Dari pembaca Republika untuk Ciparengpeng | Republika

News

Dari Pembaca Republika untuk Ciparengpeng

Bantuan ini adalah bentuk kepedulian dari para pembaca Republika.

 

Untuk sampai ke Kampung Ciparengpeng, Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, bukan perkara mudah. Siapa pun yang hendak ke sana harus melewati jalan darurat pengganti jalan yang tertimbun dan amblas akibat longsor. Kemudian harus melewati jalan tanah berbatu yang konturnya tak landai, dan licin sejauh kira-kira 7 kilometer (km).

Selepas itu, masih harus berjalan kaki sekira 3 km untuk sampai Kampung Ciparempeng. Jalan dengan kemiringan 45 derajat dan sempit menyerupai jalan setapak. Di sana pun harus beberapa kali menyeberangi jembatan darurat yang terbuat dari bambu dan kayu.

Tim Republika menempuh perjalanan menuju Kampung Ciparengpeng itu pada Kamis (13/2). Tujuannya, menyalurkan bantuan dari para pembaca Republika kepada sebanyak 67 santri dan warga di kampung terisolasi itu.

Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtaji, mengatakan, Republika menyalurkan bantuan dari pembaca berupa uang tunai sebesar Rp 50 juta ke empat pesantren. Selain itu, menyalurkan bantuan berupa Alquran, Juz Amma, dan alat tulis.

Bantuan selain disampaikan ke PesantrenBantuan selain disampaikan ke Pesantren Riadul Mubtadiin juga ke Pesantren Nurul Ulum dan al-Hikmah di Kampung Sajira Barat, serta ke Pesantren Nurul Ulum di Kampung Sajira Timur, Desa Sajira Mekar, Kecamatan Saira, Kabupaten Lebak, Banten. Semua bantuan itu diharapkan dapat membantu berjalannya kegiatan belajar dan mengajar di pesantren yang tertimpa musibah bencana alam.

"Jadi, bantuan dari pembaca Republika diserahkan kepada empat pesantren, satu pesantren ada di Kabupaten Bogor dan tiga pesantren lainnya ada di Kabupaten Lebak," kata Hasan di Kampung Ciparengpeng, kemarin.

Republika menyampaikan terima kasih kepada seluruh pembaca yang menyisihkan sebagian rezeki mereka untuk para penyintas bencana. Wakil Pimpinan Redaksi Republika berharap semangat solidaritas dan upaya saling membantu ini dapat terus berjalan dalam rangka membantu kegiatan belajar dan mengajar di pesantren.

Hasan mengungkapkan, kondisi pesantren yang tertimpa musibah sejak awal Januari kondisinya masih sangat memprihatinkan. Berharap sumbangan dari pembaca Republika bisa kembali mengaktifkan kegiatan belajar dan mengajar di pesantren-pesantren yang tertimpa bencana longsor dan banjir.

"Bantuan ini adalah bentuk kepedulian dari para pembaca Republika, kami berharap bantuan ini bisa menjadi amal jariyah bagi semuanya, mudah-mudahan setelah bantuan ini disalurkan dapat mengetuk hati pembaca yang lain untuk ikut serta membantu saudara kita yang masih kesulitan akibat terdampak bencana," ujarnya.

Pimpinan Pesantren Riadul Mubtadiin, Ustaz Ujang Edo, menceritakan, ada sebanyak 67 santri yang rutin belajar mengaji. Di antaranya terdapat 37 santri yang memondok di pesantren. Sekarang mereka semua pulang ke rumah masing-masing karena tidak bisa memondok di pesantren lagi.

Kondisi bangunan pesantren terancam longsor dan dindingnya jebol akibat longsor. Walhasil, santri banyak yang tidak bisa melaksanakan kegiatan belajar. Hanya sekitar 10 santri yang masih ikut belajar di rumah warga yang lokasinya cukup aman. "Santri yang lain pulang ke rumah masing- masing, mereka kalau hujan takut terjadi longsor lagi, jadi mereka belum semuanya bisa ikut kegiatan mengaji lagi," ujar Ustaz Ujang.

Ustaz Ujang memiliki impian dan cita-cita untuk kembali membangun pesantren di lokasi yang lebih aman. Semangatnya mengajari anak-anak mengaji dan ilmu agama tidak surut, meski pesantrennya telah rusak akibat bencana.

Dia juga menceritakan banyak rumah warga yang rusak. Sebanyak delapan rumah rusak total dan 23 rumah terancam longsor. Di samping itu, banyak lawan perkebunan dan sawah rusak akibat banjir dan longsor.Karena itulah masyarakat kampung sangat membutuhkan bantuan logistik berupa beras dan ikan asin.

"Yang dibutuhkan masyarakat beras dan ikan asin, karena bahan makanan sulit didapatkan karena sawah banyak yang rusak dan sekarang bukan musim panen, dari kampung ini untuk bisa belanja harus menempuh jalan sekitar 20 km dengan jalan yang sulit," ujarnya.

Ustaz Ujang menyampaikan, untuk bisa keluar dari kampung ini ke desa yang menjual bahan makanan harus menggunakan sepeda motor yang sudah dimodifikasi. Ban motor harus diikat dengan rantai agar bisa melewati jalan setapak dari tanah merah dan batu dengan kemiringan sampai 45 derajat.

 

 
Bantuan dari pembaca Republika diserahkan kepada empat pesantren, satu pesantren ada di Kabupaten Bogor dan tiga pesantren lainnya ada di Kabupaten Lebak.
 
 



Ustaz Ujang juga mengaku sangat gembira mendapat perhatian dari pembaca Republika. Dia mendoakan semoga amal ibadah yang dilakukan pembaca bermanfaat di dunia dan akhirat. "Semoga amal bapak/ibu dibalas oleh Allah SWT, hanya Allah yang membalasnya dan saya hanya bisa mendoakan," ujarnya.

Ustaz Ujang mewakili masyarakat setempat kepada pemerintah menyampaikan bahwa warga kampung sangat membutuhkan tempat tinggal atau rumah baru di lokasi yang aman. Masyarakat yang rumahnya terancam longsor dan rusak total berharap direlokasi ke lapangan atau ke lokasi yang lebih aman. "Di samping itu harapan saya dapat membangun kembali pesantren karena itu tujuan saya, berharap pesantren bisa direlokasi," kata Ustaz Ujang.

 



Pengungsian
Di tempat lain, Bupati Kabupaten Lebak Iti Octavia Jayabaya meninjau para pengungsi di Kampung Cogobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak. Dia menyampaikan, ada enam kecamatan, 30 desa, dan 46 titik yang terdampak bencana alam.

Ia mengatakan, awalnya ada 5.529 jiwa yang terdampak bencana, sekarang tinggal 1.000 jiwa yang masih membutuhkan pertolongan. Sebenarnya, sebanyak 700 orang sudah ditempatkan di pengungsian dengan fasilitas yang layak. Namun, sekarang hanya sisa 236 orang yang tetap tinggal di pengungsian.

"Yang lain bilang ingin mengunjungi rumah saudara, tapi pas ditinjau ke lokasi ternyata mereka mendirikan tenda di dekat kampung halamannya," kata Iti kepada Republika, Kamis (13/2).

Setelah Iti menanyakan langsung alasan mereka tidak ingin tinggal di pengungsian karena rindu kampung halaman. Mereka ingin tinggal di tempat yang suasananya sama dengan kampung halaman.

Bupati Lebak meninjau langsung kondisi mereka yang memilih tinggal di tenda darurat karena khawatir pemerintah dikira melakukan pembiaran kepada korban bencana alam.

"Maka, pemerintah sedang mencari lokasi untuk relokasi yang dekat dengan bekas kampungnya, tapi lokasinya aman, makanya kita minta kepala desa dan camat mencari lahan yang bisa dijadikan tempat relokasi," ujarnya.

Iti juga mengungkapkan, lokasi yang terdampak bencana di Lebak sangat luas. Karena itu, Kabupaten Lebak sangat berharap Pemerintah Provinsi Banten dapat segera memberikan bantuan. Sebab, Pemerintah Kabupaten Lebak akan kesulitan bila tanpa bantuan dari pemerintah provinsi.

Di samping itu, jalan provinsi dalam kondisi rusak parah akibat longsor sehingga menghambat dan menyulitkan masyarakat.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat