Api dan jejak knalpot di belakang roket Long March-5 yang membawa misi bulan Change 5 setelah lepas landas di Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Wenchang di selatan Provinsi Hainan, Selasa, 24 November 2020. | AP Photo/Mark Schiefelbein

Sains

Lomba Antariksa Marak, Indonesia Sampai Mana?

Banyak negara kini memiliki misi luar angkasa masing-masing.

Sepanjang 1960-an, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat perlombaan antariksa. Persaingan tersebut memicu berbagai capaian umat manusia, seperti kemampuan mengorbit Bumi dan akhirnya pendaratan manusia di permukaan Bulan. Sejak runtuhnya Uni Soviet, perlombaan tersebut seperti terhenti. 

Belakangan, perlombaan antariksa kembali marak. Makin banyak negara yang menjalankan misi luar angkasa, mendobrak dominasi Amerika Serikat (AS) dan Eropa dalam eksplorasi luar angkasa.

Awal pekan ini saja, dua negara mengumumkan proyek luar angkasa mereka. Cina mengumumkan rencana untuk mengirimkan astronaut ke Bulan sebelum 2030. Pengumuman itu menandakan perlombaan eksplorasi luar angkasa makin cepat karena AS juga ingin mengirimkan kembali astronautnya ke permukaan Bulan pada akhir 2025.

Deputi Direktur Badan Luar Angkasa Cina Lin Xiqiang mengonfirmasi tujuan Cina itu dalam konferensi pers, Senin (29/5/2023). Namun, ia tidak mengungkapkan tanggal spesifiknya.

Lin juga mengatakan, Cina berencana memperluas stasiun luar angkasa yang terbang di orbit dengan modul tambahan. Tiga kru baru dijadwalkan terbang dengan pesawat Shenzhou 16 menuju stasiun luar angkasa Tiangong dan berada di stasiun itu bersama tiga astronaut lainnya yang sudah ada di sana.

Awak kru baru tersebut termasuk satu orang warga sipil pertama yang ikut misi antariksa Cina. Sebelumnya, semua awak stasiun luar angkasa merupakan anggota Tentara Pembebas Rakyat (PLA), sayap militer Partai Komunis.

Profesor astronomi Gui Haichao bergabung dengan komandan misi Jing Haipeng dan teknisi pesawat luar angkasa Zhu Yang Zhu sebagai pakar muatan. Cina menyelesaikan pembangunan stasiun luar angkasa Tiangong pada November 2022 lalu dengan modul ketiga, modul tempat tinggal Tianhe dan modul komando.

Misi antariksa berawak Cina pertama dilakukan pada tahun 2003. Misi itu menjadikan Cina negara ketiga setelah Uni Soviet dan AS yang mengirimkan manusia ke luar angkasa. Cina membangun sendiri stasiun luar angkasanya setelah diusir dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

photo
Api dan jejak knalpot di belakang roket Long March-5 yang membawa misi bulan Change 5 setelah lepas landas di Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Wenchang di selatan Provinsi Hainan, Selasa, 24 November 2020. - (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Pengusiran itu sebagian besar karena AS keberatan eratnya hubungan program luar angkasa Cina dengan PLA. Saat ini, luar angkasa menjadi ruang persaingan baru antara Cina dan AS, dua perekonomian terbesar di dunia dan rival dalam memperebutkan pengaruh diplomasi dan militer.

Sedangkan, badan antariksa nasional AS, NASA, akan mengirimkan astronaut ke Bulan pada akhir 2025. Para astronaut itu akan menuju kutub selatan Bulan, lokasi kawah yang tertutup permanen dan diyakini penuh dengan air beku.

Kedua negara juga sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pangkalan berawak di Bulan. Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang hak dan kepentingan permukaan Bulan.

Undang-undang AS sangat membatasi kerja sama program luar angkasa. Sedangkan, Cina mengatakan akan menyambut baik kolaborasi dengan negara lain meski terbatas pada penelitian ilmiah.

Selain program mereka di Bulan, AS dan Cina juga sudah mendaratkan wahana penjelajah antariksa (rovers) ke Mars. Beijing juga berencana mengikuti langkah Washington mendaratkan pesawat antariksa di sebuah asteroid. 

Uni Emirat Arab juga mengumumkan misi ambisius yang bakal dijalankan sekitar satu dekade dari sekarang jika semuanya berjalan sesuai rencana. Pada Ahad (28/5/2023), UEA memberi beberapa informasi baru tentang misi pendaratan di asteroid itu—termasuk namanya, Emirates Mission to the Asteroid Belt (EMA).

Pada Oktober 2021, UEA mengumumkan rencananya untuk meluncurkan misi ambisius ke sabuk asteroid pada 2028. Misi itu akan mengunjungi tujuh batuan luar angkasa yang berbeda, dan bahkan mendarat di salah satunya, sebuah asteroid bernama (269) Justitia.

Manifest misi lainnya termasuk terbang lintas asteroid (10254) Westerwald, (623) Chimaera, (13294) Rockox; (88055) 2000 VA28, (23871) 1998 RC76, dan (59980) 1999 SG6, semuanya dimaksudkan untuk mewakili "kelas asteroid yang berbeda dengan jenis komposisi yang bervariasi", kata pejabat Badan Antariksa UEA dalam pernyataan yang sama.

Justitia dan Chimaera berdiameter sekitar 50 kilometer (km) dengan asteroid yang tersisa masing-masing berukuran kurang dari 10 km.

“Kami tidak akan pernah berhenti melihat ke depan. Kami tidak akan pernah menghentikan upaya untuk mengembangkan masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda kami,” kata Sheikh Mohammed bin Rashid, wakil presiden dan perdana menteri UEA dan penguasa Dubai, dalam sebuah pernyataan, dilansir Space, Senin (29/5/2023).

photo
Gambar milik NASA menunjukkan konsep seniman tentang asteroid yang pecah di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter. - (Reuters)
 

Sabuk asteroid adalah sekumpulan besar bebatuan luar angkasa yang mengorbit Matahari dan tersebar di ruang antara orbit planet Jupiter dan Mars. Sabuk itu terdiri atas banyak sekali benda padat berbentuk tidak beraturan, bahkan planet mini.

Objek yang teridentifikasi memiliki banyak ukuran, tetapi jauh lebih kecil dari planet, dan rata-rata terpisah sekitar 1 juta kilometer.

Space mempelajari pada Ahad (28/5/2023), pesawat ruang angkasa EMA akan diberi nama syekh tersebut. Pesawat itu akan disebut MBR Explorer. MBR Explorer akan mengunjungi asteroid pertamanya pada 2030 dan akan mengikuti jalur orbit yang memungkinkannya menambah kecepatan dari beberapa planet di sepanjang jalan.

Sudah jamak bagi pesawat ruang angkasa untuk mendapatkan “bantuan gravitasi” seperti itu dari planet seperti Venus atau Mars untuk menghemat bahan bakar dan melakukan pengamatan sampingan guna menguji instrumen mereka.

Setelah melewati enam asteroid, misi tersebut bertujuan untuk mendarat di (269) Justitia pada 2034 dengan pendarat kecil yang akan diluncurkan dari MBR Explorer. Justitia mungkin memiliki molekul organik di permukaannya yang merupakan bahan penyusun molekul kompleks yang dapat membentuk kehidupan dalam keadaan yang tepat.

Asteroid itu pertama kali diumumkan penemuannya oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) pada 27 Juli 2021. Penemuan ini dibuat oleh astronom Sunao Hasegawa dan timnya di JAXA.

Asteroid tersebut, yakni (203) Pompeja dan (269) Justitia biasanya tidak terlihat di sabuk asteroid. Ini karena asteroid yang lebih dekat ke Matahari memiliki sedikit bahan organik di permukaannya, sedangkan asteroid yang lebih jauh dilapisi bahan organik kompleks. Ini diperkirakan dihasilkan dari senyawa organik yang lebih sederhana seperti metana dan es metanol.

Badan Antariksa UEA dibentuk pada 2014 dan merupakan salah satu badan antariksa termuda di dunia. Sebagai perbandingan, NASA dibentuk pada 1958 dari kelompok Pemerintah AS sebelumnya.

Pengorbit Mars Harapan UEA, yang diluncurkan pada 2020, adalah pesawat ruang angkasa Arab pertama yang mencapai Planet Merah dan berhasil pada percobaan pertama.

Pada hari yang sama, Rayyanah Barnawi, astronaut wanita pertama Saudi, membagikan cuplikan Makkah yang terlihat dari luar angkasa. Barnawi merekam cuplikan saat berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang menyambutnya dan astronaut Saudi lainnya, Ali al-Qarni.

Barnawi dan al-Qarni lepas landas dari roket SpaceX Falcon 9 dengan pesawat luar angkasa SpaceX Dragon sebagai bagian dari misi luar angkasa Axiom 2 (Ax-2) ke ISS dari Kennedy Space Center NASA di Florida, Senin (22/5/2023).

photo
Dalam gambar dari NASA TV ini, Ali al-Qarni, kedua dari kiri, dan Rayyanah Barnawi dari Arab Saudi, kedua kanan, sedang minum bersama dua kosmonaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional, Senin, 22 Mei 2023. - (NASA TV via AP)

Penerbangan sewaan SpaceX tiba di lab yang mengorbit kurang dari 16 jam setelah lepas landas dari Florida. Mereka akan menghabiskan lebih dari sepekan di sana, sebelum kembali ke Bumi dalam kapsul mereka. Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan jutaan dolar AS untuk mendanai astronaut-astronaut itu. 

Sedangkan, India sudah mengirimkan pesawat antariksa yang mengorbit Bulan sejak 20 Agustus 2019. Proyek bernama Chandrayaan-2 berusaha mengerahkan pendarat Bulan pertama India, yang disebut Vikram, tapi gagal mendarat.

India kemudian kembali melanjutkan upaya pekerjaan pendaratan di Bulan. Menurut kepala badan antariksa India, upaya kedua negara itu untuk mendaratkan pesawat ruang angkasa di Bulan kemungkinan akan didorong hingga 2023.

photo
Foto selebaran yang disediakan oleh Organisasi Riset Antariksa India (ISRO) menunjukkan kendaraan pengorbit ISRO Chandrayaan-2, misi pendarat dan penjelajah bulan pertama India yang direncanakan dan dikembangkan oleh ISRO GSLV MKIII-M1, diluncurkan dari landasan peluncuran di Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, di Negara Bagian Tamil Nadu, India Selatan, India, 22 Juli 2019. - (ISRO)

Negara berambisi luar negeri yang paling dekat dengan Indonesia adalah Singapura. Jiran itu menjadi negara ke-18 yang bergabung dengan Artemis Accords yang dipimpin AS untuk eksplorasi ruang angkasa pada 2022 lalu.

Singapura berharap dapat menggunakan perjanjian tersebut untuk meningkatkan industri luar angkasa domestiknya yang baru seumur jagung.

Berdasarkan laporan Singapura kepada komite PBB pada 2021, negara itu memiliki sektor antariksa sekitar 50 perusahaan dan 1.000 profesional. Sektor luar angkasa Singapura terlibat dalam berbagai kegiatan terkait antariksa, seperti perancangan dan pembuatan komponen antariksa, serta penyediaan layanan berbasis satelit.

Singapura juga mengumumkan rencana investasi 150 juta dolar Singapura untuk mengembangkan kemampuan luar angkasanya.

Nasib Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? “Prioritas Indonesia belum ikut kegiatan eksplorasi antariksa dengan misi keluar dari orbit Bumi. Saat ini Indonesia masih fokus penguatan penguasaan teknologi satelit untuk pengamatan bumi dan telekomunikasi,” ujar Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, kepada Republika, Senin (29/5/2023).

Bekas Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu menyampaikan, kendala utama yang Indonesia hadapi untuk melakukan kegiatan eksplorasi antariksa seperti negara-negara lain di atas ada pada anggaran. Menurut dia, anggaran yang ada belum memadai untuk mengikuti ‘lomba’ menuju luar angkasa.

“Ya (Indonesia tertinggal). Cina dan India memang lebih dulu majunya dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) dan anggaran yang kuat. UEA karena ada dukungan anggaran yang besar,” jelas Thomas.

Keantariksaan memang teknologi yang mahal, tetapi mempunyai daya ungkit kemajuan bangsa yang kuat.
 

Meski begitu, dia merasa yakin Indonesia bisa menjadi negara yang maju di bidang keantariksaan. Visi keantariksaan Indonesia yang maju dia nilai dapat tercapai dengan ekonomi bangsa yang semakin kuat.

Satu hal yang menurut dia perlu diingat adalah keantariksaan memang merupakan teknologi yang mahal, tapi punya daya ungkit kemajuan bangsa yang kuat.

“Dengan ekonomi yang makin kuat, insya Allah visi keantariksaan Indonesia bisa tercapai. Keantariksaan memang teknologi yang mahal, tetapi mempunyai daya ungkit kemajuan bangsa yang kuat,” kata dia.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menjelaskan, urusan keantariksaan dahulu menjadi tanggung jawab Lapan dan sekarang ada di tangan BRIN sesuai UU Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan.

BRIN, kata dia, sudah mencanangkan penguatan program keantariksaan dengan fokus pengembangan konstelasi satelit penginderaan jauh yang terdiri dari 18 satelit penginderaan jauh.

“Enam satelit optik resolusi sangat tinggi dan tinggi, dua satelit radar, dan 10 satelit IoT (internet of things). Selain itu juga dilakukan penguatan lima stasiun Bumi,” ungkap Handoko, Senin (29/5/2023).

Dia mengatakan, satelit penginderaan jauh itu diperlukan untuk memastikan Indonesia mandiri dalam penyediaan data citra penginderaan jauh untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari pemantauan perairan dan perbatasan, mitigasi kebakaran hutan, pemetaan perikanan tangkap di laut, pemantauan kebakaran hutan, pemetaan pertanian, pemantauan iklim dan cuaca, dukungan perencanaan tata ruang, dan lainnya.

Handoko menerangkan, Indonesia belum akan masuk secara masif ke dalam eksplorasi luar angkasa. Tapi, kata dia, BRIN tetap ikut terlibat di dalam konsorsium eksplorasi Bulan melalui kerja sama multilateral. Menurut rencana, sebagian besar satelit dibuat dalam bentuk pengembangan bersama.

“Baik di luar negeri maupun di dalam negeri untuk memastikan transfer teknologi dan keterlibatan industri dalam negeri di semua tahapan,” jelas dia.

Sama seperti Thomas, Handoko pun mengakui Indonesia memang tertinggal di sisi upaya pengeksplorasian luar angkasa. Tapi di sisi lain, fokus terhadap kebutuhan nasional untuk citra penginderaan jarak jauh tak kalah penting, bahkan lebih genting untuk dilaksanakan saat ini.

“Kita masih terlibat melalui kerja sama multilateral, sehingga tetap dapat mengikuti tanpa perlu investasi besar dan menanggung risiko yang besar pula,” tutur Handoko.

Inspirasi Dzulqaidah

Adanya bulan Dzulqaidah sebagai awal bulan Haram (suci) yang berurutan.

SELENGKAPNYA

Cara Mudah dan Murah untuk Hidup Lebih Bahagia

Mereka yang lebih terhubung dengan alam cenderung mengalami pengaruh, vitalitas, dan kepuasan hidup yang lebih positif.

SELENGKAPNYA

Kemenangan Erdogan dan Penaklukan Konstantinopel

Tanggal pengumuman kemenangan Erdogan bertepatan dengan penaklukan Konstantinopel.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya