang dapat merusak jaringan kulit dan mempercepat penuaan kulit.

photo
Puluhan warga Rusunawa Marunda alami sakit kulit dan gatal-gatal diduga imbas dari polusi udara dan debu batu bara, Selasa (15/8/2023) - (Republika/Fergi Nadira)

6. Logam Berat

Logam berat seperti merkuri dan arsenik dapat merusak sel-sel kulit dan mengganggu fungsi normal. Merkuri, misalnya, dapat mengganggu sintesis kolagen dan elastin, menyebabkan penurunan elastisitas kulit.

7. Hidrokarbon Aromatik Polisiklik (PAH)

PAH dapat berinteraksi dengan kulit dan menyebabkan peradangan serta stres oksidatif. Beberapa PAH juga memiliki sifat karsinogenik dan dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

8. Gas Rumah Kaca

Meskipun CO2 bukanlah polutan langsung, perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi CO2 dapat berdampak pada kesehatan kulit. Peningkatan suhu dan radiasi UV yang lebih intens dapat menyebabkan kulit lebih rentan terhadap kerusakan sinar matahari dan perkembangan kondisi seperti hiperpigmentasi.

Secara keseluruhan, paparan polutan dari lingkungan dapat merusak fungsi pelindung alami kulit. Ini bisa menyebabkan peradangan, stres oksidatif, dan merusak kolagen serta elastin, yang penting untuk kulit yang sehat.

Terjadinya kerusakan ini dapat mengakibatkan penuaan dini, iritasi, kulit kering, jerawat yang lebih parah, eksaserbasi kondisi kulit yang sudah ada, bahkan meningkatkan risiko penyakit kulit serius. Karena itu, penting bagi individu untuk melindungi kulit dari paparan polutan dengan menggunakan perlindungan kulit yang tepat, menjaga kebersihan kulit, dan mengadopsi gaya hidup sehat.

 

 
Debu dan partikel halus dari pembakaran batubara mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat merusak skin barrier kulit.
 
DR ARINI ARTASARI WIDODO SM, SPKK, Spesialis kulit, kelamin, dan estetik. 
 
 

 

Efek Polusi Bagi Paru-Paru

photo
Papan informasi Indeks Pencemaran Udara terpasang di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada di angka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas industri di Jabodetabek, serta kondisi kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir. Presiden Joko Widodo merespons kondisi tersebut dengan menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan gubernur untuk segera menangani kondisi polusi udara dengan memberlakukan kebijakan WFH untuk mengatasi emisi transportasi, mengurangi kendaraan berbasi fosil dan beralih menggunakan transportasi massal, memperbanyak ruang terbuka hijau, serta melakukan rekayasa cuaca. - (Republika/Thoudy Badai)

Tak hanya berdampak buruk bagi kulit, paru-paru juga berpotensi menjadi organ yang sangat terdampak dari buruknya poluis udara. Dokter spesialis paru dan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Erlina Burhan, mengungkapkan bahwa efek polusi terhadap paru-paru bukanlah perkara sepele.

Dalam penjelasannya, Erlina mengungkapkan bahwa tingkat keparahan dampak polusi pada paru-paru dapat dipengaruhi oleh berbagai kombinasi faktor yang kompleks. “Efek polusi terhadap paru-paru tidaklah main-main. Tingkat keparahannya sendiri dipengaruhi berbagai kombinasi,” kata Erlina dilansir dari akun Twitter pribadinya, Selasa (15/8/2023).

Dalam penjelasannya, Erlina menyebutkan bahwa faktor-faktor berikut memiliki peran penting dalam menentukan tingkat keparahan dampak polusi pada paru-paru:

1. Tingkat dan durasi paparan.

2. Polutan spesifik yang ada.

3. Status kesehatan individu.

4. Kondisi paru-paru yang sudah ada sebelumnya.

Erlina juga menguraikan tujuh cara bagaimana polusi udara dapat memengaruhi paru-paru dengan dampak yang serius:

photo
Kondisi polusi di langit Jakarta terlihat dari Gedung Perpustaakan Nasional, Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada di angka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas industri di Jabodetabek, serta kondisi kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir. Presiden Joko Widodo merespon kondisi tersebut dengan menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan gubernur untuk segera menangani kondisi polusi udara dengan memberlakukan kebijakan WFH untuk mengatasi emisi transportasi, mengurangi kendaraan berbasi fosil dan beralih menggunakan transportasi massal, memperbanyak ruang terbuka hijau, serta melakukan rekayasa cuaca. - (Republika/Thoudy Badai)

1. Penurunan fungsi paru-paru secara bertahap. Paparan polusi udara dapat menyebabkan penurunan fungsi paru secara bertahap. Paru-paru tidak dapat menjalankan fungsinya secara optimal, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan menurunnya ketahanan fisik dan kualitas hidup individu.

2. Peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan, seperti ISPA, pneumonia, dan bronkitis, terutama pada anak-anak dan orang tua.

3. Serangan asma lebih sering dan parah saat terpapar udara yang tercemar. Polusi udara dapat memicu serangan asma.

4. Paparan polusi udara jangka panjang dikaitkan dengan risiko perkembangan penyakit paru kronis, seperti COPD atau PPOK. Ini ditandai dengan keterbatasan aliran udara, bronkitis kronis, dan emfisema.

5. Meningkatnya risiko kanker dari karsinogen di udara karena kontak yang terlalu lama.

6. Gangguan perkembangan paru pada anak yang bertahan hingga dewasa.

7. Risiko komplikasi parah dan rentan gejala pada orang yang telah memiliki kondisi paru-paru kurang baik, penyakit kardiovaskular, atau masalah kesehatan kronis lainnya.

Erlina mengingatkan akan pentingnya menjaga lingkungan dan mencari solusi efektif untuk mengatasi polusi udara. Langkah-langkah pencegahan dan pengurangan polusi perlu diambil secara bersama-sama untuk melindungi kesehatan paru-paru dan kualitas hidup masyarakat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Menimbang Efektivitas WFH Sebagai ‘Obat’ Polusi Udara

Presiden Jokowi menawarkan perkantoran untuk kembali menerapkan WFH.

SELENGKAPNYA

Mengenang Jakarta Tanpa Polusi

Jakarta sempat lama jadi kota taman yang asri dan menyejukkan.

SELENGKAPNYA

Jakarta Jadi Lembah Polusi Udara

EVA RIANTI, RONGGO ASTUNGKORO

SELENGKAPNYA