Salah satu adegan dalam film Oppenheimer. | Dok Universal Pictures

Geni

Mengungkap Trik Andalan Penyutradaraan ala Christopher Nolan

Menyimak Oppenheimer dalam format IMAX bisa membuat penonton mendapat pengalaman lebih imersif

Kesuksesan film Oppenheimer bukan hanya karena dari segi penceritaan, melainkan juga berkat sinematografi yang mumpuni. Sinematografer Hoyte van Hoytema dan sutradara Christopher Nolan telah cukup banyak berkolaborasi dalam sejumlah film dengan tampilan terbaik selama beberapa tahun.

Film terbaru mereka, Oppenheimer, mungkin merupakan puncak dari kerja sama keduanya. Dengan produksi pengambilan gambar yang indah, film ini adalah masterclass dalam studi karakter dan penggunaan kamera IMAX untuk lebih dekat dengan pribadi Cillian Murphy dalam menambah keintiman film.

Rupanya Nolan pun punya trik penggunaan kamera favoritnya sendiri. Berbicara dengan Steve Weintraub dari media Collider, van Hoytema mengungkap metode pengambilan gambar yang digemari Nolan. Sutradara seperti Ridley Scott suka menggunakan sebanyak enam atau tujuh kamera, dari berbagai sudut, untuk merekam sebuah adegan. 

photo
FILE - Sutradara Oppenheimer, Christopher Nolan (Photo by Arthur Mola/Invision/AP, File) - (Arthur Mola/Invision/AP)

Metode ini memberi Scott kesempatan untuk menemukan sudut pandang yang cocok untuk cerita yang ingin dia ceritakan. Tetapi, ternyata bagi Nolan, lebih sedikit kamera akan lebih baik.

Sutradara dan sinematografernya akan menggunakan satu kamera untuk memastikan bahwa semua fokus didorong ke arahnya dan perhatian terhadap detail harus lebih tinggi untuk merencanakan adegan dengan cermat. 

Nolan percaya, pengambilan gambar lebih dari satu kamera pada saat yang sama akan mengalihkan perhatian dan menyebabkan konsentrasi pembuat film menjadi terbagi karena gangguan yang disebabkan oleh fokus yang terpecah. “Untuk sebagian besar waktu, kami bekerja dengan satu kamera diset. Memotret dengan Chris secara efektif seperti pertunjukan satu kamera," kata van Hoytema, dikutip dari Collider, Senin (31/7/2023).

Menurut dia, kamera adalah semacam kotak ajaib di mana segala sesuatu yang terjadi di sekitar harus diarahkan dan dikembangkan sehingga terbawa ke dalam satu kotak kecil itu. Kemudian satu kamera benar-benar menjadi episentrum. 

“Segera setelah Anda meletakkan dua kamera di lokasi syuting, perhatian itu entah bagaimana terbagi dan bersama Chris di lokasi syuting adalah sebuah kelompok orang yang sangat fokus yang benar-benar bekerja menuju tujuan yang sangat spesifik,” ujar dia.

 

Cara Utama Pembuatan Film

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by IMAX Indonesia (@imax.indonesia)

Van Hoytema mengungkapkan, Nolan suka berada di dekat kameranya setiap saat untuk sepenuhnya merasakan apa yang akan dilihat oleh kamera, alias yang akan dilihat penonton nantinya. Ada suasana sandiwara panggung dalam cara dia menyusun bidikannya dan membangun pemandangan.

Sehingga kamera dapat berada di posisi yang tepat dan para aktor berada tepat di tempat yang seharusnya. Van Hoytema menggambarkan metode Nolan sebagai "pembuatan film terbaik".

Nolan juga disebut merupakan orang yang suka duduk sangat dekat dengan kamera untuk memahami apa yang dilihat kamera. Jadi, dia selalu melihat ke set di sebelah kamera. “Chris bukan seorang kolektor material atau wanita pembersih atau penyedot debu, Anda tahu? Ini adalah proses yang sangat teliti dan sangat terfokus. Para aktor tahu persis ke arah mana mereka bekerja, desainer produksi, orang-orang prop, penata rias, tetapi juga, kami, pencahayaan, dan lain-lain,” ujar Van Hoytema.

Semua harus berevolusi ke satu arah itu, jadi satu kamera seharusnya terasa sangat logis bagi kru film. Ini semacam cara pembuatan film yang paling mutakhir bagi tim. Ia merasa sangat fokus. 

Haruskah Nonton di IMAX?

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Oppenheimer (@oppenheimermovie)

Film Oppenheimer saat ini sedang tayang di bioskop dan sudah memecahkan banyak rekor box office. Bagi yang belum sempat menonton filmnya mungkin bertanya-tanya, apakah sebaiknya menyimak film di bioskop biasa atau IMAX? Pasalnya, genre Oppenheimer cukup sesuai dengan bioskop IMAX yang memiliki lebar layar hingga enam kali lipat dari bioskop biasa.

Dikutip dari laman Collider, Selasa (1/8/2023), sinematografer Oppenheimer, Hoyte van Hoytema, memberikan pendapatnya. Hoytema mengatakan bahwa tim sudah mempertimbangkan untuk pemutaran film dalam format IMAX. 

Ada sejumlah pengambilan gambar yang membuat penonton mendapat pengalaman lebih jika ditonton di IMAX. Semuanya bermuara pada adegan intim dan emosional di antara para karakter, lantas kru film mempercayai intuisi mereka untuk hasil yang optimal.

"Kami senang mengambil gambar sebanyak mungkin yang sesuai dengan format IMAX. Dalam film ini, semakin intim situasinya, semakin dekat dan pribadi hal-hal yang didapat, semakin kita ingin masuk ke sana dengan kamera IMAX," kata Hoytema.

Dia tidak memungkiri, ada juga kesulitan memfilmkan dialog dalam format itu sebab kamera IMAX memiliki beberapa keterbatasan teknis yang membuatnya cukup menantang. Kamera yang digunakan sangat besar sehingga perlu banyak pertimbangan dan eksperimen.

Hoytema mencontohkan, terkadang tim harus merekam dialog dengan kamera lima per 70 milimeter, tetapi juga menambahkan bidikan ekstra dengan kamera IMAX. Itu dilakukan untuk melihat apakah Nolan mungkin dapat menyelamatkan suaranya dan memasukkannya ke dalam film. 

"Jadi, akhirnya saya akan mengatakan itu adalah pilihan yang sangat intuitif," katanya. Menurut Hoytema, menyimak Oppenheimer dalam format IMAX juga bisa membuat penonton mendapat pengalaman lebih imersif di sejumlah adegan emosional.

Oppenheimer bercerita tentang seorang pria yang menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Sang tokoh utama adalah Robert Oppenheimer (Cillian Murphy), yang memimpin sebuah proyek pembuatan bom atom. Film juga berfokus pada relasi Oppenheimer dengan orang-orang di sekitarnya.  

Beberapa relasi tersebut termasuk pernikahannya dengan Katherine (Emily Blunt) dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh perselingkuhannya dengan Jean Tatlock (Florence Pugh). Hasilnya adalah sebuah cerita tentang sosok penemu yang penuh rasa bersalah dan pria yang tidak yakin akan masa depannya.

Film Oppenheimer mengambil kesempatan untuk bereksperimen dengan kamera IMAX setelah daftar panjang proyek yang disutradarai oleh Nolan yang memungkinkannya menyempurnakan penggunaan formatnya. Beberapa film Nolan sebelumnya, seperti Tenet atau Dunkirk, juga ada dalam format IMAX.

Kelebihannya, hasil yang direkam dengan kamera itu bisa menyampaikan sinema kepada penonton dengan skala lebih besar. Format itu memungkinkan ruang di layar untuk menggambarkan jarak antarobjek, ukuran bidang terbuka, atau benturan penuh ledakan yang terjadi selama adegan. Itu sebabnya menonton film IMAX lebih seru untuk film laga atau genre bencana.

 

 
Kami senang mengambil gambar sebanyak mungkin yang sesuai dengan format IMAX.
 
HOYTE VAN HOYTEMA, Sinematografer Oppenheimer. 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kiprah Oppenheimer tak Hanya tentang Bom Atom

Oppenheimer mengusulkan model keruntuhan pertama untuk menggambarkan bagaimana bintang bisa runtuh menjadi lubang hitam.

SELENGKAPNYA

Oppenheimer, Sebuah Biopik nan Epik

Oppenheimer, kini menjadi film besutan Nolan terbaik secara rating.

SELENGKAPNYA

Oppenheimer, Ketika Kecerdasan Menjadi Beban  

Demi mendalami peran sebagai Oppenheimer, Murphy membaca American Prometheus.

SELENGKAPNYA