
Internasional
Tolak Pembongkaran Masjid, Muslim Hui Lawan Polisi Cina
Ratusan maju membela Masjid Najiaying di Tonghai.
YUNNAN -- Upaya Pemerintah Cina mencerabut sejarah Islam di masjid-masjid kembali menimbulkan bentrokan. Kali ini, umat Islam di Yunnan melawan upaya mengubah arsitek Masjid Najiaying sesuai keinginan pemerintah.
Penduduk kota mayoritas Muslim di Cina barat daya itu bentrok dengan polisi selama akhir pekan lalu. Mereka mencoba menghentikan upaya penghancuran atap kubah masjid berusia berabad-abad, yang bagian dari upaya Partai Komunis China untuk mengontrol agama.
Masjid Najiaying sudah berdiri sejak abad ke-14 di Tonghai, Kota Yuxi, Provinsi Yunnan. Bentuk masjid itu sejak awal berdiri menggunakan kubah seperti laiknya kebanyakan masjid-masjid di dunia.
Belakangan, pemerintah Cina berupaya mengubah arsitek masjid itu agar lebih sesuai dengan “kebudayaan Cina”. Hal itu merupakan upaya menghapuskan jejak-jejak pengaruh asing terkait Islam di Cina.
Chinese authorities have attempted to demolish the 13th-century Najiaying Mosque. Hui Muslims clashed with the police as they tried to defend the house of Allah.
Extra police/army personnel were brought in, internet access cut off, and house raids took place arresting Muslims. pic.twitter.com/Pj3iph5J6s — muslim daily (@muslimdaily_) May 29, 2023
Muslim di Yunnan yang merupakan etnis Hui sedianya jarang berkonflik dengan aparat, tak seperti rekan seiman mereka di Xinjiang yang beretnis Uighur. Namun rencana perombakan masjid bersejarah tersebut memicu kemarahan etnis Hui di wilayah tersebut.
Lusinan petugas dengan perlengkapan anti huru hara memukul mundur massa, saat mereka mendorong ke arah gerbang Masjid Najiaying, Sabtu (27/5/2023). Masjid ini merupakan pusat ibadah dan ajaran agama penting bagi etnis Muslim Hui di provinsi Yunnan.
Sebuah video pun beredar di media sosial terkait insiden ini. Dalam rekaman itu, terlihat pula polisi mundur dari daerah itu, sementara para demonstran melakukan aksi duduk di luar gerbang yang berlanjut hingga malam. Dalam video lainnya, terlihat lusinan petugas melakukan kamuflase dari polisi bersenjata di hari berikutnya.
Dilansir di Washington Post, Selasa (30/5/2023), insiden itu tampaknya berkaitan dengan putusan pengadilan dari tahun 2020, yang memutuskan beberapa renovasi masjid terbaru itu ilegal dan memerintahkan pembongkaran.
云南通海纳家营,武警包围清真寺 禁止民众进入 pic.twitter.com/HLYk0c1KXx — 马聚 (@majuismail1122) May 27, 2023
Panggilan yang dilakukan ke nomor telepon lokal langsung masuk ke pesan yang menunjukkan saluran sedang sibuk, Senin (29/5/2023). Aktivis berspekulasi bahwa pihak berwenang telah memutus layanan seluler lokal.
Di sisi lain, Polisi Kabupaten Tonghai menyebut insiden itu sangat berbahaya bagi manajemen sosial yang tertib. Mereka mendesak siapa pun yang terlibat agar menyerahkan diri kepada penegak hukum sebelum 6 Juni, agar mendapat hukuman yang lebih ringan.
Dengan sejarah yang terbentang hingga abad ke-13, Masjid Najiaying telah diperluas berkali-kali selama bertahun-tahun, termasuk penambahan empat menara dan atap kubah. Pada 2019, sebagian bangunan itu terdaftar sebagai peninggalan budaya yang dilindungi.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir pembatasan yang dilakukan Partai Komunis terhadap orang beriman telah meningkat tajam. Pemimpin tertinggi negara itu, Xi Jinping, menuntut kesetiaan politik mutlak dari komunitas agama dan “Sinisisasi” agama.

Pengawasan terhadap pemuka agama juga diintensifkan. Database nasional guru agama Islam, Protestan dan Katolik yang disetujui secara resmi telah diluncurkan bulan ini.
Kampanye tersebut berfokus pada Islam dan Kristen, karena ketakutan partai yang mendalam bahwa agama menjadi vektor pengaruh asing. Selain membatasi pertukaran dan donasi internasional, pihak berwenang telah merombak bangunan keagamaan yang tampilan luarnya dianggap tidak cukup Cina.
Xinjiang, wilayah barat laut yang merupakan rumah bagi jutaan Muslim Uighur yang berbahasa Turki, paling terpukul. Di sana, dorongan Sinisasi digabungkan dengan program “deradikalisasi” penahanan massal dan pendidikan ulang.
Tahun lalu, PBB memutuskan apa yang dilakukan terhadap Muslim Uighur memiliki kemungkinan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Perkiraan jumlah masjid dan tempat suci yang dihancurkan di wilayah tersebut mencapai ribuan.
Bentrokan kemarin bukan yang pertama yang berkaitan dengan pembongkaran masjid. Pada 2012 lalu, bentrokan meletus di Hexi, sebuah kota di wilayah Ningxia. Penyebabnya, sebuah masjid dihancurkan karena pembangunannya dinyatakan ilegal. Puluhan orang terluka dalam bentrokan dengan polisi tersebut.
Sedangkan pada 2018, aparat keamanan Cina membongkar sebuah masjid di Kota Weizhou, juga di Ningxia. Ratusan orang terlibat dalam unjuk rasa menolak pembongkaran kala itu.
Mengapa Bikin Es Kopi Rumahan Tak Seenak Bikinan Barista
Kurangnya perhatian untuk memperbaiki rasio adalah masalah utama di balik banyak kegagalan es kopi di rumah
SELENGKAPNYAPemerintah Siapkan Skema Cicilan untuk Konversi Motor Listrik
Pendaftar program konversi baru sebanyak 193 orang.
SELENGKAPNYA