Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara kepada media selama konferensi pers menjelang KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 14 November 2022. | EPA-EFE/MAST IRHAM

Internasional

PBB Juga Khawatirkan Kecerdasan Buatan

Sekjen PBB menilai perlu agen internasional pengawas AI.

NEW YORK -- Perkembangan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) yang terlalu lekas menimbulkan kekhawatiran soal dampaknya bagi kemanusiaan. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres urun pandangan dan menyatakan dukungannya untuk pembentukan badan global yang berfokus pada AI.

Keinginan itu dia sampaikan saat meluncurkan laporan tentang integritas informasi di platform digital pada Senin (12/6/2023). "Saya akan mendukung gagasan bahwa kita dapat memiliki agen kecerdasan buatan," kata Guterres dikutip dari Anadolu Agency.

Guterres mulai meningkatkan kewaspadaan atas bentuk terbaru dari AI. Ada kekhawatiran dan seruan untuk memperlambat laju perkembangan baru dalam AI yang berkembang pesat dalam beberapa bulan terakhir.

Selama beberapa waktu terakhir, perusahaan seperti OpenAI, Google, dan Microsoft terus membangun sistem AI. Beberapa tokoh terkemuka di bidang teknologi, termasuk Elon Musk, menuntut jeda pada perkembangan pesat dengan alasan risiko besar bagi masyarakat.

“Platform digital disalahgunakan untuk menumbangkan sains dan menyebarkan disinformasi dan kebencian kepada miliaran orang,” kata Guterres.

"Lonceng alarm atas bentuk terbaru kecerdasan buatan atau AI generatif ini sangat memekakkan telinga. Dan itu paling keras dari para pengembang yang merancangnya," ujarnya.

Menurut Guterres, ilmuwan dan pakar telah meminta dunia untuk bertindak karena menilai AI sebagai ancaman eksistensial bagi umat manusia yang setara dengan risiko perang nuklir. "Kita harus menanggapi peringatan itu dengan serius," katanya.

photo
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres di sela Sesi ke-77 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Rabu, 21 September 2022, di markas besar PBB. - (AP/Evan Vucci)

Dia mendesak pemerintah untuk mengatasi "kerusakan global yang parah" yang disebabkan oleh "penyebaran kebencian dan kebohongan" di ruang digital. Guterres menyerukan tindakan global melalui kode etik untuk integritas informasi pada platform digital. Dia mengusulkan kesatuan digital global untuk tata kelola AI.

photo
Sejarah Singkat Kecerdasan Buatan - (Republika)

Persetujuan bersama ini bertujuan untuk menciptakan pagar pembatas untuk membantu pemerintah bersatu di sekitar pedoman yang mempromosikan fakta. Nantinya badan itu mengungkap konspirasi dan kebohongan, serta melindungi kebebasan berekspresi dan informasi.

Proposal kode etik mencakup komitmen pemerintah, perusahaan teknologi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk tidak menggunakan, mendukung, atau memperkuat disinformasi dan ujaran kebencian untuk tujuan apa pun.

Kesepakatan bersama itu juga mencakup janji pemerintah untuk menjamin lanskap media yang bebas, layak, independen, dan majemuk. Negara-negara pun menjamin perlindungan yang kuat bagi jurnalis. Diperlukan protokol yang disepakati untuk tanggapan cepat oleh pemerintah dan platform digital ketika taruhannya paling tinggi pada saat konflik dan ketegangan sosial yang tinggi.

Guterres mengatakan, akan menunjuk dewan penasihat ilmiah yang mencakup sejumlah ahli dari luar. Dewan ini juga akan melibatkan dua ahli AI dan kepala ilmuwan badan-badan PBB dalam beberapa hari ke depan.

Jenis-jenis Kecerdasan Buatan - (Republika)  ​

Dalam kunjungan baru-baru ini ke Uni Emirat Arab (UEA), CEO OpenAI Sam Altman, menyatakan keprihatinannya tentang potensi "risiko eksistensial" yang ditimbulkan oleh AI terhadap manusia. Altman juga mengusulkan pembentukan sebuah badan, mirip dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk mengawasi dan mengatur teknologi terobosan ini.

Altman menekankan perlunya pengawasan dan pengelolaan AI yang cermat untuk memastikan perkembangannya sejalan dengan kepentingan terbaik manusia. Pernyataan Altman menyoroti meningkatnya pengakuan akan tantangan signifikan dan potensi bahaya terkait dengan AI.

Dia mendorong dibentuknya kerja sama global dan tata kelola yang bertanggung jawab untuk bidang yang sedang berkembang pesat ini. Selama tur globalnya yang sedang berlangsung, Altman telah terlibat dalam diskusi tentang AI dan implikasinya. Dia telah menyuarakan keprihatinan tentang risiko signifikan yang terkait dengan AI.

Altman juga menekankan kebutuhan mendesak untuk menemukan cara yang efektif dalam mengelola risiko ini sembari tetap menuai manfaat besar yang ditawarkan AI, seperti dikutip dari Gizmochina, Rabu (7/6/2023).

photo
FILE - Dalam file foto 10 November 2016 ini, orang-orang berjalan melewati kantor Microsoft di New York. Microsoft mengatakan sedang melakukan investasi multi-tahun, miliaran dolar dalam startup kecerdasan buatan OpenAI, pembuat ChatGPT dan alat lain yang dapat menghasilkan teks, gambar, dan kode komputer yang dapat dibaca. - (AP Photo/Swayne B. Hall, File)

Dalam pidatonya, ia mencontohkan IAEA sebagai model untuk mengelola teknologi berbahaya melalui penerapan perlindungan. Altman mengakui bahwa meskipun AI mungkin tidak menimbulkan ancaman langsung, perkembangannya yang cepat dapat menimbulkan bahaya signifikan.

Meskipun perkembangannya pesat, ia menilai tetap perlu kewaspadaan terhadap potensi risikonya. Pernyataan Altman menyoroti pentingnya menemukan keseimbangan antara mendapat manfaat AI dan menerapkan tindakan pencegahan yang memadai untuk mengurangi bahayanya di masa depan.

Menyadari potensi risiko yang terkait dengan AI, Altman yang perusahaannya menciptakan AI ChatBot, ChatGPT yang terkenal itu, menekankan perlunya intervensi pemerintah. Hal itu disampaikannya selama Kongres AS pada bulan Mei.

Dia menekankan peran penting tata kelola dalam mengelola risiko yang terkait dengan AI secara efektif. Fokus yang berkembang pada regulasi AI ini mencerminkan kebutuhan akan langkah-langkah proaktif untuk memastikan pengembangan dan penerapan teknologi AI yang bertanggung jawab dan aman dalam skala global.

 
Perkembangan AI yang cepat dapat menimbulkan bahaya signifikan.
 
 

Kerja sama global 

Dalam artikel PBB berjudul Towards an Ethics of Artificial Intelligence, penulis Audrey Azoulay menyatakan bahwa kerja sama global sangat penting untuk memastikan penggunaan teknologi baru yang bertanggung jawab dan bermanfaat. Hal ini terutama yang didasarkan pada AI untuk pembangunan berkelanjutan.

Berbagai pemangku kepentingan, termasuk bisnis, pusat penelitian, akademi sains, negara anggota PBB, organisasi internasional, dan asosiasi masyarakat sipil, perlu bersatu untuk membangun kerangka kerja etis dalam pengembangan AI. Selain itu, ada kebutuhan untuk koordinasi yang lebih kuat di antara entitas-entitas ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat