Abdullah Delancey memeluk Islam pada 2006 | DOK WOMEN IN ISLAM FACEBOOK

Oase

Hidayah Menyapa Sang Rohaniwan

Abdullah Delancey selalu bersyukur bahwa Allah SWT membukakan hatinya untuk menerima cahaya hidayah.

Abdullah Delancey, begitu nama lengkap pria asal Kanada ini yang merupakan mantan aktivis gereja. Selama menjadi pegiat gereja, ia kerap memberikan kuliah untuk sekolah Minggu khusus dewasa. Rekam jejak ini pun mengantarkannya terpilih sebagai diakon alias rohaniwan gereja.

Saat itu, ia benar-benar ingin memberikan dedikasi penuh untuk agamanya dan memutuskan untuk mengejar karier sebagai menteri. Delancey memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi di bidang teologi.

Perkenalan Delancy, sapaan akrabnya, dengan Islam bermula saat ia mulai merasa bimbang dengan konsep Tuhan yang didoktrinkan oleh agamanya lama. Semua berawal ketika semakin ia memperdalam dan mengkaji konsep ketuhanan dalam Alkitab, kebimbangan dan keraguan justru kian muncul.

Jawaban demi jawaban yang ia peroleh dari para teolog Kristen tak lantas membuatnya puas. Ia merasa belum menemukan jawaban yang tepat untuk mengobati kebimbangan yang ia rasakan, begitu pula ketika ia menggali dan mendalami Alkitab. Usahanya nihil.

Menyadari hal ini, Delancey merasa apa yang ia imani dahulu telah hancur. Ia tidak bisa lagi meyakini agamanya dan bertahan dengan keyakinan tersebut. "Aku merasa ini iman buta (blind faith)," katanya. Ia merasa, agama yang ia anut selama ini, tak sepenuhnya berdiri di atas landasan kesadaran dan keyakinan yang utuh.

photo
Abdullah Delancey mulai mengenal Islam sejak kegelisahannya mengenai konsep ketuhanan yang sebelumnya ia yakini. - (DOK TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE)

Delancey akhirnya memutuskan untuk berhenti dari aktivitas gereja. Ia mengajak serta sang istri. Istri Delancey mengikuti pilihan suaminya dan juga merasakan hal yang sama terkait iman buta yang dirasakan oleh sang suami.

Dari sinilah kisah perjalan spiritual Delancey dimulai. Lelaki Kanada ini menjalani kehidupan tanpa agama. Namun, ia tetap percaya akan keberadaan Tuhan. Delancey mengenang, keputusannya kala itu untuk meninggalkan agama terdahulu merupakan hal yang sulit.

Itu berarti, ia harus siap menghadapi konsekuensi terkait hubungan yang kurang harmonis dengan orang tua dan kerabat lainnya. Namun, ia tetap harus mencari kebenaran terkait kebimbangan yang ia rasakan.

Mencari agama

Ia mulai mempelajari semua agama untuk mencari kebenaran. Termasuk, bersinggungan dengan Islam. Satu hal yang tak pernah ia alami sebelumnya, bersentuhan dengan Islam ataupun Muslim.

Bagi kebanyakan warga Kanada, Islam agama yang jarang diperbincangkan di kota kelahirannya itu. Kecuali, jika ada hal-hal yang buruk dan dikaitkan dengan Islam, seperti terorisme dan ekstremisme.

 

 
Sebelumnya, Islam sama sekali bukan agama yang masuk dalam bagian hidupnya.

 

Ia menuturkan, sebelumnya, Islam sama sekali bukan agama yang masuk dalam bagian hidupnya. Bahkan, ia sama sekali tidak mempertimbangkan risalah ini.

Namun, ia memutuskan untuk mulai membaca sedikit tentang Islam. Lama-kelamaan, Delancey perlahan mengetahui banyak tentang Islam. Kemudian, ia mulai membaca Alquran. Di sinilah ia mulai merasa menemui kebenaran yang selama ini dicarinya.

Di sinilah ia mulai merasa menemui kebenaran yang selama ini dicarinya.

Rasa ingin tahu Delancey tentang Islam semakin bertambah seiring waktu. Ia akhirnya memutuskan mendatangi masjid yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia mengajak serta anak dan istrinya.

Delancey sempat merasa gugup menuju masjid. Pertanyaan bergelayut dalam benaknya, apakah ia akan mendapat izin memasuki tempat ibadah umat Islam itu, apalagi ia bukan Muslim dan tidak pula keturunan Arab.

Betapa kaget dan terharu. Kekhawatirannya tak terbukti. Ia disambut hangat oleh imam dan Muslim yang berada di masjid. "Saya takjub, Muslim ramah tak seperti gambaran buruk berita selama ini," tuturnya.

Imam masjid memberi Delancey sebuah buku dan meyakinkan bahwa ia dapat menjadi seorang Muslim. Delancey mengaku senang dengan pemberian tersebut. Ini artinya koleksi bukunya akan bertambah.

Koleksi bukunya itu semakin membuka cakrawala dan kesadarannya, ihwal hakikat agama yang ia yakini dulu, terutama konsepsi ketuhanan yang sulit dicerna.

Akhirnya, ia jatuh cinta dengan Islam dan membaca dua kalimat syahadat pada 24 Maret 2006. Ia masih ingat dengan momentum bersejarah itu, tepat sebelum shalat Jumat, disaksikan ratusan pasang mata yang hadir ketika itu.

 

 
Ini adalah hari terbaik dalam hidup saya. Saya mencintai Islam dan memiliki ketenangan sekarang.
Abdullah Delancey
 

 

Sangat bersyukur

Pilihannya memeluk Islam membawa konsekuensi yang tak mudah. Satu demi satu cobaan menghampiri. Perlakuan diskriminasi muncul dari orang-orang sekitar, termasuk orang tua.

Menurut ayah tiga anak ini, orang tuanya sudah tidak menganggap Delancey sebagai anak. Selain itu, kerabat dan teman-teman terdekat juga mulai menghindar dan menertawakan keyakinan baru yang ia anut.

Delancey memilih tak acuh dan bergeming dengan jalan hidupnya saat ini. Ia mengaku bangga sebagai Muslim. Baginya, Allah adalah pemberi kekuatan dan telah membantunya melalui semua masa sulit dan kini ia memiliki begitu banyak saudara Muslim.

Delancey yang sekarang bekerja di sebuah rumah sakit di Kanada mengaku benar-benar merasa bahagia dan tak henti bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah ia peroleh, nikmat iman dan Islam.

Bantuan Gereja dan Bangunan Mushala di Kolong Tol Angke

Warga merasa nyaman tinggal di Kolong Tol Angke.

SELENGKAPNYA

Ibadah di Bulan Dzulhijah

Bulan haram yang paling Allah cintai adalah bulan Dzulhijah.

SELENGKAPNYA

Mengapa Prostitusi Anak Marak?

Kemiskinan dan keterbukaan informasi jadi kombinasi mematikan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya