
Nusantara
'Banyak Petani Cirebon Tinggalkan Sawah'
Saat musim kemarau, lahan pertanian tidak mendapatkan suplai air secara maksimal.
CIREBON – Sektor pertanian Indonesia dihadapkan pada permasalahan alih fungsi lahan dan berkurangnya jumlah petani. Tantangan itu harus segera diatasi demi menjaga ketahanan pangan.
Berkurangnya jumlah petani, salah satunya terjadi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Cirebon sedang berupaya untuk melakukan regenerasi petani. Bupati Cirebon, Imron, menekankan, regenerasi petani penting dilakukan untuk menjaga produktivitas pertanian serta mencegah krisis pangan.
Imron menyebutkan, sebagian besar petani di Kabupaten Cirebon kini mulai meninggalkan pekerjaannya. Hal tersebut terjadi karena sektor pertanian dinilai tidak lagi menjanjikan bagi para pelakunya.
‘’Sebaliknya, pertanian menjadi salah satu sektor yang bertahan dalam kondisi apa pun, termasuk saat pandemi Covid-19,’’ kata Imron, kemarin.

Imron meminta kepada pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi untuk memperbaiki tata kelola air bagi lahan pertanian di Kabupaten Cirebon. Menurut dia, saat musim kemarau, sejumlah lahan pertanian milik masyarakat di Kabupaten Cirebon tidak mendapatkan suplai air secara maksimal.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyebutkan, Jawa Barat sampai saat ini masih menjadi lumbung pangan Indonesia. Menurut dia, produksi gabah kering giling (GKG) di Jawa Barat terus meningkat. Provinsi itu pun tercatat sebagai daerah produksi terbanyak kedua di Indonesia.
Namun, kata Uu, luas lahan pertanian padi di Jawa Barat terus menyusut karena adanya alih fungsi lahan. Hal itu karena meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman penduduk.
‘’Ini merupakan bagian dari konsekuensi dari kemajuan suatu daerah. Tahun 2042 diprediksi jumlah penduduk akan bertambah menjadi 62 juta jiwa. Pertambahan ini dikarenakan adanya urbanisasi, bukan kelahiran asli warga Jawa Barat,’’ kata Uu.
Uu mengimbau kepada para petani agar tidak menjual lahan pertanian meskipun ada kenaikan harga jual tanah ‘’Jangan menjual, harus meningkatkan produksi padi. Karena kalau tidak, Jawa Barat bakal mengalami krisis pangan. Ini juga menimbulkan efek domino,’’ kata Uu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani di Indonesia per Agustus 2022 mencapai 38,7 juta orang. Jumlah itu berkurang dibandingkan dengan Februari 2022 yang sebesar 40,6 juta.
Alih fungsi lahan juga menjadi tantangan sektor pertanian. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, alih fungsi lahan pertanian menembus 90 ribu-100 ribu per tahun. Konversi lahan pertanian itu menjadi salah satu ancaman terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Faisol Amir, sebelumnya menyatakan, berkurangnya pekerja di sektor pertanian perlu menjadi evaluasi pemerintah. Hal itu karena jumlah pekerja sektor pertanian yang kebanyakan berada di perdesaan terus berkurang.
Berkurangnya jumlah petani juga berdampak pada produksi dan ketersediaan pangan yang sebelumnya memang sudah tidak mencukupi kebutuhan nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Angkatan Kerja Nasional, penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2022 berjumlah 38,7 juta orang.
Selain urbanisasi penduduk usia produktif yang terus meningkat, ketertarikan generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian yang rendah juga menjadi penghambat regenerasi petani di Indonesia. Data BPS tahun 2019 mencatat, hanya 8 persen atau sekitar 2,7 juta dari 33,4 juta orang petani di Indonesia yang berusia antara 20-39 tahun.
Faisol menambahkan, penurunan pekerja sektor pertanian ini berpotensi besar memengaruhi produksi komoditas pangan nasional. Produktivitas pangan nasional dikhawatirkan tidak mampu memenuhi jumlah permintaan pasar yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.