
Dunia Islam
Sumbangsih India untuk Peradaban Islam dan Dunia
India telah memiliki peradaban yang tinggi, yang terlacak sejak zaman pra-Islam.
Peradaban Lembah Sungai Indus di Anak Benua India telah menjadi kajian utama kalangan sejarawan dan arkeolog. Kawasan itu kini menjadi bagian dari negara-negara Pakistan dan India.
Berdasarkan penelitian para ahli, di situs peradaban kuno tersebut tidak ditemukan adanya bangunan-bangunan yang menyiratkan fungsi kegiatan religi. Begitu pula dengan tanda-tanda berlakunya sistem kasta, yang dikenal dalam kepercayaan Hindu.
Fakta itu membuat para saintis berspekulasi bahwa masyarakat peradaban Lembah Sungai Indus bergantung sepenuhnya pada perkembangan ilmu pengetahuan. Maka, kebudayaan India Kuno turut menjadi “tambang emas” yang luar biasa.
Berdasarkan penelitian para ahli, di situs peradaban kuno tersebut tidak ditemukan adanya bangunan-bangunan yang menyiratkan fungsi kegiatan religi.
Barulah ratusan tahun kemudian, peradaban Islam datang ke sana, usai menaklukkan Persia pada paruh pertama abad ketujuh Masehi. Sejak masa Daulah Abbasiyah, sultan-sultan Muslim memerintahkan penerjemahan banyak manuskrip dari kebudayaan pra-Islam, termasuk yang bersumber dari Lembah Sungai Indus.
Beberapa buku terkenal India yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, antara lain, adalah Mahabharata, Weda, Yoga-vasistha, Bhagavad-Gita dan Bhagavata Puranawere. Pandangan paling mendasar yang terkandung dalam teks-teks ini mengungkapkan inti filsafat alam. Yakni, di alam semesta diyakini selalu dalam kondisi perubahan yang konstan, antarelemen saling berhubungan, dan segalanya diciptakan secara bertahap.
Buku Yoga Vasistha, misalnya, adalah karya terpenting dalam filsafat Hindu. Ini memuat cerita yang termaktub dalam hampir 30 ribu sloka (sajak). Buku ini menjelaskan berbagai pandangan realitas, moral, dan nasihat. Salah satu bagian terpenting dari sama ialah doktrin mengenai pikiran.
Yoga Vasistha menjelaskan, ketika pikiran bergetar, dunia pun menjadi. Ketika pikiran berhenti bergetar, dunia pun musnah.
Hal ini senada dengan adagium yang muncul di Eropa ratusan tahun sesudahnya, yakni yang diucapkan René Descartes, “Aku berpikir, maka aku ada” (cogito ergo sum). Filsuf Prancis itu acap kali diagungkan sebagai “Bapak Filsafat Modern".
Usainya Dinasti Abbasiyah tidak menyurutkan perhatian Islam pada India. Berlanjut pada masa Kesultanan Mughal, alih bahasa atas teks-teks dari peradaban Lembah Sungai Indus pun masih terjadi.
Raja Mughal kelima, Shah Jahan, memerintahkan sekurang-kurangnya 50 manuskrip India untuk diterjemahkan. Di antaranya adalah Upanishad, bagian puncak dari naskah Weda.
Terjemahan karya tersebut kemudian sampai ke Benua Biru melalui alih bahasa ke dalam Latin pada abad ke-18. Pengerjaannya dilakukan oleh Anquetil Duperron dari Prancis. Buku tersebut pada akhirnya dibaca oleh seorang filsuf Jerman abad ke-19 M, yaitu Arthur Schopenhauer. Ia amat terkesan pada ide-ide universalitas yang mencuat dari buku tersebut. Konon, salinan kitab ini selalu disimpannya di atas meja kerja, dekat tempat tidurnya.
Tentunya, kaum cerdik cendekia Muslim juga menaruh perhatian besar pada peradaban India Kuno. Sebagai contoh, seorang polymath yang fasih berbahasa Persia, Abu al-Rayan al-Biruni, begitu mencintai kajian atas peradaban Lembah Sungai Indus. Sampai-sampai, dirinya mempelajari dan menguasai bahasa Sanskerta.
Abu al-Rayan al-Biruni, begitu mencintai kajian atas peradaban Lembah Sungai Indus. Sampai-sampai, dirinya mempelajari dan menguasai bahasa Sanskerta.
Tidak hanya itu, ia pun mempelajari topik ini dengan sungguh-sungguh sehingga di kemudian hari merintis Indologi—disiplin ilmu pengetahuan mengenai India. Hal itu terutama melalui salah satu karya monumentalnya, Tarikh al-Hind.
Melalui buah penanya, masyarakat Muslim—dan juga pada akhirnya orang-orang Barat—mulai mengenal lebih dekat tradisi budaya ilmiah India.
Sumbangsih luar biasa: nol
Salah satu sumbangan yang sangat-sangat fenomenal dari peradaban India untuk dunia ialah sistem angka. Tidak seperti, umpamanya, bangsa Romawi, mereka memakai penanda yang bukan huruf untuk menyampaikan makna bilangan.
Sistem yang diciptakannya disebut sebagai anka. Yang luar biasa ialah, sistem ini menyumbang simbol nol dan sekaligus pemakaiannya dalam skema desimal. Ini pun disinggung dalam Tarikh al-Hind karya al-Biruni.
Sejak kapan simbol 'nol' muncul di India? Encyclopedia Britannica menjelaskan, berbagai artefak dari peradaban India Kuno sebelum abad kesembilan tidak menyebutkan suatu simbol apa pun untuk angka nol.
Berbagai artefak dari peradaban India Kuno sebelum abad kesembilan tidak menyebutkan suatu simbol apa pun untuk angka nol.
Bagaimanapun, pada 2017 lalu Universitas Oxford merilis hasil penelitian yang cukup menarik. Temuan itu berawal pada 1881. Seorang petani lokal menemukan sebuah manuskrip di area persawahan Desa Bakhshali, dekat Kota Peshawar (kini bagian dari Pakistan). Pada 1902, pemerintah kolonial Inggris kemudian memboyong benda tersebut ke London untuk disimpan.
Guru besar matematika Universitas Oxford, Marcus du Sautoy, menjelaskan, para peneliti pada abad ke-20 menemukan banyaknya simbol titik pada manuskrip tersebut. Simbol-simbol itu belakangan diketahui merujuk pada makna 'nol'.
Du Sautoy mengatakan, simbol demikian dapat dipastikan sebagai cikal-bakal angka nol pada berbagai naskah dari India yang muncul pada abad ketujuh. Misalnya, Brahmasphutasiddhanta karya ahli matematika sekaligus astronom India, Brahmagupta.
Sebelum penemuan manuskrip Bakhshali, para ahli umumnya meyakini teks yang ditulis pada tahun 628 Masehi itu adalah yang paling awal menampilkan angka nol dalam sejarah peradaban India. Namun, keyakinan itu tergoyahkan setelah para peneliti Barat berhasil melakukan uji radiokarbon atas naskah Bakhshali.
Hasilnya, satu lembar sampel dari manuskrip tersebut diketahui berasal dari masa sekitar tahun 224-383 Masehi. Artinya, usia dokumen Bakhshali jauh lebih tua daripada naskah karya Brahmagupta.
Secara keseluruhan, lanjut du Sautoy, teks Bakhshali menggunakan bahasa Sanskerta Kuno. Isinya menceritakan tentang panduan bagi para pedagang yang hendak melewati Jalur Sutra.
Teladan Buya Hamka Kala Muhammadiyah (tidak) ‘Pecah’
Pada masa rezim Orde Lama, Muhammadiyah sempat terguncang akibat dinamika politik nasional.
SELENGKAPNYAKejadian Gempa Dalam Sejarah Islam
Kalangan sarjana Muslim mencatat, sejumlah gempa pernah terjadi dalam sepanjang sejarah Islam.
SELENGKAPNYASejumlah Gempa Dahsyat Dalam Catatan Sejarah
Sejarah mencatat, sejumlah gempa dahsyat pernah menghantam pelbagai belahan dunia.
SELENGKAPNYA