
Internasional
Isu Covid-19 dari Laboraturium Wuhan Mencuat Lagi
ADYSHA CITRA R, RIZKY JARAMAYA
Isu soal kebocoran laboratorium di Wuhan, Cina, sebagai penyebab merebaknya Covid-19 sukar hilang begitu saja. Kesaksian baru mengungkapkan bagaimana kecurigaan tersebut coba ditutup-tutupi pada awal merebaknya virus yang dalam tiga tahun menewaskan 6,9 juta orang tersebut.
Beberapa ilmuwan Cina disebut sempat berdiskusi mengenai adanya potensi masalah pada laboratorium Wuhan, sekitar beberapa hari setelah kemunculan kasus Covid-19. Namun tak lama setelah itu, diskusi tersebut tiba-tiba berhenti begitu saja.
Informasi ini diungkapkan oleh seorang ahli neurobiologi asal Belgia, Andre Goffinet. Goffinet mengungkapkan bahwa informasi tersebut dia dapatkan setelah berbincang dengan beberapa rekan ilmuwannya yang berada di Cina pada awal 2020, ketika pandemi Covid-19 baru menyebar ke berbagai negara.
Saat itu, Wuhan Institute of Virology menjadi pusat perbincangan karena kasus pertama Covid-19 ditemukan tak jauh dari lokasi laboratorium tersebut. Banyak ilmuwan dan petinggi intelijen yang mencurigai lab tersebut tak sengaja menyebarkan Covid-19 saat melakukan percobaan berisiko pada kelelawar.

Kepada Goffinet, beberapa ilmuwan Cina mengungkapkan bahwa mereka sempat berdiskusi mengenai adanya potensi masalah pada Wuhan Institute of Virology. Diskusi ini dilakukan sekitar beberapa hari setelah kasus Covid-19 muncul.
"Mereka mengatakan para ilmuwan sempat berdiskusi mengenai kemungkinan adanya masalah pada lab di Wuhan (yang berkaitan dengan pandemi)," jelas Goffinet, seperti dilansir The Sun pada Senin (3/7).
Namun, beragam diskusi mengenai potensi masalah pada laboratorium di Wuhan tak berlangsung lama. Goffinet mengatakan diskusi tersebut berhenti begitu saja.
"Artinya mereka diperintahkan untuk berhenti, dan saya tidak bertanya lebih jauh karena saya tak ingin membahayakan teman-teman saya. Saya tak ingin mereka memiliki masalah dengan Partai Komunis," tukas Goffinet.
Goffinet merupakan anggota dari BioSafety Now yang baru saja dibentuk. Kelompok ini terdiri atas para pakar yang menentang keras pengetesan virus berbahaya dalam laboratorium di berbagai penjuru dunia. Pembentukan kelompok ini dipicu oleh adanya potensi kebocoran virus dari laboratorium di Wuhan yang kemudian memicu pandemi Covid-19.
Goffinet meyakini bahwa virus Covid-19 bocor dari laboratorium di Wuhan. Menurut Goffinet, kebocoran tersebut mungkin terjadi karena para peneliti di laboratorium tersebut melakukan percobaan berisiko dengan tingkat keamanan biosafety yang rendah.
Bukan hanya Goffinet yang memiliki kecurigaan seperti ini. FBI dan Department of Energy di Amerika Serikat juga meyakini bahwa pandemi Covid-19 kemungkinan besar terjadi karena adanya kebocoran virus dari laboratorium di Cina.
Kecurigaan ini didukung dengan adanya beberapa dokumen yang semula dirahasiakan namun kini sudah dibuka kepada publik. Dokumen tersebut mengonfirmasi bahwa para peneliti di Wuhan jatuh sakit dengan gejala mirip Covid-19 pada akhir 2019. Fakta ini memicu kecurigaan bahwa Covid-19 berasal dari laboratorium mereka.

Sebuah studi juga mengungkapkan temuan mengejutkan mengenai adanya bahaya biosafety di dalam laboratorium-laboratorium di Wuhan. Kondisi laboratorium-laboratorium tersebut terbilang sangat padat dan kacau, seperti dipenuhi oleh kandang-kandang binatang yang kotor dan selokan yang rusak.
"Mereka melakukan banyak percobaan aneh dengan memodifikasi virus-virus corona kelelawar, untuk melihat apakah virus tersebut bisa beradaptasi pada sel manusia. Mereka melakukannya dalam skala besar," ujar Goffinet.
Yang tak kalah mencengangkan, Goffinet mengatakan beragam percobaan tersebut dilakukan dalam lingkup laboratorium dengan status BSL-2. Padahal, Goffinet mengatakan percobaan serupa perlu dilakukan dalam laboratorium dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi, seperti laboratorium berstatus BSL-3 dan BSL-4.
"Mereka mengambil risiko. Mereka tidak hati-hati. Mungkin ada sebuah kesalahan yang terjadi dan itu membuat virus menyebar ke tengah masyarakat dengan cepat," ujar Goffinet.

Sebelumnya, Komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) tidak menemukan bukti langsung bahwa pandemi Covid-19 berasal dari insiden kebocoran di Institut Virologi Wuhan (WIV). Namun, laporan empat halaman oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) mengatakan, komunitas intelijen AS masih tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa virus itu berasal dari laboratorium, dan belum dapat menemukan asal-usulnya.
"Badan Intelijen Pusat dan badan lain tetap tidak dapat menentukan asal pasti pandemi Covid-19, karena hipotesis (alami dan laboratorium) bergantung pada asumsi yang signifikan atau menghadapi tantangan dengan pelaporan yang bertentangan," kata laporan ODNI.
Laporan itu mengatakan, langkah ekstensif telah dilakukan pada virus korona di Institut Wuhan (WIV). ODNI belum menemukan bukti insiden spesifik yang dapat menyebabkan wabah tersebut.
"Kami tidak memiliki indikasi bahwa kepemilikan penelitian pra-pandemi WIV termasuk SARS CoV-2 atau nenek moyang yang dekat, atau bukti langsung bahwa insiden terkait penelitian tertentu melibatkan personel WIV sebelum pandemi yang dapat menyebabkan pandemi Covid-19," kata laporan itu.
Asal muasal pandemi virus korona telah menjadi bahan perdebatan sengit di Amerika Serikat, sejak kasus itu pertama kali dilaporkan di Wuhan pada akhir 2019. Presiden AS Joe Biden pada Maret menandatangani undang-undang yang mendeklasifikasi informasi terkait asal-usul pandemi.
Biden mengatakan, dia berbagi tujuan dengan Kongres untuk merilis informasi sebanyak mungkin tentang asal mula Covid-19.
Direktur FBI, Christopher Wray mengatakan, agensinya telah menilai selama beberapa waktu terkait asal mula pandemi. Wray mengatakan, asal mula pandemi kemungkinan besar berpotensi berasal dari insiden laboratorium di Kota Wuhan, Cina. Sementara Cina mengatakan, klaim tersebut tidak memiliki kredibilitas apa pun.
Hingga 20 Maret, empat lembaga AS lainnya masih menilai bahwa Covid-19 kemungkinan besar merupakan hasil dari penularan alami. Sementara dua lembaga AS lainnya belum diputuskan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menjemput Fajar di Atas Awan dari Ketinggian 1.894 Mdpl
Wisata Puncak Telomoyo jadi daya tarik di masa libur panjang.
SELENGKAPNYAPrancis Masih Siaga, WNI Agar Berhati-hati
Pemerintah Prancis menurunkan 45.000 polisi untuk menghentikan kerusuhan.
SELENGKAPNYAAncaman Senjata Nuklir Masih Nyata
Tahun lalu, sebanyak 82 miliar dolar AS justru disalurkan ke bidang investasi nuklir.
SELENGKAPNYA