Satu unit bus dalam posisi terbalik usai jatuh ke dalam jurang di kawasan objek wisata Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Ahad (7/5/2023). | ANTARA FOTO/Tois

Kisah Dalam Negeri

Ziarah Terakhir Pak Maja

Kecelakaan bus di Guci menyisakan kengerian.

Oleh RR LAENY SULISTYAWATI, EVA RIANTI

Hujan deras mengguyur rumah di Paku Jaya, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Senin (8/5/2023) sore. Terlihat seorang perempuan berkerudung abu-abu tampak duduk termenung. Adalah Linda (33 tahun) yaitu anak dari Maja bin H Sitem (58), seorang korban meninggal dunia akibat bus yang terguling dan terperosok di jurang Guci, Tegal, Jawa Tengah.

Linda tampak menyalami dan menyambut para pelayat yang masih berdatangan satu persatu. "Ya, dari mana?" sapa Linda saat mengajak bicara Republika, Senin. Meski ramah menyambut pelayat, terlihat mata Linda sembab dan sedih.

Mungkin tak pernah dibayangkan oleh Linda harus ditinggalkan ayahandanya dalam keadaan seperti ini. Linda sama sekali tidak membayangkan tragedi ini bisa menimpa keluarganya. "Begitu mendapatkan kabar ayah saya meninggal dunia, saya langsung lemas," ujarnya sambil menahan tangis.

Linda berkisah, orang tuanya berangkat menumpangi rombongan pengajian yang terbagi menjadi dua bus. Bus pertama isinya adalah penumpang yang kebanyakan penumpang lanjut usia (lansia), termasuk ayah dan ibunya. Kemudian, insiden itu terjadi dan bus pertama yang ditumpangi ibu dan ayahnya tergelincir jatuh ke jurang.

photo
Satu unit bus dalam posisi terbalik usai jatuh ke dalam jurang di kawasan objek wisata Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Ahad (7/5/2023). - (ANTARA FOTO/Tois)

Awalnya Linda mengaku tidak mengetahui insiden ini, kemudian setelah membaca informasi dari grup aplikasi pesan instan whatsapp, dia akhirnya terus berupaya mencari tahu kebenaran kabar tersebut. "Saya menelpon ke sana dan mencari tahu sendiri," kata perempuan yang jadi anak pertama di keluarganya ini.

Linda mulanya mendapatkan kabar bahwa tidak ada korban jiwa. Namun, setelah mendapatkan informasi bahwa ayahnya tidak tertolong, Linda langsung terkulai lemas. "Saya tidak menyangka," katanya. Meski sedih, Linda mengaku masih mengumpulkan kronologi lengkap kecelakan maut tersebut.

Di tempat yang sama, Midah (60) yang merupakan ipar Maja mengisahkan, almarhum berangkat bersama istrinya yang juga sang adik, Mar. "Karena Maja dan adik saya tergabung dalam kelompok pengajian dan mereka sepakat akan pergi ziarah. Kali ini sepakat akan ziarah ke Guci, Tegal dan kalau ada acara pengajian memang adik saya dan suaminya ini ikut pergi," ujarnya kepada Republika.

Ia menyebutkan, lebih dari 100 orang yang ikut dalam rombongan tersebut. Mereka terbagi dalam dua bus yang berangkat Sabtu (6/5/2023) kemarin.

photo
Sejumlah warga mengarak tumpeng saat ruwat bumi di Obyek Wisata Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (2/8/2022). - (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Dengan mata menerawang, perempuan berhijab hitam ini menambahkan, hanya adiknya dan almarhum yang pergi ke Guci. Kemudian, terjadilah insiden itu dan dia mendapatkan kabar bahwa rombongan bus yang ditumpangi Maja dan istrinya kecelakaan pada Ahad pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB.

"Saat itu saya mendapatkan kabar Maja masih ada, belum meninggal dunia. Tetapi ketika sempat dirawat di rumah sakit di Tegal ternyata nyawanya tidak tertolong alias almarhum," ujarnya.

Midah mendapatkan kabar bahwa Maja terkena bagian kepala dan dada. Ketika mendengar kabar ini, Midah mengaku kaget sampai sempat tidak bisa memasak. Ia menilai almarhum adalah sosok yang pendiam dan orangnya baik dan penurut.

Midah menyebutkan bahwa almarhum adalah seorang petugas penyapu jalanan dan menjadi tulang punggung keluarga. "Adik saya Mar hanya pamit ke saya sebelum berangkat dan saya doakan semoga selamat karena perjalanan jauh. Tetapi insiden itu terjadi dan nyawa ipar saya tidak tertolong," katanya.

photo
Petugas medis dibantu BPBD Tangsel menurunkan korban kecelakaan bus Guci dari mobil ambulance setibanya di RSUD Tangerang Selatan, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Senin (8/5/2023). - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Lebih lanjut Midah menjelaskan, jenazah juga sudah diserahterima dari wali kota Tangsel Benyamin Davnie ke pihak keluarga dini hari tadi pukul 02.00 WIB. Begitu jenazah sampai, dia melanjutkan, almarhum langsung dimandikan, dishalatkan, dan akhirnya dimakamkan pukul 03.00 dini hari. "Lumayan ramai yang ikut mengantarkan almarhum untuk dimakamkan," katanya.

Ia menambahkan, Maja kini telah dimakamkan di tempat permakaman keluarga di dekat rumah. Sementara itu, Midah menyebutkan bahwa adiknya mengalami luka di bagian kepala dan harus mendapatkan 10 jahitan.

