FILE - Queen Elizabeth II and U.S. President John Kennedy as they pose at Buckingham Palace in London, June 5, 1961. The Kennedy | AP/AP

Inovasi

AI, Teknologi yang Bisa Jadi Detektif Hingga Menggantikan John Lennon

AI akhirnya bisa membantu memecahkan misteri “penembak kedua” dalam pembunuhan JFK, hampir 60 tahun lalu.

Teknologi kecerdasan buatan atau AI benar-benar telah dapat ditemui dalam berbagai aspek kehidupan. Tak hanya terbatas di satu industri, setiap hari pengimplementasian AI selalu bisa ditemui dalam berbagai hal baru yang tak terbayangkan sebelumnya. 

Salah satunya, AI akhirnya bisa membantu memecahkan misteri “penembak kedua” dalam pembunuhan Presiden AS John F Kennedy (JFK), hampir 60 tahun lalu. Para ahli percaya AI dikombinasikan dengan kemajuan baru dalam pemrosesan gambar digital akan membuktikan atau menyangkal tanpa keraguan apakah ada penembak lain yang membidik JFK di Dallas pada 22 November 1963.

Bukti baru tersebut ada dalam film rumahan yang direkam oleh petugas pemeliharaan lokal Orville Nix. Anggota keluarga Nix telah meluncurkan upaya hukum untuk mendapatkannya kembali dari Pemerintah AS.

Klipnya kemudian difilmkan dari pusat Dealey Plaza saat Kennedy dipukul di kepala, sementara dia dan istrinya Jackie melambai ke kerumunan dari belakang limusin beratap terbuka. Film ini memberikan sudut pandang baru, di mana para ahli teori konspirasi telah lama mengeklaim adanya penembak jitu lain atau penembak yang bersembunyi.

Artificial intelligence - (Freepik)

  ​

Dilansir Express pada Selasa (6/6/2023), film Nix terakhir diperiksa pada 1978 oleh pakar foto yang disewa oleh Komite Pemilihan DPR AS untuk Pembunuhan. Sebagian berdasarkan analisis itu menyimpulkan, JFK mungkin dibunuh sebagai hasil konspirasi dan ada dua pria bersenjata kemungkinan besar menembaki dia.

Namun, teknologi saat itu membuat para ahli ragu apakah film rumahan tersebut benar-benar membuktikan hal ini. Apalagi, film aslinya kemudian menghilang dengan tersisa salinan yang tidak sempurna di tangan pejabat pemerintah.

Kini, keluarga Nix, yang mengaku memiliki hak atas film tersebut, menggugat Administrasi Arsip dan Catatan Nasional negara itu. Mereka menginginkan pengembalian klip yang asli dan semua salinannya serta 29,7 juta dolar AS (sekitar Rp 440 miliar) sebagai ganti rugi.

Keluarga Nix berniat untuk memeriksa ulang yang asli menggunakan AI dan pengembangan teknologi baru lainnya, jika dikembalikan utuh. Rencana mereka ini pun disambut baik oleh mantan ilmuwan NASA Kenneth Castleman.

Dia menganalisis foto-foto bencana Challenger dan Columbia dan merupakan satu dari segelintir ahli yang telah menonton film Nix asli beberapa dekade lalu. "Pemrosesan gambar modern dan teknik baru lainnya harus dilakukan. Bekerja dari aslinya, dengan asumsi masih dalam kondisi baik, mungkin mengungkapkan data yang tidak terlihat pada salinannya,” kata Castleman.

Penulis dan pakar CIA, Jefferson Morley, mengatakan akan sangat signifikan jika hasil yang asli dirilis. Dia menambahkan, dengan AI dan kemajuan lainnya, film itu pada dasarnya akan menjadi bukti baru yang mungkin tidak diberikan oleh salinan saja. "Ada penurunan kualitas yang signifikan antara generasi pertama dan kedua dari film analog seperti punya Nix,” ujar Morley. 


Merilis Lagu Final The Beatles

photo
Pameran foto-foto The Beatles di Jakarta (28/4/1993). Pameran tersebut merayakan 30 tahun The Beatles. Foto: Sony Soemarsono/Republika - (Dokrep)

Selain ancaman, kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) juga memberikan banyak manfaat untuk membantu pekerjaan manusia. Legenda the Beatles, Sir Paul McCartney, mengungkapkan telah menggunakan teknologi AI dalam membuat lagu terakhir band.

Dia memanfaatkan teknologi AI untuk melepaskan suara mendiang John Lennon dari demo lama. “Kami baru saja menyelesaikannya dan akan dirilis tahun ini,” kata McCartney dalam program Today BBC Radio 4.

Meskipun dia tidak membocorkan judul lagunya, diperkirakan lagu itu adalah komposisi tahun 1978 dari Lennon berjudul "Now And Then". Dia diberi demo itu oleh Yoko Ono, pasangan mendiang Lennon pada 1994.

Demo tersebut merupakan sejumlah lagu dalam kaset berlabel For Paul yang dibuat sebelum kematian Lennon pada 1980. Pada pertengahan tahun 90-an, McCartney, Ringo Starr, dan mendiang George Harrison bekerja sama untuk menyelesaikan demo Now And Then. Sayangnya, usaha tersebut tidak membuahkan hasil. “George tidak menyukainya. Karena menganut sistem demokrasi, kami tidak menyelesaikannya,” ujarnya kepada majalah Q pada 1997.

photo
Pameran foto-foto The Beatles di jakarta (28/4/1993). Pameran tersebut merayakan 30 tahun The Beatles. Foto: Sony Soemarsono/Republika - (Dokrep)

Dilansir Huff Post, Selasa (13/6/2023), ini bukan pertama kalinya McCartney beralih ke AI. Sebelumnya, dia menggunakan proses yang sama untuk dapat berduet dengan Lennon selama tur terbarunya.

Dia mengatakan, sutradara The Beatles: Get Back, Peter Jackson, dapat mengeluarkan suara John dari kaset kecil yang diikat. Ini membuat mereka memiliki suara dan piano John dan dia dapat memisahkannya dengan AI.

“Jadi, ketika kami datang untuk membuat apa yang akan menjadi rekaman Beatles terakhir, itu adalah demo yang dimiliki John dan kami dapat mengambil suara John dan membuatnya murni melalui AI ini," ujar McCartney. Kemudian, dia melanjutkan, dengan AI pula, ia bisa melakukan mixing rekaman, seperti yang biasa dilakukan musisi. Jadi, AI memang memberikan kita banyak kelonggaran dalam berbagai hal.

 

 

 

Dengan AI pula, kita bisa melakukan mixing rekaman. 

PAUL MCCARTNEY, Anggota The Beatles
 
 

 

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat