ILUSTRASI Orang alim pun tidak luput dari godaan setan. Ada yang bisa mengatasi, tapi ada pula yang terbuai. | DOK AP EMRAH GUREL

Kisah

Dua Ahli Ibadah dan Godaan Setan

Setan pun menggoda para ahli ibadah, tetapi tidak sanggup menyesatkan mereka yang berilmu.

Islam memandang kedudukan orang yang berilmu lebih tinggi daripada mereka yang awam. Dalam Alquran surah az-Zumar ayat kesembilan, Allah SWT berfirman, yang artinya, "Katakanlah, 'Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran."

Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Kelebihan orang berilmu atas orang beribadah seperti kelebihan rembulan di malam purnama atas bintang-bintang yang lain” (HR Abu Naumi dari Muadz bin Jabal).

Dalam hadis yang berbeda, Rasulullah SAW pun memuji mereka yang alim. Beliau bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu daripada ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas orang-orang yang paling rendah di antara kalian.” Nabi SAW kemudian membacakan Alquran surah Fatir ayat 28, yang artinya, “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.”

Nash-nash di atas menunjukkan keutamaan orang yang berilmu. Tanpa ilmu, seseorang tidak mungkin menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya. Bahkan, ia mungkin saja terjerumus ke dalam kesesatan. Berikut ini adalah beberapa kisah yang mengilustrasikan pentingnya ilmu daripada sekadar niat dan semangat beramal saleh.

Alkisah, di kalangan Bani Israil dahulu terdapat seorang ahli ibadah. Lelaki nan saleh ini rutin berdoa di dalam rumahnya yang terletak di atas gunung, jauh dari hiruk pikuk keramaian manusia. Pada suatu hari, ia keluar dari rumahnya untuk berjalan-jalan di sekitaran lembah, sembari mengagumi keindahan alam ciptaan Allah Ta'ala.

 
Lewatlah seseorang yang berbau kurang sedap di hadapannya. Ahli ibadah itu segera berpaling.
   

Tiba-tiba, lewatlah seseorang yang berbau kurang sedap di hadapannya. Ahli ibadah itu segera berpaling dan mempercepat langkahnya, sebab ingin menghindari sosok yang tampak kurang terawat itu. Pemandangan tersebut kemudian dilihat oleh setan.

Lantas, setan ini menampakkan dirinya dalam wujud manusia. Makhluk terkutuk itu tampil dengan rupa seorang tua renta, tetapi dengan suara yang seolah-olah kebapakan.

“Wahai hamba Allah!' katanya memanggl si lelaki ahli ibadah, "sungguh, amal kebaikanmu menguap, tidak dihitung di sisi Allah.” Kakek alias si setan tersebut menunjuknya seakan-akan seorang hakim di hadapan terdakwa.

“Mengapa begitu?” tanya si ahli ibadah, terkejut mendengar perkataan seorang yang tampak sepuh tersebut.

“Karena engkau enggan mencium bau sesama manusia,” ucap setan itu seraya pura-pura bersedih hati.

Sejurus kemudian, setan berwajah manusia itu berkata lagi dengan nada menasihati, “Kalau engkau ingin Allah mengampuni kesalahanmu itu, hendaklah engkau memburu seekor tikus gunung. Lantas, sembelihlah ia dan gantungkan bangkai tikus itu pada lehermu ketika shalat.”

Mendengar itu, ahli ibadah tersebut langsung mengiyakan. Karena kebodohannya, ia terus melakukan ibadah dengan membawa najis hingga ajal menjemputnya.

Dalam kisah yang berbeda, iblis berupaya menyesatkan seorang abid. Namun, kali ini orang yang digodanya itu tidak sekadar saleh, tetapi juga berilmu. Dialah Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Sufi itu menuturkan ceritanya kepada jamaah. Pada suatu hari, ia sedang berjalan di padang yang lapang. Tiba-tiba, muncul cahaya yang amat terang di arah ufuk. Lantas, suara memancar dari sumber sinar tersebut.

“Wahai Abdul Qadir! Ketahuilah bahwa saya adalah Tuhanmu!”

Sang mursyid diam saja, menunggu si suara menyelesaikan kalimatnya.

 
Telah kuhalalkan bagimu semua hal yang kuharamkan pada umumnya anak Adam!
   

“Sungguh, aku telah mengkhususkanmu di antara semua manusia. Telah kuhalalkan bagimu semua hal yang kuharamkan pada umumnya anak Adam!”

Sesudah itu, Syekh Abdul Qadir berkata lantang, “Pergilah kau, wahai makhluk terkutuk! Engkau hanyalah iblis yang tidak hentinya menjerumuskan manusia.”

Seketika, sinar terang benderang tadi berubah menjadi gelap pekat. Nada suara yang sama mengatakan, “Wahai Abdul Qadir! Sudah puluhan orang ahli ibadah kusesatkan dengan cara demikian. Namun, engkau mengetahui siapa diriku dengan ilmu pengetahuanmu tentang Allah dan juga fikihmu. Kalau bukan lantaran ilmu, tentu aku dapat menyesatkanmu, seperti yang terjadi pada 70 abid yang telah kutemui.”

Dengan ilmu, pintu kesesatan tertutup rapat. Mengutip kitab At-Targib wat Tarhib, Nabi Muhammad SAW bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Daruquthni. “Tidaklah Allah disembah dengan suatu ibadah yang lebih utama daripada memahami agama. Satu orang yang memahami agama itu lebih berat (bobotnya) bagi setan dibandingkan dengan menyesatkan seribu orang ahli ibadah. Dan, segala sesuatu itu ada tiangnya. Pilar agama Islam adalah ilmu.”

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Heroisme Depati Amir, Sang Patriot Bangka

Perjuangan Depati Amir juga mencapai kawasan Nusa Tenggara, terutama menjelang ujung usia.

SELENGKAPNYA

Messi Resmi Diperkenalkan oleh Inter Miami Florida

Sekitar 20 ribu fans menunggu di tengah hujan dan kilat demi melihat superstar asal Argentina.

SELENGKAPNYA

Jokowi Lantik Menteri, Wapres di Papua

Budi Arie menggantikan Johnny Plate sebagai menkominfo.

SELENGKAPNYA