Adiknya telah dipindahkan dari rumah sakit di Tegal ke Tangerang dengan mobil ambulans yang dibawa Dinas Kesehatan Tangsel dan kini tengah menjalani perawatan medis di rumah sakit (RS) EMC di Alam Sutera, Tangerang. "Tetapi dia (Mar) sekarang sadar dan kondisinya terus membaik. Saya telpon dia dan minta dia makan dan minum obat juga supaya cepat sembuh. Jangan memikirkan (keadaan) di rumah karena sudah ada yang mengurusi," katanya.

Setelah Mar pulih, Midah melanjutkan, yang bersangkutan akan kembali ke rumah dan akan ditemani oleh dua anaknya. Midah berharap buah hati adiknya bisa menghibur dan mengobati duka Mar supaya tidak sedih berkepanjangan.

 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Bus PO Duta Wisata bernomor polisi B 7260 OGA tersebut mengalami kecelakaan hingga terjun ke sungai tanpa sopir, di kawasan obyek wisata Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Ahad (7/5/2023) pagi.

Akibat kecelakaan lalu lintas ini 35 orang penumpang yang ada di dalamnya mengalami luka- luka dan dirawat di beberapa fasilitas kesehatan. Sedangkan dua di antara para penumpang meninggal dunia dalam perawatan.

Ngeri bener

Kahoy Amiruddin, warga Kayu Gede Dua, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel) tak menyangka pengalaman pertama ikut kegiatan berziarah ke kawasan Guci, Tegal menjadi hal yang mengerikan. Dalam kecelakaan maut itu, Kahoy beserta sang istri mengalami sejumlah luka-luka pada tubuhnya.

Kahoy bercerita, sebelum kecelakaan terjadi pada sekira pukul 09.00 WIB, dirinya masuk ke bus dan tidur di dalamnya. Lantas, tanpa diduga, dia kaget karena secara tiba-tiba mendengarkan suara gemuruh pada tubuh bus, yang serta merta mengundang teriakan dari para penumpang yang ada di dalamnya.

photo
Petugas medis memindahkan korban kecelakaan bus jatuh di objek wisata Guci setibanya di RSUD Tangerang Selatan, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Senin (8/5/2023). - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

“Saya tidur di dalam bus. Duduk di kursi ketiga atau keempat dari belakang. Pas tahu-tahu mobil gelongsor, ya saya ingatnya sudah gulang-guling bledag-bledug, langsung ke kali (sungai) gitu kan,” ujar Kahoy kepada wartawan di Rumah Sakit Umum (RSU) Serpong Utara, Tangsel, Senin (8/5/2023).

Pada saat itu, kondisi menjadi mencekam. Bus yang bergoyang-goyang membuat orang-orang yang ada di dalamnya berteriak keras. Orang-orang di luar bus yang menyaksikan pergerakan aneh bus tersebut pun turut berteriak kencang.

“Teriak (penumpang di dalam bus). Yang di luar juga teriak, sudah ngejar-ngejar gitu. Saya sadar (waktu bus berguling). Kok begini? Bledag-bledug dua atau tiga kali. Waduh, mengerikan benar itu rasanya,” ungkap Kahoy.

Begitu bus mengarah ke kali dan terguling ke dalam jurang, para penumpang tumpah ruah. Kahoy berjuang menyelamatkan diri dengan tertatih-tatih.

 
Yang di luar juga teriak, sudah ngejar-ngejar gitu.
 
 

“Saya keluar, sempat juga tarik-tarik orang yang di air (kali). Takut orang tenggelam, kan saya minta tolong gitu. Ditolong sih sama orang pada di atas, banyak,” jelas dia.

Nyawa Kahoy pun terselamatkan bersama dengan puluhan orang lainnya. Namun, ia mengalami sejumlah luka, diantaranya di bagian jidat dan punggung. Sementara itu, sang istri diduga mengalami patah kaki.

“Saya ikat nih yang di punggung samping, bekas benturan. Terus jidatnya dapat lima jahitan kayaknya. Istri saya kondisinya di kaki digips. Patah atau nggak tahu dah, retak mungkin,” tutur dia.

Kahoy mengaku setelah mendapat perawatan medis, luka-luka pada bagian tubuhnya terasa lebih membaik. “Kondisi saya sudah membaik,” kata dia.

photo
Rangkaian mobil ambulance yang membawa korban selamat bus jatuh ke jurang di objek wisata Guci tiba di RSUD Tangerang Selatan, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Senin (8/5/2023). - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Menurut penuturan Kahoy, bus yang ditumpangi olehnya dan rombongan dinilai dalam kondisi baik. Namun, peristiwa nahas tersebut diduga terjadi karena kelalaian sopir yang meninggalkan bus dalam kondisi mesin hidup, sementara ganjalan ban tidak kuat.

“Kondisi mobil mah sehat. Cuma memang kelalaian sopir kayaknya mah itu. Mobil mungkin nggak diganjal lagi apa gimana ya? Pas orang banyak nggak ketahan rem tangan itu. Ya gelongsor dah, pas sopir nggak ada di situ lagi,” jelas dia.

Sepengetahuan Kahoy, sang sopir pada saat itu sedang berada di warung dan tengah beristirahat minum kopi. Adapun, berdasarkan penglihatannya, kondisi tempat parkir bus juga dinilai membuat hatinya merasa tidak nyaman. “Memang kepikiran, naikannya (tanjakan) tajam tikungannya. Pikirannya nggak enak aja,” ujarnya.

Kahoy mengungkapkan rasa kesedihannya atas musibah yang hingga Senin (7/5/2023) telah memakan dua korban jiwa tersebut. Insiden itu mungkin saja tak akan terlupakan di dalam hidupnya, terlebih merupakan pengalaman pertama ikut berziarah. “Saya baru kali ini (ikut ziarah),” ucap dengan suara agak parau.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat