Nyai Hajar Dewantara | Dok Republika

Tokoh

Nyi Hajar Dewantara, Belahan Hati Bapak Pendidikan

Di dunia gerakan perempuan, ia tokoh yang disegani. 

Oleh RAHMAT FAJAR

Tanggal 22 Desember 1928, sejarah penting bagi bang sa Indonesia ber hasil dilahirkan oleh kaum perempuan. Saat itu, perempuan dari berbagai organisasi wanita di Indonesia berkumpul di Yogyakarta guna melaksanakan Kongres Perempuan I.

Kongres Perempuan I merupakan inisiasi tujuh organisasi, antara lain Wanita Taman Siswa, Wanito Tomo, JIBDA, Jong Java bagian Wanita, Wanita Katholik, Aisyiyah, dan Poetri Indonesia. Masing-masing organisasi mengirimkan perwakilannya sebagai steering committee dan organizing committee.

Para tokoh perempuan dari berbagai organisasi tersebut berjuang dengan sekuat tenaga guna mencapai cita-cita yang mulia, yaitu meningkatkan derajat perempuan. Salah satu tokoh kongres tersebut, yaitu Nyi Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa. Ia adalah istri dari tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara (Raden Suwardi Suryaningrat).

Berbagai pengalaman manis maupun pahit selama menjadi istri dari Ki Hajar Dewantara turut dialaminya. Baik dalam hal politik maupun pendidikan. Bahkan ia juga ikut mendampingi suami nya ketika dibuang ke Belanda sejak 13 September 1913- 26 Juli 1919.

photo
Ki Hajar Dewantara dan istrinya Raden Ajeng Sutartinah alias Nyi Hajar Dewantara. - (Istimewa)

Nyi Hajar Dewantara bertunangan dengan Ki Hajar Dewantara yang merupakan putra dari KPH Suryaningrat pada 4 November 1907. KPH Suryaningrat sendiri merupakan saudara dari KPH Sosroningrat dan putra KPAA Pakualam III.

Nyi Hajar Dewantara kemudian mengenal dunia politik dan jurnalistik setelah menikah dengan Ki Hajar Dewantara. Kedua nya menikah pada Agustus 1919. Perkawinan mereka juga membuat semangat perlawanan kepada Belanda semakin kuat.

Jiwa pemberontakan terhadap kolonial Belanda telah tertanam pada keluarga Sosroningrat dan Suryaningrat. Ditambah dengan mereka yang juga keturunan dari Nyi Ageng Serang dan Pangeran Diponegoro. Itu sebabnya Nyi Hajar Dewantara dan suaminya pernah mendapatkan larangan bersekolah oleh residen Yogyakarta.

Nyi Hajar Dewantara sendiri mempunyai nama asli Raden Ajeng Sutartinah. Ia lahir pada Selasa, 14 September 1890 di Yogyakarta. Ia merupakan putri keenam dari Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Sosroningrat. Ibu nya bernama RAY Mutmainah.

Pada 1928, Suwardi Surya ningrat mencapai umur 40 tahun. Saat itu, pula Suwardi Suryaningrat mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara dan Raden Ajeng Sutartinah sebagai Nyi Hajar Dewantara.

Ia semakin aktif dalam meningkatkan organisasi wanita Taman Siswa. Ia mempunyai cita-cita untuk meningkatkan derajat perempuan. Gerakan-gerakan yang dilakukannya mendapatkan dukungan dari suaminya. Sebab, suaminya mempunyai pemikiran yang sama dengan Nyi Hajar Dewantara.

 
Sebagai putri dari keluarga bangsawan, Nyi Hajar Dewantara merupakan orang yang berpendidikan.
 
 

Sebagai putri dari keluarga bangsawan, Nyi Hajar Dewantara merupakan orang yang berpendidikan. Pada 1904, ia tamat dari Europese Lagere School (ELS). Kemudian melanjutkan ke sekolah guru.

Ia lalu bekerja sebagai guru pembantu di sekolah yang didirikan oleh Priyo Gondoatmodjo selama tiga tahun. Ia juga merupakan sosok perempuan yang setia kepada suami nya. Itu terlihat dirinya yang selalu menemani Ki Hajar Dewantara, meskipun dalam pembuangan.

Saat itu, keduanya dengan gigih melakukan perlawanan kepada Belanda. Mereka selalu melakukan konfrontasi kepada Belanda melalui tulisan-tulisannya. Saat dalam pembuangan di Belanda, Nyi Hajar Dewantara bekerja di sebuah taman kanak-kanak di Weimaar Den Haag. Itu dilakukannya guna menambah kan pendapatannya untuk kebutuhan rumah tangga.

Di dunia gerakan perempuan waktu itu, namanya sudah dianggap tokoh yang disegani. Ia mem bina berbagai organisasi perempuan. Selain itu, ia juga membina Taman Indira (Taman Kanak-Kanak) dan Taman Muda Sekolah Dasar dalam perguruan Taman Siswa.

Di samping mempunyai kemampuan dalam memimpin organisasi, ia juga memiliki keahlian tulis-menulis setelah menikah dengan Ki Hajar Dewantara. Beberapa artikelnya tentang keperempuanan tersebar di berbagai surat kabar dan mengadakan siaran-siaran radio.

Kemampuan jurnalistiknya ia bawa ke Kongres Perempuan I di Yogyakarta. Usai kongres, ia menjadi pemimpin redaksi surat kabar Isteri yang terbit setiap lima bulan. Anggota surat kabar tersebut para pengurus Kongres Perempuan I.

Usai kongres, Badan Pemufakatan Perkumpulan Pe rem puan Indonesia (PPPI) didirikan. Nyi Hajar Dewantara merupakan salah satu pengurus dengan jabatan komisaris. Ia juga banyak menyampaikan gagasan-gagasannya seputar isu perempuan.

Teladan Rasulullah Sebagai Pendidik

Rasulullah SAW menunjukkan keteladanan utama sebagai pendidik.

SELENGKAPNYA

Riwayat Taman Siswa 

Taman Siswa merupakan kebalikan sistem pendidikan kolonial.

SELENGKAPNYA

Ki Hajar dalam Polemik Kebudayaan

Ki Hajar mencoba bersikap lebih moderat dan mencoba tampil sebagai penengah.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya