Matahari terbenam | Antara

Jalan Jalan

Tena Sirjenari di Kaimana

Inilah persembahan untuk para opacarophile.



Matahari tenggelam punya makna tersendiri untuk masyarakat Kaimana, salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Mereka punya istilah tersendiri untuk itu: tena sirjenari.

Menurut Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana, Kundrat Waryensi, istilah itu adalah bahasa Mairasi untuk matahari terbenam. Suku Mairasi merupakan salah satu suku yang ada di Kaimana.

Di masa lalu, suku Mairasi mendiami pedalaman. Sekitar 2.000- 3.000 orang Mairasi berdiam di antara Teluk Arguni, Teluk Triton, dan Teluk Wandamen, mencapai luas 2.600 kilometer persegi. Sekitar 2.000-3.000 orang Mairasi tinggal di Kecamatan Kaimana dan dan Wasior, di barat daya Irian Jaya,'' tulis Peckham di buletin Irian.

Mairasi artinya asli. Sejak 1930 banyak yang pindah dari pedalaman ke wilayah pesisir. Kulit masoi dicatat Peckham sebagai salah satu komoditas yang dijual warga selain ikan ke ring, sirip hiu, kerang, umbi-umbian.

Berada di sisi Pelabuhan Kai mana, kami pun menikmati pemandang an matahari tenggelam. Saat itulah kami mendapatkan kisah Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana yang sempat pula menanti pemandangan matahari tenggelam di sana.

Pada Ahad, 21 Oktober 2019 petang, Jokowi datang di Kaimana. Sepanjang tujuh kilometer jalan dari Bandara Utarom ke Taman Jokowi Iriana dipenuhi warga menyambut kedatangannya. Ada kisah sendiri tentang Taman Jokowi Iriana "Nama Taman Jokowi Iriana baru dipasang di taman kolam ikan itu sekitar tiga hari sebelum Jokowi datang di Kaimana,'' ujar Kundrat.

Sekarang taman itu menjadi tempat bersantai saat petang untuk menyaksikan pemandangan tena sirjenari. Jika dilihat dari atas, taman ini berbentuk ikan di kolam, ujar Dwi, pemilik biro perjalanan di Kaimana yang mengantar ke Taman Jokowi Iriana.

Saat Jokowi dan Iriana me ngunjungi Kaimana pada 27 Oktober lalu, Dwi mendapat pesanan 37 kendaraan untuk keperluan transpotasi rombongan Paspampres dan lainnya. "Pak Jokowi dan Ibu Iriana duduk di sisi pantai, dengan hidangan kelapa muda di meja,'' ujar Dwi.

Kunjungan Jokowi Iriana ke Kaimana kemudian melejitkan kembali lagu 'Senja di Kaimana', lagu tahun 1960-an dan menjadi penyemangat para pejuang Trikora. Pada 1962, Kaimana menjadi tem pat pertolongan bagi anak buah Yos Sudarso yang kapalnya ditenggelamkan Belanda. "Itulah yang meng inspirasi diciptakannya lagu 'Senja di Kaimana','' ujar FI Lawalata, warga Kaimana.

Menurut Lawalata, rumah tempat pertolongan itu dijadikan puskesmas. Saat ini di peta Google ada dua lokasi puskesmas di Kaimana. Satu lokasi sudah ditutup, letaknya sekitar 200 meter di sebelah timur Masjid Kaki Air Besar. Masjid ini berada di sebelah utara Taman Jokowi Iriana. Puskesmas yang satu lagi, yang masih beroperasi, sekitar 1,4 km ke arah selatan dari Masjid Kaki Air Besar.

Menjelang matahari terbenam, warna merah lembayung mewarnai cakrawala dan sinar matahari memantul di permukaan air. Beberapa perahu terlihat siluet di kejauhan. Dalam bahasa Inggris, ada se butan khusus untuk orang-orang yang menyukai pemandangan menjelang matahari terbenam: Opacarophile. Opacare berasal dari bahasa Latin yang berarti matahari terbenam. Phile dari bahasa Yunani yang berarti cinta.

Rasa cinta pula yang membuat pasangan Jokowi dan Iriana rela menanti tena sirjenari di Kaimana. Sebuah senja berwarna merah lembayung yang agaknya tak akan mudah dilupakan begitu saja. Senja yang indah di Kaimana. ed: endah hapsari

Mari Menari Seka

Saat berkunjung ke Kaimana pada Ahad (27/10) tahun lalu, Presiden Jokowi menyempatkan ikut menari tari seka di Taman Jokowi Iriana, Kaimana. Dari rekaman video, terlihat pula Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto ikut berjoget. Ibu Negara Iriana pun ikut berjoget.

Mengapa diberi nama tari seka? Menurut Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Kaimana Tommy Samaran, karena saat menari kaki mengayun dan mengentak seperti sedang menyeka atau menyapu jalan. Gerak tari seka sangat sederhana. Dua kaki mengentak, dua tangan mengayun seperti sayap burung yang sedang dikepakkan. Badan sedikit membungkuk, pinggug digoyang ke kiri dan ke kanan seperti meniru gerak pantat burung.

Tari seka dikenal di wilayah Fakfak, Kaimana, dan Mimika. Kaimana merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Fakfak pada 2002. Mimika merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Fakfak pada 1996.

Gerak tari ini pertama kali saya saksikan saat mengikuti Festival Kamoro pada Oktober 2005 di Kampung Pigapu, Kabupaten Mimika. Cuma saat itu, para penari mengelilingi pemukul tifa dan penyanyi yang mengiringi tarian itu sambil bergerak berputar mengelilingi pemukul tifa searah dengan arah gerak tawaf mengelilingi Kabah.

Mereka adalah orang tua, yang biasanya tahu apa yang akan terjadi, karenanya perlu dihormati, kata Thomas Mutaweyao, budayawan Kamoro, memberi alasan mengapa pemukul tifa dan penyanyi biasanya dikelilingi penari, kepada saya kala itu.

Gerak tari seperti itu, kata Thomas, seperti gerak burung eyaro. Eyaro ini merupakan burung kecil yang banyak ditemukan di hutan mangrove di Mimika. Setiap mendengar ketukan di badan sampan burung itu selalu mengangguk-anggukkan ekornya, ujar Thomas.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat