Buruh angkut melakukan bongkar muat di atas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (15/5/2023). | Republika/Thoudy Badai

Ekonomi

El Nino dan Stabilitas Pasokan Pangan Dalam Negeri

Ada sejumlah dampak yang harus diwaspadai dari fenomena El Nino.

MALANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan pernyataan untuk mewaspadai adanya potensi El Nino atau musim kemarau ekstrem pada 2023 yang akan menyebabkan penurunan curah hujan di Indonesia.

Kewaspadaan untuk menghadapi musim kemarau ekstrem yang diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus 2023 memang diperlukan. Terlebih, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, Indonesia telah mengalami La Nina atau kondisi yang berkebalikan dengan El Nino.

La Nina, berdasarkan BMKG, merupakan fenomena suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah yang mengalami pendinginan, di bawah kondisi normal. Hal itu mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik dan meningkatkan curah hujan di Indonesia.

Dengan kondisi tersebut, selama terjadi La Nina di Indonesia, sektor pertanian di dalam negeri hampir tidak terpengaruh. Produktivitas pertanian bisa dilakukan optimalisasi karena sumber air melimpah.

photo
Petani memanen padi di area persawahan tadah hujan Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/5/2023). Petani setempat mengatakan, musim panen tersebut diperkirakan menjadi musim panen padi terakhir tahun ini seiring masuknya musim kemarau di daerah itu karena area persawahan mereka merupakan sawah tadah hujan. - (Antara/Arnas Padda)

Bagi sebagian orang, datangnya El Nino mungkin akan memunculkan kelegaan. Tidak ada lagi curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir dan genangan air di sejumlah daerah di Indonesia yang mengganggu aktivitas.

Para ibu rumah tangga juga akan tersenyum karena pakaian yang dicuci setiap hari bisa cepat kering karena cuaca terik. Belum lagi pesona keindahan langit senja nan cerah yang bisa dinikmati saat mulai menutup aktivitas harian.

Namun, keindahan yang muncul dengan semburat senja pada musim kemarau juga menyimpan potensi yang dapat mengganggu hasil produksi pertanian. Tanaman pangan, seperti padi, membutuhkan banyak air untuk tumbuh optimal. Berdasarkan laman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, ada sejumlah dampak yang harus diwaspadai, seperti terjadinya kekeringan, yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman pangan atau bahkan gagal panen.

Kemudian, terjadinya El Nino juga diperkirakan mengganggu musim tanam para petani, memunculkan hama penyakit, serta menurunkan kualitas tanaman pangan. Dengan kondisi itu, satu hal yang menjadi perhatian utama, yaitu pasokan bahan pangan pokok untuk masyarakat.

Pasokan bahan pangan pokok seperti beras, harus bisa dijamin ketersediaannya oleh pemerintah, dalam kondisi apa pun. Dengan hukum pasar yang ada, pada saat stok berkurang akibat gangguan El Nino, itu akan berdampak pada kenaikan harga bahan pokok penting.

photo
Pekerja mengangkut karung gandum di distributor sembako Arista, Sleman, Yogyakarta, Selasa (4/4/2023). - (Republika/Wihdan Hidayat)

Pasokan bahan pangan, seperti beras, merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga. Itu karena mayoritas masyarakat Indonesia masih menjadikan komoditas tersebut sebagai bahan makanan utama dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga komoditas beras eceran pada April 2023 tercatat mengalami kenaikan sebesar 11,34 persen dari periode yang sama tahun lalu (yoy) dan naik 0,48 persen secara month to month (mtm). Dengan kecenderungan kenaikan harga tersebut, ditambah dengan fenomena El Nino, pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah untuk mengendalikan harga komoditas penting tersebut akibat tekanan dari sisi produksi.

Langkah antisipasi

Langkah-langkah antisipasi perlu disiapkan oleh pemerintah untuk mengendalikan harga komoditas pangan penting tersebut. Salah satunya adalah dengan menjamin pasokan bahan pokok itu mencukupi selama periode El Nino.

Pemenuhan pasokan bahan pangan penting tersebut memang seharusnya dipasok dari dalam negeri dengan melakukan optimalisasi sektor-sektor pertanian. Namun, jika memang dirasa produktivitas sangat terganggu karena El Nino, pemerintah memiliki opsi impor.

Pemerintah sudah memutuskan untuk mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam pada 2023 dengan jumlah sebanyak 2 juta ton yang akan dilakukan oleh Perum Bulog. Impor tersebut salah satunya untuk mengantisipasi El Nino dan menambah cadangan beras pemerintah (CBP).

Meskipun keputusan untuk mengimpor beras sudah diambil, bukan berarti kondisi sudah aman. Pemerintah tetap harus menyiapkan sejumlah langkah untuk memastikan produksi beras di dalam negeri bisa tetap berjalan saat terjadi musim kemarau ekstrem.

photo
Buruh pelabuhan menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal kargo di Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (5/1/2023).- (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Peneliti senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, mengatakan, ada sejumlah hal yang harus menjadi perhatian pemerintah untuk mengantisipasi datangnya El Nino.

Dalam jangka pendek, perlu ada perbaikan manajemen informasi kebutuhan bahan pangan untuk industri dan rumah tangga yang berkesinambungan. Keberadaan data kebutuhan pangan tersebut akan menjadi acuan pengambilan kebijakan.

Dengan data yang lengkap dan akurat, pemerintah akan mampu mengambil langkah yang tepat sasaran untuk mengatasi sejumlah persoalan. Optimalisasi peranan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga harus dilakukan.

Keberadaan TPID akan memperkuat data-data yang dimiliki oleh pemerintah, khususnya tentang keamanan pasokan bahan pokok penting. Pada saat terjadi kekurangan pasokan di suatu wilayah, dengan data yang akurat, dengan mudah pemerintah akan menyuplai kebutuhan.

Sebaliknya, pada saat suatu daerah memiliki produksi yang cukup tinggi, bisa segera disalurkan ke wilayah lain yang kekurangan. Kemutakhiran data pangan tersebut bukan hanya penting untuk pengambilan kebijakan dalam mengantisipasi El Nino, tapi juga secara jangka panjang.

Dengan manajemen informasi harga serta produksi pangan, menjadi landasan untuk memperkuat kerja sama antar negara maupun antar daerah guna menjaga pasokan komoditas pangan.

Optimalisasi saluran irigasi

Selain memperkuat sistem informasi kebutuhan pangan yang berkesinambungan, upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengoptimalkan keberadaan saluran irigasi, termasuk waduk, untuk menjamin produksi padi tetap berjalan saat terjadi El Nino.

Sebagai contoh, wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, merupakan salah satu sentra penghasil beras. Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas area persawahan mencapai 45.888 hektare dengan luas tanam mencapai 70 ribu-74 ribu hektare per tahun.

Jika pasokan air berkurang, itu juga akan mengancam penurunan area luas tanam. Dengan luas areal tanam yang berkurang, maka bisa dipastikan produktivitas pertanian juga akan mengalami penurunan yang berdampak terhadap pasokan bahan pangan pokok.

Pemerintah Kabupaten Malang sudah menyiapkan sejumlah skema untuk mengantisipasi datangnya El Nino yang dikhawatirkan bisa berdampak pada sektor pertanian. Sebab, berdasarkan proyeksi BMKG, Jawa Timur merupakan salah satu wilayah terdampak.

Berdasarkan data BPS, wilayah Kabupaten Malang pada 2022 lalu mampu memproduksi 501.679 ton padi atau setara dengan 323.110 ton beras. Sementara itu, konsumsi beras penduduk setempat tercatat sebanyak 241.328 ton atau surplus 81 ribu ton beras.

photo
Petani menarik padi hasil panennya melalui saluran irigasi di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Ahad (19/9/2021). - (ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.)

Dengan status sebagai produsen beras di wilayah Jawa Timur, penting untuk menjaga produksi pangan saat terjadi El Nino. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang melakukan optimalisasi penggunaan saluran irigasi saat kemarau ekstrem

Pemerintah Kabupaten Malang sudah melakukan pembersihan dan pemeliharaan saluran irigasi serta embung atau danau kecil penampung air. Pemeliharaan itu akan dipergunakan untuk mengalirkan air di sejumlah wilayah sentra produksi pertanian.

Di Kabupaten Malang, ada sejumlah wilayah yang telah menerapkan penggunaan saluran irigasi untuk keperluan pengairan area pertanian dan perkebunan. Sejumlah area itu antara lain Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Donomulyo, dan Kecamatan Pagak.

Optimalisasi penggunaan sistem irigasi perpipaan secara teknis dinilai lebih efisien dari sistem irigasi konvensional. Hal tersebut karena debit aliran air bisa dipertahankan untuk memastikan suplai air ke area pertanian.

Langkah yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Malang tersebut tentunya juga harus diikuti daerah-daerah lain di Indonesia dengan menyesuaikan kondisi wilayah. Tidak semua wilayah memiliki kondisi yang sama untuk mengantisipasi fenomena El Nino.

El Nino pada 2023 bukan merupakan yang pertama kali dihadapi Indonesia. Indonesia pernah mengalami fenomena serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada 2023, Indonesia harus lebih siap untuk menghadapi fenomena tersebut.

Selaras dengan perkembangan zaman, penggunaan teknologi digital untuk mendapatkan data akurat terkait dampak El Nino harus dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan-kebijakan yang tepat agar pasokan pangan masyarakat tetap terjamin.

Di Papua, Muhammadiyah dan Kristen tidak Bisa Dipisahkan

Menariknya, di tanah Papua tidak ada semacam fobia terhadap Muhammadiyah.

SELENGKAPNYA

Mengenal El Nino dan El Nina

El Nino dan La Nina menyebabkan situasi yang berlawanan.

SELENGKAPNYA

El Nino Mengancam, Impor Beras Disiapkan

Kekeringan yang disebabkan El Nino dapat menghambat panen.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya