
Teraju
Saigon, Mistik 17
Sehari penuh, Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok.
Oleh SELAMAT GINTING
Sehari penuh, Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Maksud para pemuda untuk menekan mereka supaya segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan, terlepas dari segala kaitan dengan Jepang, tidak membuahkan hasil seperti yang mereka harapkan.
Kedua tokoh itu memiliki wibawa yang cukup besar. Para pemuda yang membawanya ke Rengasdengklok segan untuk melakukan penekanan terhadap keduanya. Sukarni dan kawan-kawannya hanya dapat mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk menyatakan proklamasi secepatnya seperti yang telah direncanakan oleh para pemuda di Jakarta.
Akan tetapi, Sukarno-Hatta tidak mau didesak begitu saja. Keduanya tetap berpegang teguh pada perhitungan dan rencana mereka sendiri. Di sebuah pondok bambu berbentuk panggung di tengah persawahan Rengasdengklok, siang itu terjadi perdebatan panas.

“Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu ….” “Lalu apa?” teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara.
Waktu suasana tenang kembali setelah Bung Karno duduk. Dengan suara rendah, ia mulai berbicara. “Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17.” “Mengapa justru diambil tanggal 17? Mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16?” tanya Sukarni.
“Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi, saya merasakan di dalam kalbuku bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci.”
“Pertama-tama, umat Islam sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa. Ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok, hari Jumat. Hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Alquran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat. Oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” jawab Sukarno menjelaskan alasannya, seperti tertuang dalam tulisan Lasmidjah Hardi pada 1984.
Tanggal 17 besok, hari Jumat. Hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci.PRESIDEN SOEKARNO.
Sementara itu, di Jakarta, antara Mr Ahmad Soebardjo dari golongan tua dengan Wikana dari golongan muda membicarakan kemerdekaan yang harus dilaksanakan di Jakarta. Laksamana Tadashi Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto dari pihak pemuda hari itu juga mengantar Ahmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, ke Rengasdengklok untuk menjemput Sukarno dan Hatta.
Rombongan penjemput tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 17.00. Ahmad Soebardjo memberikan jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00.
Dengan jaminan itu, komandan kompi PETA setempat, Cudanco Soebeno, bersedia melepaskan Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta, seperti pengakuan Marwati Djoened Poesponegoro pada 1984.
Disadur dari Harian Republika Edisi Kamis, 31 Juli 2014.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.