Batu-batu balok jenis batuan beku andesit terhampar di situs Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, (3/12/2012). | Prayogi/Republika

Safari

Misteri Asal Batu di Gunung Padang

Gunung Padang saat ini seakan menjadi magnet bagi masyarakat untuk datang berkunjung.

Asal muasal batu yang terdapat di Gunung Padang hingga kini masih misteri. Uniknya, batuan di Gunung Padang tidak ditemukan di tempat lainnya. Dulu para ahli berpendapat batu-batu itu berasal dari daerah sekitar yang dibawa dan disusun di puncak Gunung Padang.

Namun, Lutfi Yondri, peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, mengungkap, hasil orientasi dan pengamatan terhadap berbagai bukit yang gundul di musim kemarau menunjukkan jenis batuan konstruksi Gunung Padang tak ditemukan di bukit-bukit sekitarnya.

Batuan itu juga tak ditemukan dalam dua sungai kecil yang mengalir di lembah sebelah barat dan timur, mengapit situs Gunung Padang. Alhasil, dugaan sementara batuan berasal dari Gunung Padang sendiri.

Di kalangan masyarakat sendiri berkembang kepercayaan bahwa batu-batu itu diukir lebih dulu sebelum dipasang di Gunung Padang. Pengukiran itu, menurut mereka, dilakukan di tempat yang kini dikenal sebagai Kampung Ukir.

photo
Jalan menuju Gunung Padang. - (Prayogi/Republika)

Setelah diukir, balok batu andesit itu dicuci di tempat yang kini disebut Kampung Empang. Di kampung itu terlihat serakan kepingan batu purba yang dipercaya sebagai sisa-sisa ukiran. Kampung Ukir dan Kampung Empang terletak dalam diameter 500 m tenggara situs Gunung Padang. Namun, belum ada bukti ilmiah yang mendukung kepercayaan masyarakat ini. 

Rentang tujuannya beragam

Gunung Padang saat ini seakan menjadi magnet bagi masyarakat untuk datang berkunjung. Mereka datang dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang memang penasaran dengan pemberitaan di media, melakukan penelitian, hingga warga yang berniat ziarah serta berdoa di sana.

Para pengunjung tidak hanya dari dalam negeri, melainkan hingga luar negeri. Sejumlah turis yang datang dari Inggris, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Australia, dan Jerman.

Dari data penjaga situs Gunung Padang menyebutkan, pada setiap akhir pekan jumlah pengunjung bisa mencapai sekitar 1.500 orang. Padahal, sebelum 2012, jumlah kunjungan di akhir pekan maksimal hanya sekitar 400 orang. Salah satu pengunjung dari Jakarta Dewi Kurnia (40 tahun), misalnya, mengaku penasaran dengan pemberitaan di media terkait Gunung Padang. “Saya ingin langsung melihatnya,’’ ujar dia.

photo
Batu-batu di Gunung Padang. - (Prayogi/Republika)

Susunan bebatuan yang berbentuk balok itu, bagi Dewi, penuh dengan nilai historis yang menantang. Terlebih, hingga kini belum bisa dipastikan dari mana batuan tersebut berasal.

Dewi pun tertarik dengan mitos batu gendong yang berada di teras keempat Gunung Padang. Mitos itu menyebutkan, bila mampu mengangkat batu di sana maka keinginannya akan terkabulkan.

Pengunjung lainnya yang datang berkunjung, Soleh, pelajar SMAN 1 Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Dia bersama dengan belasan teman sekelasnya sengaja datang ke Gunung Padang untuk mengadakan penelitian seperti yang ditugaskan gurunya.

“Sekolah memang menugaskan untuk meneliti Gunung Padang,’’ tambah Soleh, yang baru pertama kali ke sana. Selain melihat batuan secara langsung, ajang ini dimanfaatkan pelajar untuk bertanya-tanya kepada juru pelihara Gunung Padang.

photo
Batu-batu balok jenis batuan beku andesit terhampar di Gunung Padang. - (Prayogi/Republika)

Lain lagi dengan pengunjung dari Banten, Dadang (35), yang berkunjung sengaja untuk berziarah dan menenangkan diri ke Gunung Padang.

Untuk berziarah dan berdoa di sana, pengunjung ditemani warga atau juru kunci Gunung Padang. Mereka biasanya menggelar tikar di sejumlah titik Gunung Padang.

Para peziarah umumnya datang pada waktu-waktu tertentu, umumnya malam hari karena membutuhkan konsentrasi. Sementara itu, para pelajar bermunculan di hari-hari kerja sementara mereka yang datang berwisata datang pada hari-hari libur, terutama puncaknya di Ahad. 

Disadur dari Harian Republika edisi 18 Maret 2012. Reportase oleh Riga Nurul Iman dan foto-foto oleh Prayogi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Tiga Penguak Misteri Gunung Padang

Sejak temuan pada 1979, Gunung Padang tak lagi sama.

SELENGKAPNYA

Eksplorasi Situs Megalitik Gunung Padang

Situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara ini menyimpan banyak misteri.

SELENGKAPNYA

Memelihara Warisan ‘Zaman Batu’

Banyak orang datang, mencoret- coret, membawa pulang batu Gunung Padang.

SELENGKAPNYA