Asma Nadia | Republika

Resonansi

Keterampilan Mendengar dan Kualitas Seorang Pemimpin

Bila banyak pemimpin berazam untuk menyediakan dua telinganya bagi persoalan-persoalan banyak orang.

Oleh ASMA NADIA

Kualitas seorang pemimpin, antara lain, akan terlihat dari bagaimana dia bereaksi dan menyikapi informasi yang diterima. Sudah selayaknya Pemda Lampung berterima kasih pada Bima Yudho Saputro yang telah mengingatkan ada yang tidak berjalan dengan baik di wilayahnya.

Satu masukan berharga yang bisa membuat pemda mendapat dukungan dari rakyat bila mengindahkannya. Namun, alih-alih mendapatkan apresiasi atas input tersebut, sang pengkritik justru 'menuai' masalah.

Beruntung, dia sedang studi di Australia sehingga bisa lebih leluasa menyampaikan pendapat. Meski beruntung bukan kata yang tepat karena sejatinya Bima sadar akan lebih aman baginya melontarkan kritik jika berada di luar negeri.

Namun yang tidak diduga, keluarganya lalu menjadi sasaran 'kritik balik'. "Sebenarnya gua di sini baik-baik aja, tapi gua takut orang tua gua lho, apalagi bokap gua kan, pokoknya gua liat bokap gua kayak nangis gitu kan, nyokap gua kayak tenang-tenang aja karena dia bakul jagung doang. Cuma kayak, masak kayak gini banget sih," katanya sambil menangis.

Usai videonya viral di media sosial, Bima menjelaskan, ayahnya diajak bertemu oleh Wabup Lampung Timur. Melalui pejabat tersebut Gubernur Provinsi Lampung berbicara langsung lewat telepon dengan sang ayah.

"Si Wakil Bupati Lampung ini nelepon langsung sama Gubernur Provinsi Lampung tuh si Ar**l, terus langsung dikasihin ke bokap gue. Terus bokap gue dibilang enggak becus didik anak, bakal memproses kasus ini lebih dalam. Ya, gue kalah deh. Lo yang punya wilayah," ungkap Bima.

Sebelumnya, Bima juga mengungkapkan data-data personal milik ayahnya turut diminta pihak tertentu. Mulai dari ijazah SD, SMP, SMA, hingga nomor rekening milik Bima.

Merasa apa yang disampaikan Bima mewakili publik di Lampung, banyak masyarakat yang justru memberikan konten-konten yang mendukung apa yang disampaikan Bima.

Tidak sedikit influencer nasional, salah satunya Felicia Putri, yang mengungkap fakta jalan yang terbengkalai. Juga bahwa belanja pegawai, barang, dan jasa seperti gaji, tunjangan, honor, sewa gedung, dan perjalanan dinas memakan dana 52 persen dari APBD.

 
Aspirasi Bima yang sebenarnya harus ditangkap, bukan orangnya.
 
 

Anggota DPR Dapil Lampung 1, Taufik Basari berpendapat, aspirasi Bima yang sebenarnya harus ditangkap, bukan orangnya. Ia setuju apa yang disampaikan pemuda itu mewakili keluhan dari masyarakat Lampung saat ini.

Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni meminta kepolisian tidak melanjutkan laporan terkait Bima. Miris. Pemimpin susah menerima kritik padahal lebih dari 1.400 tahun lalu kita sudah diajarkan untuk terbuka pada kritik.

Bahkan Rasul pun saat ditegur lantaran lupa dalam shalat, beliau berkomentar, "Sesungguhnya aku adalah manusia sebagaimana kalian. Aku bisa lupa sebagaimana kalian. Jika aku lupa, maka ingatkanlah!" (HR Bukhari).

Begitu banyak kisah yang menunjukkan betapa Rasulullah SAW sangat terbuka atas saran masukan dan kritik dari para sahabat.

Dan sikap ini diteladan sahabatnya. Pada pidato perdana saat dilantik menjadi khalifah, Abu Bakar RA menegaskan, “Jika aku berlaku baik, maka dukunglah aku. Jika aku berbuat buruk (salah), maka luruskan aku!”

