
Kisah
Keimanan Melahirkan Keberanian
Iman menumbuhkan keyakinan untuk berani membela agama Allah.
Sebelum dimulainya fase hijrah, dakwah Islam selalu menghadapi intimidasi dan persekusi dari kaum musyrikin Makkah. Kebanyakan Muslimin berasal dari kalangan yang papa dan lemah. Mereka pun kerap menjadi bulan-bulanan penguasa.
Dalam kondisi demikian, tidak ada yang menyangka bahwa Abdullah bin Mas’ud muncul sebagai orang paling berani. Di antara semua sahabat Nabi Muhammad SAW, ia berfisik tidak gagah. Betisnya kecil serta tubuhnya tidak tinggi.
Para sahabat yang lebih tampak gagah pernah suatu kali berdiskusi. Adakah di antara mereka yang punya keberanian untuk membaca Alquran tepat di depan Ka’bah? Saat itu lokasi Baitullah masih dikuasai kafir Quraisy. Sebagai penguasa, kaum ini siap menggelandang siapa pun yang terindikasi ikut ajaran Nabi Muhammad SAW.
Maka, membaca ayat-ayat Alquran di depan Ka’bah adalah sebuah tindakan yang amat berani. Para sahabat Nabi yang terlibat diskusi itu pun tidak bernyali melakukannya.
Di luar dugaan mereka, Ibnu Mas’ud ternyata menyanggupi tantangan ini. Awalnya, para sahabat yang berbincang itu tak menggubris ucapan Ibnu Mas’ud. Mereka hanya tertawa sembari melihat betisnya yang kecil dan tubuhnya yang cenderung pendek.
Bagaimanapun, Ibnu Mas’ud membuktikan ucapannya. Ia berdiri di dekat Ka’bah yang sedang ramai khalayak. Tanpa keraguan sedikitpun, dirinya langsung membacakan Alquran surah Thaha di sana.
Seperti yang dapat diduga, Ibnu Mas’ud langsung dikerubungi orang-orang kafir. Mereka merenggut, memukul, menjatuhkan, dan menindih tubuh sahabat Nabi SAW itu. Hampir saja Muslim ini meninggal dunia kalau tak diselamatkan para sahabat Nabi lainnya.
Apakah Ibnu Mas’ud menyesal? Yang terjadi justru sebaliknya.
“Jika aku diberikan umur panjang hingga esok hari, akan kuulangi lagi perbuatanku ini!” ucap dia tegas.
Sahabat-sahabat Nabi, termasuk mereka yang bertubuh kekar, mendengarnya dengan takjub. Beberapa tertunduk malu. Ada pula yang berusaha mencegah Ibnu Mas’ud agar tidak lagi melakukan tindakan nekatnya itu. Sudah cukup sang sahabat membuktikan keberaniannya melalui aksi nyata.
Apakah yang membuat seorang Ibnu Mas’ud menjadi sedemikian berani? Karena keimanan sudah mengalir dalam darah dan sanubarinya. Inilah yang diisyaratkan dalam firman Allah SWT.
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.QS Ali Imran ayat ke-139
Orang beriman sama sekali tidak akan takut dan gentar dengan apa pun. Keimanan adalah semangat paling tinggi yang bisa memompa keberanian seseorang. Sebesar apa pun objek yang menakutinya, ia tak akan takut.
Ia yakin, jika beriman, ia bersama Allah SWT Yang Mahabesar. Kemahakuasaan-Nya atas semua makhluk adalah mutlak. Keimanan itulah yang mengalir dalam diri Ibnu Mas’ud. Kendati tubuhnya kecil, ia yakin akan Allah Yang Mahabesar, Mahakuat, dan Mahaperkasa.
Para pejuang Islam yang dibakar semangat keimanan tak pernah merasa gentar menghadapi musuh-musuh yang mengganggu syiar agama ini. Dengan gagahnya, mereka bertarung di medan perang tanpa sedikit pun rasa takut. Mereka bangga menjadi pejuang yang ikut jihad bersama Rasulullah SAW.
Jika meraih kemenangan, mereka akan hidup mulia dengan Islam. Jika terbunuh di medan perang, mereka akan memperoleh syahid dan surga dengan ridha-Nya. Apa pun hasilnya, mereka mendapatkan keuntungan, baik di dunia maupun akhirat. Jadi, apa yang mesti dikhawatirkan?
Mental keberanian inilah yang saat ini banyak hilang dari tubuh umat Islam. Kaum Muslimin cenderung ditakut-takuti dengan situasi dan kondisi masa depan yang dipandang suram atau tekanan-tekanan lainnya. Umat Islam menjadi ciut untuk memperjuangkan nilai dan norma yang diyakininya. Syuja’ah (keberanian) adalah harga diri umat Islam. Jika sifat ini sudah hilang, sirna pula harga diri Muslimin di muka bumi.
Dahulu, umat Islam sedemikian disegani. Misal nya saja, ketika tentara Islam berencana akan memasuki Bizantium. Pemuda setempat telah lari tunggang langgang karena mendengar umat Islam akan tiba di negeri mereka.
Sampai-sampai Khalid bin Walid RA menenangkan masyarakat Romawi agar tidak perlu cemas. Kedatangan Muslimin hanya untuk menyerukan Islam dan mengajak mereka menghamba pada Allah SWT.
Mungkin saat ini tak ada lagi yang gentar dengan keperkasaan umat Islam. Sangat jarang didapati orang yang bisa bersuara lantang menyerukan kebenaran seperti Ibnu Mas’ud. Jarang yang mau menegakkan amar makruf nahi mungkar ketika melihat kemaksiatan atau menyaksikan kelaliman penguasa.
Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.Rasulullah SAW
Keberanian tidak hanya diukur ketika seseorang angkat senjata dan berangkat berperang. Ia adalah konsistensi menyampaikan sesuatu yang benar walau mendapatkan intervensi dari penguasa. Itu seperti mentalnya Ibnu Mas’ud yang sama sekali tak gentar membacakan Alquran di tengah-tengah kezaliman kafir.
Kesabaran Khabbab bin Arats
Khabbab bin Arats adalah seorang sahabat Nabi yang pernah alami siksaan dahsyat dari kafir Quraisy.
SELENGKAPNYAMakmum tak Qunut Shalat di Belakang Imam Berqunut, Apa yang Harus Dilakukan?
Hendaknya makmum mengikuti gerakan imam.
SELENGKAPNYABeras dan Ketahanan Pangan Petani
Budidaya tanaman padi telah menjadi kultur yang melekat kuat di banyak masyarakat perdesaan.
SELENGKAPNYA