Melalui karyanya ini, Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan aspek-aspek masyarakat madani. | DOK BPAD Pemprov Yogyakarta

Kitab

Nasihat Pokok Iman Hingga Masyarakat Madani

Syekh Nawawi menjabarkan pentingnya iman dan akhlak untuk bina masyarakat madani.

Para alim ulama dari masa ke masa selalu menghadirkan nasihat-nasihat yang menyegarkan keimanan. Tak sedikit dari mereka menuliskan berbagai petuah bijaknya dalam berbagai karya. Buah penanya lalu menjadi “abadi” lantaran dibaca dan bahkan dirujuk masyarakat luas dari generasi ke generasi.

Salah seorang alim Nusantara yang prolifik adalah Syekh Nawawi al-Bantani. Al-Futuhat al-Madaniyah fii asy-Syu'ab al-Imaniyah karyanya memuat banyak hikmah yang mengajarkan masyarakat, khususnya tentang penguatan akidah dan akhlak karimah.

Tak hanya berupa penjelasan atas ayat-ayat Alquran dan hadis, kitab ini kaya akan kisah inspiratif. Dengan begitu, pembaca menjadi mudah mafhum akan pentingnya iman yang kokoh dalam mengarungi kehidupan. Terlebih lagi, penjelasan Syekh Nawawi sangat kental akan nuansa tasawuf yang menyentuh hati.

Wajar saja, karena di antara rujukan kitab ini adalah An-Niqayah karya Imam as-Suyuthi serta Futuhat Makkiyah karya Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibnu 'Arabi. Keduanya merupakan sosok yang amat dihormati, khususnya di kalangan salik tasawuf.

Bagian awal kitab Al-Futuhat al-Madaniyah menjelaskan tentang ubudiyah, baik yang wajib maupun sunah dan hikmah di dalamnya. Ibadah tambahan merefleksikan eksistensi manusia sebagai pelengkap ciptaan Illahi. “Maka seharusnya Anda melaksanakan ibadah sunah, sebab itu adalah asal Anda,” tulis Syekh Nawawi.

photo
Syekh Nawawi al-Bantani, salah satu ulama pelopor di Tanah Air - (wikimedia commons/kang alam)

Adapun ibadah wajib adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Kewajiban merefleksikan kondisi Sang Pencipta yang harus ada (wajibul wujud). Melaksanakan ibadah wajib berarti mengakui keberadaan Allah, Zat Yang Maha Esa, kekuasaan-Nya, dan mengokohkan keimanan kepada-Nya.

Syekh Nawawi kemudian menjelaskan sebanyak 78 hal yang wajib ada sebagai wujud keimanan. Semuanya merupakan refleksi dari rukun iman dan rukun Islam, serta sifat-sifat mulia yang menjadi bagian dari laku tasawuf.

Contoh perangai sehari-hari termaktub dalam hal wajib nomor ke-17: “memenuhi semua akad yang dibuat.” Pergaulan sehari-hari tak lepas dari janji yang harus dipenuhi, seperti akad jual-beli, atau akad pernikahan yang dilakukan seorang pemuda yang hendak menggenapkan agamanya.

Misal lainnya, adalah pentingnya memiliki sifat malu—ini dijelaskan pada poin nomor ke-19. Seorang Mukmin mengetahui bahwa Allah senantiasa mengetahui dan selalu melihat segala gerak yang dilakukannya. Orang beriman akan malu kepada Allah karena semua yang dikerjakannya akan dicatat dan dipertanggungjawabkan.

 
Orang beriman akan malu kepada Allah karena semua yang dikerjakannya akan dicatat dan dipertanggungjawabkan.
   

“Menyayangi semua makhluk” juga menjadi bagian dari keimanan, seperti yang dijelaskan pada poin nomor ke-21. Sifat objek kasih sayang bukan hanya pada orang-orang seiman, tetapi siapapun dengan berbagai latar belakang. Semuanya berhak mendapatkan kasih sayang untuk mewujudkan kehidupan harmonis dalam kebersamaan.

Kasih sayang juga menggambarkan pandangan kesatuan manusia dengan alam sekitar tempat mereka menjalani kehidupan. Dengan menyayangi alam, kehidupan menjadi lestari. Makhluk menjalani kehidupan di alamnya tanpa ada yang terganggu. Keseimbangan alam terjaga sehingga keanekaragaman hayati terhindar dari kepunahan.

Akhlak berbangsa

Seperti tampak pada judulnya, Al-Futuhat al-Madaniyah juga menjabarkan perihal kehidupan madani, baik dalam konteks keumatan maupun kebangsaan. Syekh Nawawi dalam karyanya ini menjelaskan beberapa akhlak yang berkaitan dengan kehidupan bernegara. Misalnya, mengemban kekuasaan dengan adil—tercantum pada poin ke-50. Dai asal Tanara, Banten, itu menegaskan, seorang pemimpin harus membuat keputusan dengan benar agar maslahat di tengah masyarakat.

Menurut ulama kelahiran tahun 1813 Masehi tersebut, penting itu menghindari hawa nafsu yang hanya membawa seorang pemimpin pada kepentingan segelintir dan mengabaikan kemaslahatan luas. Kepemimpinan akan dipertanggungjawabkan di dunia maupun akhirat kelak.

Masyarakat pun akan menilai, apakah pemerintahan berjalan dengan baik atau tidak. Allah juga akan mengganjar seorang amir yang amanah dengan pahala atau bahkan siksaan—bila ia berkhianat.

 
Kekuasaan yang paling kecil adalah atas diri sendiri dan seluruh anggota tubuh. Laksanakanlah segala aturan Allah pada diri Anda karena Anda adalah wakil Allah atas segala kondisi pada diri sendiri dan semua yang lebih luas dari itu.
Syekh Nawawi al-Bantani
 

Termasuk akhlak berbangsa adalah patuh kepada pemimpin (ulil amr). Meskipun pemimpin itu adalah seorang budak buruk rupa, masyarakat wajib menaatinya, selama apa yang diperintahkan adalah kebaikan.

Dalam menjelaskan poin ke-51 ini, Syekh Nawawi menuliskan kisah seorang non-Muslim memasuki sebuah daerah. Ketika itu dia melihat masyarakat ramai berkerumun untuk menyaksikan pemimpin mereka datang. Orang tersebut ikut berkumpul. Ketika itu dia tercengang, karena pemimpin yang dimuliakan itu dulunya dia kenal sebagai budak.

Sejak itu, dia menyadari bahwa Allah dengan kuasa-Nya mampu membolak-balik keadaan manusia. Dia kemudian mengikrarkan keimanan kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Secara tersirat Syekh Nawawi menjelaskan bahwa iman tak sekadar tertanam dalam hati atau sebatas kata-kata manis. Lebih dari itu, keyakinan harus terwujud dalam laku-kata yang terpuji, yang tidak menyakiti hati orang lain, mendukung kemajuan hidup, dengan dasar keimanan yang kokoh.

Tetap relevan

Meski ditulis oleh intelektual yang hidup pada abad ke-19, kitab ini tetap menyuguhkan solusi yang relevan atas persoalan akhlak dan kepribadian Muslimin kini. Al-Futuhat al-Madaniyah menyegarkan pemahaman kita tentang aplikasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari, dalam laku-kata kepada sesama makhluk, termasuk di dalamnya alam tempat semua makhluk tinggal.

 
Al-Futuhat al-Madaniyah menyegarkan pemahaman kita tentang aplikasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
   

Dengan membaca kitab ini, seseorang dapat sedikit memahami akhlak tasawuf yang menjadi ruh pembentuk kepribadian Muslim taat kepada Sang Pencipta. Kitab ini juga mengarahkan pembacanya untuk memahami bagaimana bermuamalah kepada sesama.

Yang lebih penting lagi, Syekh Nawawi juga mengajarkan akhlak berbangsa untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil, berdaulat, dan makmur. Ini menandakan sang alim mencintai negerinya dan ingin umat Islam di mana pun menjadi bagian dari perubahan kehidupan yang berkembang atau madani.

Sang Alim dan Pejuang dari Betawi

Guru Manshur tidak hanya dikenang sebagai ahli ilmu falak, melainkan juga pejuang Betawi.

SELENGKAPNYA

Upaya Strategis Bangkitkan Sains Islam

Melalui karyanya ini, Osman Bakar menunjukkan betapa sains dan agama tak terpisahkan.

SELENGKAPNYA

Struktur Otak LGBT

Perbedaan struktur otak tidak serta-merta menyebabkan seseorang mempunyai orientasi seksual LGBT.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya