Mohammed Arkoun | DOK GONTOR

Mujadid

Mohammed Arkoun, Sang Pemikir Muslim Kontemporer

Arkoun, pemikir Islam kelahiran Aljazair, mengajukan gagasan Islamologi terapan.

Mohammed Arkoun adalah seorang pemikir Islam kontemporer. Khususnya dalam disiplin studi Islam (Islamic studies), tokoh kelahiran Aljazair ini mengusulkan Islamologi terapan.

Hal itu dipandangnya sebagai alternatif terhadap "Islamologi Barat" atau "Islamologi klasik" yang baginya tidak rasional karena kurangnya refleksi pemikiran dan metodologis yang konsisten. Dalam Islamologi terapan, sosok yang wafat di Paris pada 2010 ini menawarkan pendekatan analitis yang kritis.

Sebagai seorang peneliti, Arkoun cenderung berfokus pada teologi, filsafat, dan hukum. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di Oran, Kabylia, pada 1954, ia belajar bahasa dan sastra Arab di Universitas Aljir. Untuk memperoleh pengalaman dan penghasilan sampingan, dirinya semasa mahasiswa pun mengajar di sebuah sekolah menengah atas di pinggiran ibu kota Aljazair.

Ketika perang pecah antara Aljazair dan Prancis, Arkoun melanjutkan studinya di Paris dengan fokus pada ilmu bahasa dan sastra Arab. Hingga 1959, dirinya mengajar di Fakultas Sastra Universitas Strasbourg. Pada tahun berikutnya, ia diangkat sebagai dosen pada Universitas Sorbonne di Paris, di mana ia meraih gelar doktor pada 1969.

Disertasi yang berhasil dipertahankannya berjudul "Humanisme dalam Pemikiran Ibnu Maskawaih." Karya ilmiah ini mengulas sosok dan pemikiran seorang cendekiawan Muslim dari Persia abad ke-11. Antara tahun 1969-1972, Arkoun menjadi dosen di Universitas Lyon sebelum kembali ke Paris untuk menjadi profesor dalam sejarah pemikiran Islam.

 
Sebagai seorang intelektual, Arkoun telah menghasilkan banyak karya ilmiah.

Sebagai seorang intelektual, Arkoun telah menghasilkan banyak karya ilmiah. Namun, sebagian besarnya ditulis dalam bahasa Prancis. Keterbatasan bahasa Arab--yang baru ia pelajari secara intensif setelah masa sekolah menengah atas--membuatnya kesulitan untuk mengungkapkan pemikirannya dalam bahasa tersebut.

Beberapa karya tulis Arkoun meliputi "L’humanisme Arabe au IV/Xe Siecle" (Humanisme Arab Abad Keempat Hijriyah/ke-10 Masehi); "Essais sur la Pensee Islamique" (Esai tentang Pemikiran Islam); "La Pensee Arabe" (Dunia Pemikiran Arab); "Lectures de Coran" (Telaah tentang Alquran); dan "Pour une Critique de la Raison Islamique" (Untuk Sebuah Kritikan Akal dan Pemikiran Islam).

Sering kali, Arkoun menggunakan metode ilmu sosial untuk memahami Islam sebagai sebuah agama yang dianut masyarakat plural era modern. Ia percaya bahwa pemikiran Islam masih perlu diperbarui demi menjawab tantangan zaman kontemporer.

Menurut dia, salah satu kelemahan pemikiran Islam selama ini adalah kurangnya pendekatan kritis. Selain itu, tidak sedikit pemikir yang belum menyadari faktor-faktor sosial untuk menafsirkan agama. Dengan lebih memperhatikan konteks-konteks budaya, psikologi masyarakat, dan politik, seorang pengkaji dapat lebih melihat aktualisasi ajaran Islam. Salah satu karakteristik penting dalam pendekatan ala Arkoun adalah penolakan terhadap dogmatisme dalam bentuk apa pun.

 
Karakteristik penting dalam pendekatan ala Arkoun adalah penolakan terhadap dogmatisme.

Dalam kerangka ini, ia menolak penggunaan agama sebagai ideologi politik yang mengharamkan kritik, membenarkan rezim yang mapan, dan memaksakan perubahan top to down. Salah satu alat analisis pemikiran yang digunakannya adalah "dekonstruksi."

Metode itu berarti mengatasi kelemahan tradisi pemikiran yang mapan sehingga ide-ide yang sebelumnya dianggap tidak terpikirkan mulai dipertimbangkan ulang. Dengan meruntuhkan oposisi-oposisi biner dan hierarkis yang tersembunyi, wacana dapat dipertimbangkan secara lebih adil. Sehingga, kelompok-kelompok yang sering terpinggirkan dapat lebih mengekspresikan diri.

Kritik orientalisme

Seperti halnya Edward Said, M Arkoun pun memandang kritis terhadap legasi-legasi Barat dari era kolonial. Wabilkhusus, orientalisme.

Dalam menghadapi pemikiran kalangan orientalis, Arkoun mengungkapkan bahwa mereka sering kali berprasangka negatif yang kaku terhadap Islam. Mereka pun sering keliru dalam mempelajari agama ini karena mereka hanya mendekatinya melalui tulisan pemikir-pemikir Muslim yang dianggapnya "representatif." Pada titik inilah, ia mengajukan Islamologi terapan untuk menggantikan pendekatan klasik Islamologi ala Barat.

photo
Perpustakaan Mohammed Arkoun di Paris, Prancis. - (DOK WIKIPEDIA)

Buku Arkoun yang berjudul Pour Une Islamologie Appliquee (Untuk Islamologi Terapan) membahas secara mendalam gagasannya ini. Islamologi terapan bertujuan untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pembebasan pemikiran Islam dari tradisi-tradisi yang usang. Objek studinya meliputi masalah-masalah aktual dalam berbagai kalangan masyarakat Muslim.

Misalnya, Arkoun melihat perlu untuk mempelajari at-turats (tradisi) yang terkait dengan periode pembentukan masyarakat keagamaan yang dipenuhi dengan wahyu dan teladan nenek moyang yang setia. Di sisi lain, masalah modernitas, yang meliputi aspek-aspek ekonomi, sosial, dan politik, juga menjadi fokus perhatian karena berkaitan dengan masa depan umat Muslim itu sendiri.

Pemikiran Arkoun menjadi semakin penting dalam situasi intelektual Muslim Arab kontemporer. Ia mendefinisikan konsep "jihad personal" sebagai tanggung jawab seorang intelektual yang bersolidaritas dengan masyarakat tempatnya tinggal.

Namun, Arkoun bukan tanpa sorotan. Beberapa kritikus berpendapat bahwa karya-karya akademisi ini terlalu abstrak, sulit dipahami, dan tidak memberikan jawaban konkret terhadap persoalan-persoalan riil yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini.

Memang, Arkoun tidak menawarkan doktrin yang "siap pakai" untuk menggantikan doktrin hukum, teologi, dan politik yang dia kritisi. Namun, termasuk di Indonesia, banyak karyanya yang secara perlahan mempengaruhi pemikiran-pemikiran Islam pembaruan. Ia pun dianggap sebagai salah satu intelektual publik yang paling berpengaruh dalam studi Islam kontemporer.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Etiopia, Negeri Penerima Hijrah Pertama

Di antara keistimewaan Etiopia ialah, tidak pernah merasakan penjajahan oleh bangsa Eropa.

SELENGKAPNYA

Pemberontakan Kaum Budak Era Abbasiyah

Para budak kulit gelap atau zanj memberontak dengan dipimpin seorang dari luar kelompok mereka.

SELENGKAPNYA

Renungan tentang Kunci Surga dan Neraka Saat Wukuf

Setiap tahun ada sekitar dua juta jamaah haji, maka setiap tahun ada dua juta Muslim yang senantiasa menjaga lisannya

SELENGKAPNYA