 
Begitu banyak kisah yang menunjukkan betapa Rasulullah SAW sangat terbuka atas saran masukan dan kritik dari para sahabat.
 
 

Umar bin Khattab RA, khalifah kedua, juga pernah membuat pernyataan di depan publik.

“Wahai rakyat! Jika kalian melihat kebengkokan dalam diriku, maka luruskanlah!” Kemudian, berdirilah orang di depannya dengan tegas bertutur, “Demi Allah. Jika kami melihat kebengkokan pada dirimu, maka akan kami luruskan dengan pedang kami.”

Umar tak marah. Malah berkata, “Segala puji bagi Allah karena pada umat ini masih ada orang yang meluruskan Umar dengan pedangnya.”

Sifat antikritik mengingatkan kita pada kisah tokoh sufi tabiin Hasan al-Bashri, salah satu ulama terbesar di masa tabiin.

Suatu hari ia berjumpa seorang pria yang berperilaku aneh di pekuburan. Pria itu membongkar kuburan dan memeriksa tengkorak yang ditemukannya satu per satu lalu menusukkan tongkat ke setiap lubang telinga tengkorak dari kuburan yang digalinya.

Kemudian, beberapa dari kepala tengkorak manusia dijejerkan sebagian lagi dibuang. Sang ulama pun bertanya kepada pria asing tersebut. "Apa yang sedang kau lakukan?”

Sang pria asing tersenyum. Ia kemudian menjelaskan. Dengan menusukkan tongkatnya ke lubang telinga tengkorak-tengkorak itu, ia bisa tahu mana kepala tengkorak yang ketika masih hidup menjadi ahli ilmu dan mana yang bukan.

"Apabila tongkatku ini mampu menembus kepala tengkorak ini dari lubang telinga yang satu ke lubang telinga yang lainnya, maka aku membuangnya begitu saja. Begitu pula jika tongkatku ini tak mampu menembus salah satu dari lubang telinganya. Aku membuang tengkorak jenis tersebut karena tengkorak tersebut merupakan milik orang-orang yang tak mau mendengarkan ilmu atau nasihat yang benar," ujarnya.

"Lalu bagaimana ciri-ciri telinga ahli ilmu yang mau mendengar tersebut?" tanya Hasan Bashri penasaran.

 
Daun telinga yang tercantel di sisi kepala, seharusnya memang tak dibiarkan kehilangan fungsi. Indra pendengar itu akan lebih menolong siapa saja yang bersedia menggunakannya.
 
 

"Jika kutusukkan tongkatku ini lewat telinganya, maka tongkatku akan menembusnya dan menancap tepat di bagian otaknya. Berarti di masa hidupnya, mereka mau mendengarkan ilmu dan nasihat-nasihat baik yang disampaikan kepada mereka," jelasnya.

Daun telinga yang tercantel di sisi kepala, seharusnya memang tak dibiarkan kehilangan fungsi. Indra pendengar itu akan lebih menolong siapa saja yang bersedia menggunakannya. Makin sering digunakan untuk hal-hal baik, makin bertambah ilmu dan pengetahuan seseorang.

Jika keterampilan dan kesediaan mendengar bermanfaat secara umum bagi setiap orang, maka berapa besar manfaat yang akan kembali pada umat bila banyak pemimpin berazam untuk menyediakan dua telinganya bagi persoalan-persoalan banyak orang.

Makin tinggi tampuk kepemimpinan, maka makin luas manfaat yang bisa dirasakan umat. Seperti yang berjalan sangat indah di masa Rasulullah SAW beserta para sahabat.

Keringkihan Berbangsa

Bangsa ini tampak masih ringkih, ibarat rumput kering mudah terbakar.

SELENGKAPNYA

Daerah Waspadai Kekeringan Ekstrem

Warga juga diminta mengantisipasi cuaca panas.

SELENGKAPNYA

Rahasia Puasa Syawal

Apapun bentuk perintah Allah SWT pasti berdampak baik terhadap hamba-Nya.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya