
Kisah
Kala Pendosa Takut Aibnya Terungkap
Pendosa ini berdoa kepada Allah agar aibnya tak terungkap ke publik.
Pada zaman Nabi Musa AS dahulu, Bani Israil pernah dilanda musim kemarau yang lebih lama daripada biasanya. Dampaknya, pertanian mereka mengalami gagal panen. Bukan hanya kekeringan, orang-orang itu pun berpotensi besar menghadapi wabah kelaparan.
Kondisi demikian menjadikan masyarakat keturunan Nabi Yaqub AS itu kepayahan. Melihat kenyataan yang memilukan itu, Nabi Musa pun mengajak kaumnya untuk menunaikan shalat Istisqa. Usai melaksanakan ibadah jamaah itu, mereka pun berdoa bersama-sama, memohon hujan kepada Allah SWT.
Dengan diimami Nabi Musa, Bani Israil mendirikan shalat Istisqa beberapa kali. Ternyata, hujan tak kunjung turun jua. Sang nabi tetap berpesan kepada umatnya agar mereka bersabar dan tidak berputus asa dari rahmat Allah.
Dengan diimami Nabi Musa, Bani Israil mendirikan shalat Istisqa beberapa kali. Ternyata, hujan tak kunjung turun jua.
Akhirnya, turunlah wahyu dari-Nya kepada Nabi Musa. Melalui Malaikat Jibril, Allah memberi tahu kepada sang nabi bahwa ada di antara kaumnya yang melampaui batas. Oknum ini telah berbuat maksiat sehingga mengundang murka Allah. Bagaimanapun, identitas individu ini tidak diungkapkan oleh-Nya.
Nabi Musa pun merasa, selama ini di antara kaumnya cenderung tidak ditemukan sosok pendosa besar. Memang, beberapa ada yang lebih saleh daripada yang lain. Ada pula yang tekad ibadahnya datar-datar saja. Namun, adanya pendosa yang mengakibatkan tertundanya rahmat Allah, yakni hujan, itulah yang tidak diketahui sang nabi.
Usai itu, Nabi Musa menyampaikan wahyu tersebut kepada para pengikutnya. "Wahai kaumku," katanya, "Jibril telah menyampaikan kepadaku bahwa Allah berfirman, 'Hujan tidak turun (kepada umat Nabi Musa) karena di antara Bani Israil ada seseorang yang bermaksiat kepada-Ku (Allah) selama 40 tahun. Karena keburukan maksiatnya, Aku mengharamkan hujan dari langit untuk Bani Israil semua'."
Terkejutlah hadirin semua mendengarkan keterangan itu. Kemudian, Nabi Musa meneruskan pidatonya, bahwa Allah memerintahkan kepada dirinya agar mengusir lelaki pendosa itu.
"Wahai saudara-saudaraku Bani Israil! Demi Allah, aku bersumpah bahwa di antara kita ada seseorang yang bermaksiat kepada Allah selama 40 tahun. Akibat perbuatannya itu, Allah tidak menurunkan hujan untuk kita,” serunya.
"Hujan tidak akan turun kecuali setelah ahli maksiat itu pergi. Maka, aku akan mengusir orang yang dimaksud itu dari sini.”
Hujan tidak akan turun kecuali setelah ahli maksiat itu pergi. Maka, aku akan mengusir orang yang dimaksud itu dari sini.
Mendengar yang disampaikan Nabi Musa, seseorang yang memang telah berbuat maksiat selama 40 tahun terakhir merasa malu. Namun, si pendosa ini tidak berkata apa-apa di tengah khalayak yang menyimak pidato sang nabi.
Dalam benaknya, pria ini berpikir cemas. Ia pasti akan amat malu jika menuruti perintah Nabi Musa, yakni keluar dari negeri Bani Israil. Akan tetapi, jika ia tidak keluar, hujan tidak akan kunjung turun, kekeringan akan semakin panjang melanda, entah sampai kapan.
Dalam kondisi galau demikian, orang yang gemar berbuat maksiat itu berdoa dalam hati kepada Allah SWT.
"Ya Allah, ya Tuhanku, aku menyesal telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun. Aku sungguh-sungguh memohon kiranya Engkau menutupi aibku. Jika sekarang pergi, aku pasti dilecehkan dan dipermalukan kaumku. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatanku lagi. Ya Allah, terimalah tobatku,” katanya dalam hati.
Tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya. Seluruh Bani Israil terkejut dan melonjak gembira. Mereka bersama-sama bersujud syukur, mengucapkan puja dan puji kepada-Nya.
Sementara itu, Nabi Musa terkejut dengan datangnya hujan. Sebab, belum ada seorang pun yang beranjak pergi dari tempat ini. Artinya, si ahli maksiat masih berada di antara kaumnya.
Nabi Musa terkejut dengan datangnya hujan. Sebab, belum ada seorang pun yang beranjak pergi dari tempat ini. Artinya, si ahli maksiat masih berada di antara kaumnya.
Allah berfirman kepadanya, “Wahai Musa, hujan turun karena Aku gembira, hamba-Ku yang bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun itu kini telah bertobat.”
Karena penasaran, Nabi Musa memohon kepada Allah agar menunjukkan, siapa orang yang dimaksud itu. Dengan begitu, sang nabi dapat menyampaikan langsung kepadanya tentang kabar gembira ini.
Allah berfirman, “Wahai Musa, dia bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun, dan semuanya perbuatannya Kurahasiakan darimu dan kaummu. Sekarang setelah dia bertobat, mungkinkah Aku akan mempermalukannya?”
Sekelumit kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa aib seseorang itu sudah selayaknya tidak dibongkar. Aib adalah sesuatu hal yang membuat seseorang itu malu jika diketahui oleh orang lain.
Oleh karena itu, jika kita mengetahui aib orang lain, hendaklah kita menutupi aibnya dan tidaklah kita mengumbar aib orang lain di depan publik, sehingga ia merasa sangat malu.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak" (HR Muslim).
Pada saat yang sama, kita pun hendaknya selalu ingat bahwa Allah Maha Melihat. Kepada-Nya, seluruh insan akan kembali dan mempertanggungjawabkan amal perbuatan selama hidup di dunia. Maka dari itu, bila diri tergelincir dalam perbuatan maksiat, segeralah bertobat.
Tarawih Malam Pertama di Masjid Bersejarah Haghia Sophia
Masjid Haghia Sophia menjadi saksi pasang surut pemerintahan dan sentimen terhadap Islam di Turki.
SELENGKAPNYASejarah Panjang dan Khasiat Menyehatkan Sebutir Kurma
Umat Muslim tak disarankan untuk mengonsumsi kurma secara berlebih saat sahur atau berbuka puasa.
SELENGKAPNYAMengapa Istana Melarang Buka Puasa Bersama?
Larangan buka puasa bersama jajaran pemerintahan sebagai bentuk kehati-hatian.
SELENGKAPNYA