
Gaya Hidup
Mitos Kesuburan yang Harus Berhenti Dipercayai
Stres hampir tidak pernah menyebabkan kemandulan.
Selama sekitar setahun terakhir, pendiri dan direktur medis dan ilmiah Gold Coast IV, di Woodbury, New York, Amerika Serikat (AS) dr Steven Palter dan ahli endokrin reproduksi yang dia latih telah menemui sekitar satu pasien dalam sepekan, yang menjalani “perawatan” kesuburan yang belum terbukti. “Perawatan” itu para pasien pelajari di media sosial Tiktok.
Karena hal itu, dr Palter memutuskan untuk memerangi kesalahan informasi kesuburan dan mengungkapkan proses dan solusinya. Caranya dengan bergabung bersama platform Tiktok itu sendiri.
Dilansir dari Insider, Senin (27/3/2023), berikut ini merupakan beberapa mitos kesuburan terbesar, dan bagaimana pasien dapat menemukan solusi yang sesuai untuk mereka.
Mitos 1: Anda harus mencoba hamil secara alami selama beberapa waktu sebelum mencari bantuan.

Organisasi medis cenderung merekomendasikan orang mencari bantuan kesuburan setelah satu tahun mencoba hamil dengan “cara alami”. Saran ini berlaku jika mereka berusia di bawah 35 tahun, dan enam bulan mencoba untuk hamil jika mereka berusia di atas 35 tahun.
Tetapi Palter mengatakan, enam bulan terlalu lama untuk menunggu jika memiliki faktor risiko tertentu, seperti berusia di atas 35 tahun, kurang siklus menstruasi, mengalami nyeri haid yang parah, atau memiliki pasangan yang menjalani kemoterapi. Dalam kasus tersebut, Palter mengatakan, pasien harus segera dievaluasi.
Dengan begitu, dapat menghemat waktu dengan mengidentifikasi hambatan potensial lebih awal dan menemukan solusi yang memungkinkan. Misalnya, seseorang dengan riwayat nyeri haid mungkin memiliki endometriosis yang tidak terdiagnosis, dan menunda pengobatan lebih lanjut tidak akan membantu peluang mereka untuk hamil.
Mitos 2: Pasien mengira telah mengikuti “Semua tes”

Palter juga mengatakan, hanya karena seorang dokter memberi tahu Anda bahwa Anda menjalani tes untuk semuanya, tidak berarti tes itu selesai, dilakukan dengan benar, atau ditafsirkan dengan benar. Misalnya, dokter dapat melewatkan hasil tes genetik yang tidak normal, hasil tes bisa hilang, membuat pasien menganggap semuanya baik-baik saja, dan tes pencitraan dapat dibaca oleh non-ahli.
Contohnya, Palter memiliki satu pasien yang telah mencoba untuk hamil selama lebih dari lima tahun dan diberi tahu bahwa tuba falopinya normal, menurut sinar-X. Tetapi, ketika Palter mendapatkan sinar-X asli, dia menyadari bahwa itu benar-benar tersumbat, yang dapat diobati meskipun sulit dikenal, terutama jika cairan menghalangi jalur telur.
Menurut Palter, seberapa akurat hasil pemindaian, seperti sinar-X dan ultrasonografi “sangat bergantung pada keterampilan orang yang melakukan tes dan orang yang menafsirkannya. “Dan sangat sering dokter kesuburan hanya mengandalkan interpretasi ahli radiologi, dan tidak melihat gambar aslinya. Selalu ada hal-hal yang terlewatkan,” ujarnya.
Mitos 3: “Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan” berarti tidak ada penyebabnya.

Sering kali, ketika dokter mengatakan “infertilitas yang tidak dapat dijelaskan”, mereka hanya bermaksud lebih masuk akal untuk melanjutkan perawatan infertilitas daripada melakukan pengujian invasif untuk menentukan penyebab yang mendasarinya. “Misalnya, mungkin ada masalah dengan sel telur wanita, tapi Anda tidak akan melihat masalah itu sampai Anda melakukan IVF,” kata Palter.
Namun, sekitar 30 persen dalam setiap kasus, wanita diberi tahu bahwa mereka memiliki ketidaksuburan yang tidak dapat dijelaskan ketika mereka benar-benar belum melakukan evaluasi yang cukup menyeluruh.
“Kami melihat pasien yang berusia 40-an dan perimenopause, dan diberi tahu bahwa itu tidak dapat dijelaskan. Ini bukan terkait dengan usia, atau mereka tidak berovulasi atau menderita endometriosis, tetapi belum ada yang mengevaluasi secara menyeluruh,” ujar Palter.
Mitos 4: Stres dan berat badan adalah penyebab ketidaksuburan yang umum

Palter mengungkapkan, stres hampir tidak pernah menyebabkan kemandulan kecuali sampai pada titik siklus Anda berhenti. Dia menambahkan meskipun berat badan yang lebih tinggi dapat memengaruhi kesuburan, sebagian karena cara kelebihan lemak berinteraksi dengan hormon seks.
Tidak ada alasan, menurut Palter, untuk tidak mengobati faktor lain yang berkontribusi terhadap ketidaksuburan. Dia menuturkan, berat badan mungkin menjadi penyebab, tapi bukan berarti Anda tidak mengobatinya dengan obat-obatan untuk memperbaiki masalah hormonal.
Bagi-Bagi Amplop Berlogo PDIP Saat Tarawih Berdalih Zakat
Amplop berisi uang itu merupakan zakat para kader PDIP se-Madura.
SELENGKAPNYAMengapa KPK Jarang Membongkar Kasus Besar?
Kejakgung menjadi lembaga penegak hukum yang paling dipercaya publik saat ini.
SELENGKAPNYARafael Mulai Melawan, Menolak Dituding Cuci Uang
Rafael dan istrinya hadir memenuhi panggilan penyelidik KPK akhir pekan lalu.
SELENGKAPNYA