
Kisah
Menyesal ‘Telat’ Masuk Islam
Hakim bin Hazam masuk Islam baru belakangan, yakni saat Fath Makkah.
Inilah kisah seorang yang sudah bersimpati dengan sosok Nabi Muhammad SAW sejak lama, tetapi baru belakangan menjadi sahabat beliau. Dialah Hakim bin Hazam bin Asad bin Abdul Gazi.
Secara nasab, satu-satunya insan yang lahir dalam bangunan Ka’bah itu cukup dekat dengan Rasulullah SAW. Ia adalah keponakan dari istri tercinta al-Musthafa, Khadijah binti Khuwailid.
Bahkan sebelum Nabi SAW mengumumkan diri sebagai utusan Allah, Hakim bin Hazam telah akrab dengan beliau. Namun, baik dalam fase dakwah di Makkah maupun Madinah, dirinya belum meneguhkan hati untuk sepenuhnya beriman dan berislam.
Bahkan sebelum Nabi SAW mengumumkan diri sebagai utusan Allah, Hakim bin Hazam telah akrab dengan beliau.
Memang, hal itu tidak mengurangi rasa hormatnya terhadap Rasulullah SAW. Sebagai contoh, ketika kaum Quraisy memboikot beliau dan kaum Muslimin di Makkah prahijrah, ia tidak mau ikut-ikutan.
Seperti telah disebutkan di atas, riwayat tentangnya bermula dari suatu peristiwa di Ka’bah. Pada hari kelahirannya, bangunan yang dibina Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu sedang dibuka untuk umum, sesuai dengan ketentuan. Maka, ibunda Hakim bin Hazam yang sedang hamil tua pun masuk ke dalam Ka’bah bersama dengan rombongan orang-orang sebayanya.
Ketika berada dalam Ka'bah, perut si ibu tiba-tiba terasa hendak melahirkan. Wanita tersebut tidak sanggup lagi berjalan keluar. Seseorang lalu memberikan tikar kulit kepadanya, dan dimulailah proses persalinan. Beberapa saat kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki, yang diberi nama Hakim.
Anak dari saudara Ummul Mukminin Khadijah RA itu dibesarkan dalam keluarga yang terhormat dan kaya raya. Ia pun tumbuh menjadi pribadi yang mulia, pandai, dan berwibawa.
Saat dewasa, Hakim diangkat menjadi kepala kaumnya. Dalam urusan haji sejak zaman Jahiliyah, kabilahnya bertugas menangani jamaah yang kehabisan bekal. Maka dari itu, ia pun sering mengorbankan harta pribadinya untuk kepentingan umum.
Saat dewasa, Hakim diangkat menjadi kepala kaumnya. Dalam urusan haji sejak zaman Jahiliyah, kabilahnya bertugas menangani jamaah yang kehabisan bekal.
Sebelum menjadi nabi, Rasulullah SAW berkawan dekat dengan Hakim. Antara keduanya terpaut jarak usia sekira lima tahun. Adapun keponakan Khadijah itu lebih tua daripada beliau.
Walaupun hubungan persahabatan dan kekerabatan antara keduanya demikian erat, ternyata Hakim tidak segera masuk Islam dan mengakui kenabian Muhammad SAW.
Dirinya baru masuk Islam sesudah pembebasan kota Makkah (Fath Makkah). Peristiwa itu terjadi kira-kira 20 tahun sesudah Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan rasul.
Orang-orang memperkirakan Hakim bin Hazam—yang dikaruniai Allah akal sehat dan pikiran tajam ditambah dengan hubungan kekeluargaan—serta persahabatan yang akrab dengan Rasulullah—akan menjadi mukmin pertama-tama yang membenarkan dakwah beliau, dan menerima ajarannya dengan spontan.
Tetapi Allah berkehendak lain. Dan kehendak Allah jualah yang berlaku.
Setelah memeluk Islam dan merasakan nikmat iman, timbullah penyesalan mendalam di hati Hakim. Dia merasa umurnya hampir habis dalam kemusyrikan dan mendustakan Rasulullah.
Setelah memeluk Islam dan merasakan nikmat iman, timbullah penyesalan mendalam di hati Hakim. Dia merasa umurnya hampir habis dalam kemusyrikan dan mendustakan Rasulullah.
Putranya pernah melihat dia menangis, lalu bertanya, "Mengapa ayah menangis?"
"Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan ayahmu menangis, hai anakku!" jawab Hakim. "Pertama, keterlambatan masuk Islam menyebabkan aku tertinggal berbuat banyak kebajikan. Seandainya aku nafkahkan emas sepenuh bumi, belum seberapa artinya dibandingkan dengan kebajikan yang mungkin aku peroleh dengan Islam.”
“Kedua, sesungguhnya Allah telah menyelamatkan dalam Perang Badar dan Uhud. Lalu aku berkata kepada diriku ketika itu, aku tidak lagi akan membantu kaum Quraisy memerangi Muhammad, dan tidak akan keluar dari Kota Makkah. Tetapi aku senantiasa ditarik-tarik kaum Quraisy untuk membantu mereka.”
“Ketiga, setiap aku hendak masuk Islam, aku lihat pemimpin-pemimpin Quraisy yang lebih tua tetap berpegang pada kebiasaan-kebiasaan jahiliyah. Lalu aku ikuti saja mereka secara fanatik."
Hakim melanjutkan, "Kini aku menyesal, mengapa aku tidak masuk Islam lebih dini. Yang mencelakakan kita tidak lain melainkan fanatik buta terhadap bapak-bapak dan orang-orang tua kita. Bagaimana aku tidak akan menangis karenanya, hai anakku?"
Rasulullah pun heran terhadap orang-orang yang berpikiran tajam dan berpengetahuan luas macam Hakim bin Hazam, tetapi menutupi diri untuk menerima Islam. Padahal, dia dan golongan orang-orang yang seperti dirinya ingin segera masuk Islam.
Momen berislam
Pada malam menjelang Fath Makkah, Rasulullah bersabda kepada para sahabat, "Di Makkah terdapat empat orang yang tidak suka kepada kemusyrikan, dan lebih cenderung kepada Islam."
"Siapa mereka itu, ya Rasulullah," tanya para sahabat.
"Mereka adalah Attab bin Usaid, Jubair bin Muth'im, Hakim bin Hazam, dan Suhail bin Amr. Maka dengan karunia Allah, mereka masuk Islam secara serentak," jawab Rasulullah.
Ketika Rasulullah masuk Kota Makkah sebagai pemenang, beliau tidak ingin memperlakukan Hakim bin Hazam, melainkan dengan cara terhormat. Maka beliau perintahkan agar disampaikan beberapa pengumuman.
"Siapa yang mengaku tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan mengaku bahwa Muhammad sesungguhnya hamba Allah dan Rasul-Nya, dia aman. Siapa yang duduk di Ka'bah, lalu meletakkan senjata, dia aman. Siapa yang mengunci pintu rumahnya, dia aman. Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman. Siapa yang masuk ke rumah Hakim bin Hazam, dia aman."
Rumah Hakim bin Hazam terletak di Kota Makkah bagian bawah, sedang rumah Abu Sufyan bin Harb terletak di bagian atas Kota Makkah. Hakim kemudian memeluk Islam dengan sepenuh hati, Dalam waktu sebentar saja, iman kepada Allah dan Rasul-Nya mendarah daging dalam kalbunya.
Dia bersumpah akan selalu menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan Jahiliyah dan menaati Rasulullah SAW. Hakim menepati sumpahnya dengan sungguh-sungguh.
Setelah masuk Islam, Hakim bin Hazam pergi menunaikan ibadah haji. Dia membawa seratus ekor unta yang diberinya pakaian kebesaran yang megah. Kemudian unta-unta itu disembelihnya sebagai kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Waktu haji tahun berikutnya, dia wukuf di Arafah beserta seratus orang hamba sahayanya. Masing-masing sahaya tergantung di lehernya sebuah kalung perak bertuliskan kalimat, "Bebas karena Allah Azza wa Jalla, dari Hakim bin Hazam". Selesai menunaikan ibadah haji, semua budak itu dimerdekakan.
Ketika naik haji ketiga kalinya, Hakim bin Hazam mengurbankan seribu ekor biri-biri yang disembelihnya di Mina, untuk dimakan dagingnya oleh fakir miskin, guna mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
Pengaruhi Kesehatan Mental, Ini Trik Lawan Toxic Shame
Menerapkan meditasi dan praktik mindfulness dapat membantu menjaga pikiran tetap positif.
SELENGKAPNYAKisah Puasa Para Diaspora
Dia merasa lingkungannya tinggal cukup nyaman dan tidak ada diskriminasi dari warga setempat.
SELENGKAPNYA