ILUSTRASI Surah al-Baqarah dalam Alquran menceritakan perihal sapi betina dan watak Bani Israil yang menunda-nunda taat kepada Allah. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Cerita Sapi Betina dan Watak Bani Israil

Surah al-Baqarah dalam Alquran menceritakan tentang watak Bani Israil.

Alquran tidak hanya memuat kaidah-kaidah syariat, melainkan juga kisah-kisah sejumlah umat terdahulu. Cerita-cerita itu dihadirkan agar orang pada masa kini dapat merenungi nasib dan kesudahan mereka.

Salah satu kaum yang kerap dituturkan dalam Kitabullah ini adalah anak keturunan Nabi Yaqub AS atau yang disebut sebagai Bani Israil.

Al-Baqarah secara khusus menuturkan kisah sebagian Bani Israil yang terlibat dalam kasus pembunuhan. Aksi kejahatan itu terungkap setelah mereka memukulkan sapi hasil sembelihan kepada mayat korban.

Secara kebahasaan, al-baqarah berarti 'sapi betina'. Berikut ini adalah kisah mereka, sebagaimana disebut dalam surah kedua di Alquran itu.

Pada zaman dahulu kala, di tengah Bani Israil hidupla seorang hartawan yang kekayaannya luar biasa berlimpah. Namun, ia tak satu pun memiliki anak yang akan mewarisi harta tersebut. Alhasil, banyak kerabat yang menginginkan dan menanti warisan.

Hal yang ditunggu mereka pun terjadi. Sang hartawan ditemukan tewas di depan sebuah rumah penduduk. Kerabat sang hartawanlah yang kali pertama menemukan mayatnya pada pagi hari.

Maka, gemparlah seluruh desa atas kematian sang hartawan. Masing-masing dari mereka bertanya-tanya, siapa gerangan yang membunuhnya?

Asumsi-asumsi pun bermunculan. Ada yang bilang, sang kerabat yang menemukanlah yang membunuhnya. Yang lain mengatakan, si pemilik rumah yang didepannya ditemukan jasad si hartawanlah pelakunya.

Di tengah keributan tersebut, datang seorang saleh yang cerdas. Ia pun menengahi warga.

“Mengapa kalian berkelahi? Bukankah di antara kita ada Musa, sang rasul Allah? Mari kita tanyakan perihal ini kepada beliau,” ujarnya. Maka, mereka pun segera berbondong-bondong menemui Musa.

Mendengar kisah dari penduduk desa, Nabi Musa segera memanjatkan doa. Ia memohon wahyu dari Allah agar menunjukkan rahasia di balik kematian sang hartawan. Maka, Allah pun memerintahkan Musa agar menyuruh umatnya itu menyembelih seekor sapi.

 
Allah pun memerintahkan Musa agar menyuruh umatnya itu menyembelih seekor sapi.
   

“Hai Musa, apakah kau ingin menjadikan kami bahan ejekan?” ujar mereka.

Orang-orang itu tersinggung. Sebab, dahulu mereka sempat menyembah patung sapi betina. Dan, kini sang nabiyullah menyatakan bahwa Allah menyuruh mereka untuk menyembelih sapi. 

Nabi Musa pun dengan sabar menjawab, “Aku berlindung dari Allah agar aku tak termasuk orang-orang yang bodoh. Aku berlindung kepada Allah untuk tidak mengatakan sesuatu yang bukan firman-Nya."

Namun, tetap saja Bani Israil enggan menaati perintah Musa. Mereka bermalas-malasan menyembelih seekor sapi. Pasalnya, sapi merupakan binatang yang dihormati oleh mereka.

Saat Musa menanyakan perihal sapi tersebut, mereka pun terlihat amat malas. Mereka justru mencari-cari pertanyaan yang dapat menunda mereka menyembelih sapi. “Beri kami spesifikasi, berapa usia sapi itu?” ujar mereka.

Nabi Musa pun menjawab, “Tidak muda, tidak pula tua, melainkan pertengahan saja. Kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. ”

Lagi-lagi, mereka tak juga menjalankan perintah itu. Setiap kali Musa menanyakannya, mereka menanyakan spesifikasi yang lebih mendetail lagi mengenai sapi yang akan disembelih.

“Apa warna sapi itu?” tanya mereka.

Dengan sabar, Musa pun menjawab, “Warnanya kuning tua, setiap kali orang memandangnya maka akan senang melihatnya."

Bukannya mencari, keesokan hari justru mereka bertanya kembali. “Beri tahu kami bagaimana kondisi sapi itu sehingga kami dapat mencarinya,” kata mereka.

Kesabaran Musa begitu diuji, beliau pun menjawab dengan rincian yang banyak. “Sapi itu tak pernah digunakan untuk membajak sawah atau memberi air bagi tanaman. Sapi itu pun sangat bersih, tidak memiliki cacat.”

Semakin banyak bertanya, jelaslah bahwa mereka semakin sulit mendapatkan sapi yang dimaksud Allah SWT--sebagaimana disampaikan Nabi Musa. Sebab, semakin mendetail pula kriteria yang dikabarkan kepada mereka. Andaikan mereka menurut saja saat perintah pertama, mereka bebas memilih sapi manapun.

 

 
Andaikan mereka menurut saja saat perintah pertama, mereka bebas memilih sapi manapun.
   

 

Namun, sifat membangkang justru membuat mereka semakin sulit. Setelah banyak pertanyaan, mereka justru harus mendapatkan sapi yang sempurna. Rupanya mereka menyadari kebodohan mereka itu.

Akhirnya, mereka pun mencukupkan pertanyaan dan mulai mencari jenis sapi yang elok itu. “Sekarang kamu menerangkan sapi itu dengan lengkap,” kata mereka.

Setelah kesulitan yang sangat mencari sapi tersebut, akhirnya mereka pun mendapatkannya. Hampir saja mereka menyerah karena nyaris tak ada sapi yang sesempurna itu. Sapi itu pun didapatkan dengan harga yang sangat mahal.

Hewan berkaki empat tersebut merupakan milik seorang yatim yang usianya masih belia. Sapi tersebut merupakan satu-satunya warisan sang ayah. Atas wasiat sang ayah, sapi itu tak diizinkan bekerja dan hanya dirawat sedemikian rupa.

Kulitnya juga berwarna kuning tua yang sangat elok. Seluruh kriteria yang Nabi Musa sebutkan ada pada sapi tersebut.
 
Sapi itu pun didatangkan ke hadapan Nabi Musa. Setelah disembelih, nabiyullah Musa mengambil sebagian anggota tubuh sapi, kemudian memukulkannya pada jenazah tersebut.

 

 
Dengan izin Allah, mayat si hartawan hidup kembali.
   

 

Dengan izin Allah, mayat si hartawan hidup kembali. Nabi Musa pun segera bertanya kepada si mayat hidup. “Siapakah yang telah membunuhmu?”

Sang hartawan pun menunjuk salah serang kerabatnya. “Dia!” ujarnya. Setelah itu, si hartawan kembali menjadi mayat dengan izin Allah.
 
Ternyata, sang pembunuh merupakan kerabat yang selalu menginginkan warisan sang hartawan. Dia pula yang berpura-pura menemukan mayat sang hartawan yang dia bunuh dan diletakkan di depan salah satu rumah penduduk desa.

Namun, meski telah terang fakta, si kerabat tetap saja menyangkal bahwa dia adalah pembunuh sang mendiang. “Demi Allah, bukan aku yang membunuhnya,” ujarnya tanpa takut menyebut asma Allah sebagai penjamin kesaksiannya.

 

 
Kisah tentang sapi betina ini dapat dibaca dalam surah al-Baqarah ayat ke-67 hingga 73.
   

 

Kisah tentang sapi betina ini dapat dibaca dalam surah al-Baqarah ayat ke-67 hingga 73. Dalam kisah tersebut terdapat banyak hikmah yang dapat dipetik. Satu hal yang terang, yakni menaati perintah Allah sesegera mungkin.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Rubayyi binti Mu'awwidz, Shahabiat Alim dan Pemberani

Ar-Rubayyi binti Mu'awwidz turut berjuang menegakkan agama Allah pada masa Nabi SAW.

SELENGKAPNYA

Misteri Terkuak, Masjid di Minneapolis Memang Dibakar

Polisi masih mengejar tersangka pelaku pembakaran masjid.

SELENGKAPNYA

Syekh Nawawi al-Bantani, Ulama Besar dengan Segudang Karya

Syekh Nawawi al-Bantani merupakan seorang alim yang sangat prolifik.

SELENGKAPNYA