Wanita Sudan berjalan di sebuah jalan di Khartoum, Sudan, (19/4/2023). | EPA-EFE/STRINGER

Internasional

Warga Sipil Mulai Tinggalkan Sudan

Sekurangnya 15 WNI di Sudan berhasil diamankan pihak KBRI di Khartoum.

KHARTOUM -- Rencana gencatan senjata tak berhasil mengakhiri konflik bersenjata di Sudan belakangan. Pertempuran sporadis terus berlanjut di kota-kota utama Sudan pada Rabu (19/4/2023). Warga Sudan yang ketakutan melarikan diri dari Khartoum dengan  mengangkut barang seadanya dan berusaha keluar dari ibu kota.

Pertempuran sempat mereda pada jam-jam pertama setelah gencatan senjata berlaku pada pukul 18.00 sore waktu setempat. Namun bentrokan sporadis berlanjut di pusat kota. Penduduk ibu kota yang putus asa telah kehabisan makanan dan perbekalan lainnya. Sementara rumah sakit telah rusak dan terpaksa ditutup. 

Rumah sakit kewalahan menerima korban yang terluka akibat baku tembak, bahkan staf medis mulai kelelahan dan persediaan medis habis. Para pejuang bersenjata mulai menjarah toko-toko dan merampok siapa saja yang berani melangkah keluar.

photo
Toko-toko rusak selama pertempuran yang sedang berlangsung antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di Khartoum, Sudan, (19/4/2023). - (EPA-EFE/STRINGER)

Hampir 300 orang telah meninggal dalam lima hari terakhir, tetapi jumlah korban kemungkinan lebih tinggi karena banyak mayat bergelimpangan di jalanan. Pada jam-jam menegangkan setelah gencatan senjata, Abdalla al-Tayeb bersama dengan warga lainnya mengumpulkan jenazah di dekat markas besar militer.  

“Semuanya hampir membusuk, menyebabkan bau busuk yang sampai ke rumah kami. Adegan itu keji," ujar al-Tayeb.

Setelah upaya gencatan senjata pada Selasa (18/4/2023) malam gagal, ratusan orang berupaya melarikan diri di tengah ledakan dan tembakan yang mengguncang Khartoum dan Kota Omdurman yang berdekatan. Penduduk dari berbagai lingkungan mengatakan kepada The Associated Press bahwa mereka dapat melihat pria, wanita, dan anak-anak pergi dengan membawa barang bawaan, beberapa berjalan kaki, sementara yang lain berhimpitan di dalam kendaraan.

Pada Rabu malam, tentara dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) secara terpisah mengumumkan bahwa gencatan senjata terbaru selama 24 jam telah dimulai. Hingga saat ini, panglima militer Jenderal Abdel Fattah Burhan, dan komandan RSF Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo tampaknya bertekad untuk saling menghancurkan dalam perebutan kekuasaan.

photo
Asap mengepul di atas kota selama pertempuran yang sedang berlangsung antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di Khartoum, Sudan, (19/4/2023). - (EPA-EFE/STRINGER)

Upaya gencatan senjata pada Selasa gagal, kendati Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah berbicara kepada dua jenderal yang bersaing melalui telepon. Mesir, yang mendukung militer Sudan, serta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang memiliki hubungan dekat dengan RSF, telah meminta semua pihak untuk mundur.

Sepanjang Rabu, kedua belah pihak bertempur di sekitar markas militer utama di Khartoum tengah, yang berulang kali coba direbut oleh RSF, dan bandara terdekat.  Warga mengatakan militer menggempur posisi RSF dengan serangan udara. Penduduk mengatakan orang-orang bersenjata, sebagian besar berseragam RSF, telah menggerebek rumah, kantor, dan toko di lingkungan sekitar Khartoum.

“Mereka berkeliaran dalam kelompok-kelompok kecil dari rumah ke rumah, dari toko ke toko dan menjarah segalanya,” kata seorang penduduk di lingkungan kelas atas Kafouri di Khartoum utara. "Mereka menyerbu rumahmu dan mengambil semua barang berharga di bawah todongan senjata," ujar penduduk yang tidak mau disebutkan namanya.

Penduduk mengatakan banyak keluarga mulai mengangkat senjata untuk mempertahankan harta benda mereka.  Warga lain di kawasan Pasar Arab, mengatakan, pria berseragam RSF masuk ke toko ponsel dan mengambil apa saja yang bisa mereka bawa.  

photo
Warga berdiri di depan sebuah toko di Khartoum, Sudan, (19/4/2023). - (EPA-EFE/STRINGER)

Kedua belah pihak dalam konflik memiliki sejarah panjang pelanggaran hak asasi manusia.  RSF lahir dari milisi Janjaweed, yang dituduh melakukan kekejaman yang meluas ketika pemerintah mengerahkan mereka untuk memadamkan pemberontakan di wilayah Darfur barat Sudan pada awal tahun 2000-an.

Darfur juga mengalami bentrokan hebat dalam lima hari terakhir.  Kelompok bantuan Doctors Without Borders (MSF) mengatakan, orang-orang bersenjata menggerebek kantor mereka di Nyala di Darfur, mencuri kendaraan dan peralatan kantor serta menjarah gudang yang menyimpan persediaan medis.  Komite Palang Merah Internasional mengatakan kantornya di Nyala juga dijarah, dan satu kendaraan diambil.

Rumah sakit di Khartoum kehabisan pasokan medis, dan seringkali beroperasi tanpa listrik dan air bersih. Puluhan fasilitas perawatan kesehatan di Khartoum dan di seluruh negeri telah berhenti berfungsi karena dekat dengan bentrokan. Sindikat Dokter Sudan mengatakan, setidaknya sembilan rumah sakit dibom.

Organisasi Kesehatan Dunia PBB mengatakan, sedikitnya 296 orang telah meninggal dan lebih dari 3.000 orang terluka sejak pertempuran dimulai. Sindikat Dokter mengatakan, pada Selasa setidaknya 174 warga sipil meninggal dan ratusan lainnya luka-luka. 

photo
Orang-orang berjalan melewati toko-toko yang tutup akibat konflik bersenjata di Khartoum, Sudan, Senin (17/4/2023). - (AP Photo/Marwan Ali)

Nasib WNI

Sekurangnya 15 Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan berhasil diamankan pihak Kedutaan Besar (KBRI) Khartoum pada Selasa (18/4/2023) waktu setempat. Hal ini buntut dari masih memanasnya konflik mematikan di Sudan yang menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai ratusan orang lainnya.

"Di tengah situasi konflik dan pertempuran yang terjadi di Sudan, pada 18 April 2023, Perwakilan RI telah mengevakuasi 15 WNI ke Safe House di Kantor KBRI Khartoum," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Judha Nugraha dalam pernyataan kepada media, Rabu (19/4/2023).

Judha mengatakan, pihak KBRI menggunakan kesempatan pergerakan saat melakukan distribusi logistik. 15 WNI dikatakan berasal dari wilayah Khartoum yang mayoritas terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil.

"Mempertimbangkan situasi peperangan yang masih berlangsung di beberapa titik di Khartoum, para WNI yang belum dapat menjangkau Safe House KBRI diimbau untuk tetap berada di dalam rumah masing-masing dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah," ujar Judha.

photo
Asap mengepul dari lingkungan pusat Khartoum, Sudan, Ahad (16/4/2023). Puluhan orang meninggal dalam pertempuran sengit selama dua hari antara militer Sudan dan kelompok paramiliter. - (AP Photo/Marwan Ali))

"Demi keselamatan, pergerakan menuju Safe House KBRI dilakukan ketika situasi keamanan sudah memungkinkan," ujarnya menambahkan.

Dalam kesempatan tersebut, pihak KBRI juga telah mendistribusikan bantuan logistik kepada sejumlah WNI terdampak di sejumlah kawasan di Khartoum. Bantuan diberikan kepada sekitar 200 WNI terdampak perang yang mayoritas berstatus mahasiswa dan pekerja migran. 

Petugas KBRI bekerja sama dengan PPI Sudan dan Ikatan Mahasiswa Indonesia (IMI) menelusuri beberapa wilayah di Arkaweet dan Makmurat yang berjarak 500 meter dari zona konflik bersenjata KBRI Khartoum juga telah mendistribusikan sembako kepada WNI, termasuk kepada 76 mahasiswa yang ditampung di Auditorium Kampus International University of Africa. Bantuan yang diberikan berupa mie instan, roti, beras, telur, teh, kopi dan air mineral. 

photo
Asap mengepul dari lingkungan pusat Khartoum, Sudan, Ahad (16/4/2023). Puluhan orang meninggal dalam pertempuran sengit selama dua hari antara militer Sudan dan kelompok paramiliter. - (AP Photo/Marwan Ali))

"Pasokan didapatkan KBRI di tengah kelangkaan suplai logistik akibat tersendatnya distribusi barang masuk dan banyaknya toko yang tutup," kata dia.

Menurut Judha, pada 16 April, KBRI juga telah melakukan silaturahmi virtual dengan WNI berdomisili di Khartoum dan sekitarnya untuk menyampaikan langkah dan imbauan KBRI di masa genting tersebut. Sesuai data KBRI, jumlah WNI tercatat sebanyak 1.209 orang, mayoritas berdomisili di wilayah Khartoum, dan sebagian di Wad Madani, dan Port Sudan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat