ILUSTRASI Umar bin Khattab merupakan seorang sahabat Nabi SAW yang menjadi khalifah kedua. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Berislam Usai Saksikan Kesederhanaan Umar

Walau menjadi pemimpin negara, Umar bin Khattab tetap pada sifatnya yang bersahaja.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, wilayah daulah Islam kian meluas. Di sebelah utara Jazirah Arab, kekhalifahan Islam berbatasan langsung dengan Romawi Timur (Bizantium). Kerajaan yang berhaluan Kristen itu memandang Muslimin sebagai lawan walaupun, pada saat yang sama, meremehkannya.

Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, Bizantium pernah memprovokasi umat Islam dengan membunuh seorang duta yang diutus Rasulullah SAW. Maka terjadilah Ekspedisi Tabuk, yang dipimpin langsung beliau.

Kini, al-Musthafa telah berpulang ke rahmatullah. Adapun Bizantium tetap menebar ancaman, terutama di kawasan perbatasan daulah Islam. Mengikuti langkah yang pernah diambil Rasulullah SAW, Khalifah Umar pun mengirimkan duta kepada kaisar Bizantium.

Surat yang hendak disampaikan ke sana berisi ajakan supaya penguasa Romawi memeluk Islam. Kalau dahulu, mereka bisa bersikap arogan. Kini yang terjadi adalah sebaliknya.

photo
ILUSTRASI Surat Nabi Muhammad SAW untuk penguasa Mesir. Korespondensi adalah salah satu cara diplomasi yang hidup dalam sejarah Islam. - (DOK WIKIPEDIA)

Kaisar Bizantium menerima utusan sang khalifah dengan baik. Akan tetapi, dirinya masih enggan berislam. Sebagai penghormatan atas surat Umar, raja tersebut menyuruh seorang menterinya untuk memimpin arak-arakan ke Madinah. Mereka akan menyampaikan upeti berupa harta benda yang banyak kepada sang amirul mukminin.

Maka berangkatlah rombongan ini ke pusat kekhalifahan Islam. Ada seratusan peti besar yang dibawanya. Masing-masing peti berisi banyak koin emas. Ada satu peti yang memang dikhususkan kaisar Bizantium untuk oleh-oleh bagi siapapun warga di sepanjang jalan. Harapannya, masyarakat Muslim akan terpengaruh untuk lebih membela Romawi daripada Umar.

Rihlah yang cukup melelahkan itu akhirnya tuntas. Sampailah menteri Romawi dan para pengantarnya ke Hijaz. Pejabat Bizantium itu mulai keheranan, mengapa sejauh perjalanannya ia tidak menemukan seorang pun yang meminta-minta pemberian. Padahal, rajanya sudah menyiapkan satu peti khusus untuk itu.

Tibalah mereka di Madinah. Kini, sang menteri cukup mencari, manakah bangunan terbesar dan termegah di kota ini. Sebab, itulah pasti tempat tinggal sang raja Muslim, Umar bin Khattab.

 
Berjam-jam lamanya beberapa prajurit Bizantium mengelilingi seantero Madinah. Mereka tidak menemukan satu bangunan pun yang mentereng atau terkesan sebagai hunian bangsawan.

Semua rumah di kota ini kelihatan sama saja bentuknya. Rata-rata, bangunan yang ada berupa konstruksi berdinding batu, dengan dua atau tiga jendela dan satu pintu. Atapnya hanyalah lembaran-lembaran kering pelepah kurma.

Dengan gusar, sang menteri memarahi anak buahnya itu. Ia memilih cara cepat, yakni bertanya kepada warga setempat. Lewatlah seorang pengembala kambing di hadapannya.

“Wahai Muslim,” panggil duta raja Bizantium itu kepadanya, “saya mau tanya, di mana istana Raja Agung Umar?”

“Istana?” tanya si pengembala itu lagi.

“Ya, istana. Tempat tinggal Raja Umar bin Khattab, di manakah itu?” ulang menteri tersebut.

“Kalau yang Anda maksud adalah rumah Amirul Mukminin, lurus saja. Nanti di perempatan, belok kanan. Persis di sebelah kanan, itulah tempat tinggalnya.”

“Baik, terima kasih. Apa kamu tahu isi peti ini?” kata sang menteri lagi, “Isinya adalah koin-koin emas. Silakan ambil berapapun kamu mau.”

“Aku tidak menginginkannya. Kalau kalian sudah selesai bertanya, aku ingin melanjutkan pekerjaanku,” jawab orang Islam itu.

Belum pernah seumur hidupnya menteri ini menyaksikan, seorang penduduk biasa menolak imbalan. Padahal, di negerinya kerumunan orang bisa menyemut hanya untuk meminta sekeping koin emas.
Rombongan ini terus berjalan sesuai petunjuk pengembala tadi.

Menteri Bizantium melihat seorang pria sedang duduk di bawah pohon. “Wahai Muslim! Di mana istana Raja Agung Umar?” tanyanya setengah berteriak.

photo
Situs Masjid Umar bin Khattab di area Dumat al-Jandal. Masjid ini dibangun Khalifah Umar dalam perjalanannya ke Baitul Makdis. - (DOK WIKIPEDIA)

“Ada urusan apa kalian dengan Umar?” lelaki itu balik bertanya.

“Saya adalah utusan raja Romawi. Sebelumnya, raja kalian, Umar bin Khattab, bersurat kepada kami, mengajak kaisar untuk masuk Islam. Raja kami menolaknya, tetapi mengirimkan hadiah untuk Raja Umar. Maka kami ke sini untuk menyampaikannya,” jelas menteri itu dari atas kudanya.

“Bagaimana kalau orang di hadapanmu ini adalah Umar?”

“Apa!? Benarkah Anda Raja Umar?” menteri itu terkejut.

“Ya, saya Umar,” jawab Amirul Mukminin.

Turunlah menteri itu dari kudanya. “Mengapa Tuan di sini?” tanya petinggi Bizantium itu lagi.

“Saya baru saja mencuci baju. Kini sedang menunggu baju saya kering. Lihatlah!” jawab Umar sembari menunjuk ke arah jemuran. Sehari-hari, Umar hanya memiliki tiga setel pakaian: yang sedang dikenakannya, yang sedang dicucinya, dan baju perangnya.

“Berarti ini adalah rumah Tuan?”

“Tentu saja,” kata Umar.

“Di mana pengawal Tuan?”

“Pengawal apa? Aku tidak memerlukannya. Ada Allah Yang Maha Melindungi,” jawab sahabat Nabi berjulukan al-Faruq itu.

Tiba-tiba, menteri itu berlutut di hadapan Umar seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya!”

Terkejut mendengar itu. Umar segera memintanya untuk berdiri. “Mengapa kamu justru bersyahadat?” tanyanya.

“Di negeri kami, nama Tuan sangat terkenal dan ditakuti. Selama ini, saya mengira Tuan adalah seorang raja dengan tabiat yang tidak berbeda dari pemimpin kami. Namun ternyata, dugaan itu salah. Tuan dan negeri Tuan benar-benar diberkati dengan perlindungan yang tidak ada tandingannya. Maka saya beriman dan menyatakan diri sebagai Muslim,” tutur menteri tersebut.

Ketika Nabi 'Enggan' Berbagi

Nabi Muhammad SAW menyantap seluruh anggur yang diberikan padanya di hadapan para sahabat.

SELENGKAPNYA

Langkah Raksasa Umat Manusia 54 Tahun Lalu

Pendaratan di bulan juga membelah masyarakat di Indonesia.

SELENGKAPNYA

Pencuri Tertangkap Basah di Rumah Ulama

Malik bin Dinar tanpa sengaja mendapati seorang sedang mengendap-endap di dalam rumahnya malam itu.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya