Delima. | dok pexels

Dunia Islam

Delima: Dari Legenda dan Buah Surga

Buah delima mewarnai kebudayaan-kebudayaan dunia, baik masa sebelum maupun sesudah datangnya Islam.

Salah satu kuliner yang menjadi incaran jamaah haji di Arab Saudi adalah delima. Di Indonesia, buah ini cukup jarang dijumpai di pasar-pasar. Ketersediaannya tidak sesering, katakanlah, pisang, mangga, atau jambu.

Pohon-pohon delima dahulu dipandang tidak ubahnya tanaman liar di daerah asalnya, yakni dataran Iran hingga India utara. Kira-kira pada tiga ribu tahun sebelum Masehi (SM), barulah pepohonan itu mulai dibudidayakan. Alhasil, buah delima terus menjadi sajian umum di kawasan Asia barat hingga Mediterania.

Ed Stover dan Eric W Mercure dalam artikelnya, "The Pomegranate: A New Look at the Fruit of Paradise" (2007) menuturkan, delima merupakan buah yang populer bagi masyarakat pesisir Laut Tengah dan Asia Barat sejak berabad-abad silam.

Teks epos dari kebudayaan Yunani Kuno, Mazmur untuk Demeter, termasuk yang menyinggung signifikansi delima. Karya sastra yang terdiri atas 495 bait itu mengaitkan buah tersebut dengan mitologi dewa-dewi.

Alkisah, hiduplah Proserpina. Dewi tersebut merupakan putri pasangan Zeus dan Demeter yang hidup di tengah hutan. Suatu kali, sang dewi diculik saat sedang memetik bunga bersama Artemis dan Athena. Penculiknya adalah Hades, sang dewa bawah tanah.

Menyadari anaknya hilang, Demeter cemas, gelisah, dan sekaligus marah. Dewi pertanian itu bersumpah untuk menahan tumbuhnya seluruh tanaman di bumi apabila sang putri kesayangan tidak juga dikembalikan oleh si penculik. Mengetahui ancaman tersebut, umat manusia pun kelabakan. Bila benar sumpah Demeter diwujudkan, pastilah mereka terkena kelaparan massal.

 
Zeus turun tangan dan lalu memaksa semua orang agar menangis.
   

Dewa matahari, Helios, lalu menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Demeter. Untuk mengatasi persoalan ini, Zeus turun tangan dan lalu memaksa semua orang agar menangis. Air mata mereka lalu meresap ke bawah tanah sehingga mengganggu Hedes yang tinggal di dalam sana.

Salah satu putra Zeus, Hermes, lantas diutus untuk menemui Hedes yang akhirnya bersedia melepas Proserpina. Namun, sang dewi terpaksa menjalani hukuman karena sempat mengonsumsi makanan yang diberi Hedes. Makanan itu adalah biji-bijian delima.

Setiap tahun, Proserpina harus tinggal di dunia bawah tanah tempat tinggal penculiknya selama empat bulan. Pada bulan-bulan selainnya, dia diperbolehkan hidup di muka bumi. Menurut mitologi setempat, inilah yang menyebabkan adanya musim dingin.

Demikian pula, patung-patung Yunani Kuno kerap menampilkan Proserpina sedang menggenggam delima. Setidaknya hingga zaman Romawi Kuno, buah tersebut dianggap melambangkan femininitas.

 
Bagi mereka (kaum Yahudi), buah ini menyimbolkan kebajikan.
   

Serupa dengan kebudayaan Yunani kuno, orang-orang Yahudi pun memiliki narasi tentang delima. Bagi mereka, buah ini menyimbolkan kebajikan. Tradisi setempat menyatakan bahwa buah tersebut selalu mengandung 613 bulir, jumlah yang sama dengan 613 perintah (mitzvot) Tuhan dalam Taurat.

Buah ini juga tidak pernah absen dalam perayaan umat Yahudi, semisal tahun baru atau Rosh Hashanah. Sementara dalam tradisi Kristen, delima merepresentasikan kebang kitan Yesus, karena dikait-kaitkan dengan legenda dewi Proserphonus dari Romawi Kuno.

Terpesona

Bangsa Arab terpesona dengan khasiat dan rupa buah delima. Para penyair pada masa Jahiliyah atau zaman pra-Islam menggunakan delima sebagai metafora keindahan fisik perempuan. Buah ini juga selalu hadir dalam setiap perayaan masyarakat setempat, semisal, pernikahan atau unjuk kesenian.

Seperti halnya kurma, delima juga digemari sebagai konsumsi publik. Sari buah ini terasa manis. Dagingnya merupakan bulir-bulir berwarna merah—yang disebut arils, menyerupai permata ruby.

 
Bahasa Arab memakai kata rumaan untuk menyebut delima.
   

Bahasa Arab memakai kata rumaan untuk menyebut delima. Gillian Riley menjelaskan dalam bukunya, Food in Art: From Prehistory to the Renaissance bahwa kata rumaan tersebut diadopsi ke dalam bahasa Italia Abad Pertengahan. Ia menjadi romania, yakni suatu resep masakan yang menggunakan delima.

Kitab al-Tabikh karya al-Baghdadi memuat resep rummaniya, yaitu daging domba yang ditumis dengan bumbu rempah-rempah lalu diberi saus jus delima segar. Oleh karena itu, menurut Riley, banyak penulis dari masa kemudian yang keliru karena menganggap romania adalah sajian khas Roma atau berbahan anggur Romania, sebuah negara di Semenanjung Balkan. Padahal, rujukan awalnya adalah delima sebagaimana dipahami orang-orang Arab.

Dalam teks-teks ajaran Islam, delima termasuk buah yang dipuji. Alquran surah ar-Rahman ayat ke-68 menyebut, delima adalah salah satu buah surga. Buah ini tumbuh di bumi sebagai tanda kebesaran Allah, Sang Mahapencipta.

photo
ILUSTRASI Mengonsumsi buah delima adalah baik untuk kesehatan. - (DOK PEXELS)

Ibnu Kasir dalam tafsirnya menjelaskan, kurma dan delima —sebagaimana disebut dalam surah ar-Rahman— adalah buah yang lebih unggul dibandingkan lainnya. Tradisi kedokteran Islam dulu juga memanfaatkan delima untuk pengobatan, seperti yang dilakukan ar-Razi (854–925) dan Ibnu Sina (980-1037).

Manfaat pengobatan buah ini tersebar luas ke berbagai penjuru dunia, seperti di timur, Mediterania, dan Afrika. Delima tercatat dalam obat-obatan yang menyembuhkan sekurang-kurangnya 15 penyakit (Levin GM, 2006).

Khasiat Delima, Buah Kegemaran Nabi

Mengonsumsi buah delima memberikan banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.

SELENGKAPNYA

Buah Delima Dalam Lintasan Sejarah

Buah delima telah dinikmati manusia sejak ribuan tahun silam.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya