Penjual menata pakaian bekas impor di salah satu kios di Pasar Cimol Gedebage, Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). Presiden Joko Widodo menyatakan melarang bisnis pakaian bekas impor atau thrifting yang saat ini tengah populer di masyar | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Belanja

Sekelumit Thrifting, Beli Baju Bekas yang Digemari Anak Muda

Pasar barang bekas semakin melejit saat memasuki era Depresi Hebat.

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, penjualan baju bekas impor atau thrifting mengganggu utilisasi industri fashion di dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah pun melarang penjualan baju bekas impor.

Padahal, thrifting banyak digemari, khususnya mereka anak muda. Sebab, thrifting merupakan salah satu cara untuk membeli produk fesyen tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.

Pada dasarnya, thrifting adalah belanja pakaian bekas. Tujuan utamanya adalah berhemat. Anda bisa menemukan pakaian bekas di pasar loak, pasar obral, toko amal, pusat donasi, toko pakaian bekas, atau bahkan toko daring.

Dilansir Pretty Old Clothing, Senin (20/3/2023), menurut penelitian ThredUp, pasar pakaian bekas akan mencapai 64 miliar dolar Amerika Serikat (as) pada 2024. Saluran belanja daring pun telah berperan besar dalam pertumbuhan ini. Belanja daring untuk pakaian bekas diproyeksikan tumbuh sebesar 69 persen antara 2019 dan 2021.

Sejarah thrifting

photo
Berbagai pakaian thrifting atau pakaian bekas impor di Pusat Thrifting Jogja, Xt Square, Yogyakarta, Kamis (5/1/2023). Berbagai macam produk fashion thrifting dari Korea dan Jepang tersedia di sini. Harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau masyarakat tergantung jenis barangnya. Dua lantai di Xt Square disewa oleh penjual barang thrifting sejak dua tahun terakhir. - (Republika/Wihdan Hidayat)

Sejarawan Jennifer Le Zotte sekaligus penulis From Goodwill to Grunge: A History of Secondhand Styles and Alternative Economies mengatakan, pada akhir abad ke-19 gelombang imigrasi besar mulai terlihat di AS. Revolusi industri kemudian memperkenalkan produksi massal pakaian yang mengubah jalannya permainan.

Semakin terjangkau untuk membeli baju baru, semakin banyak pula orang yang menganggap pakaian sebagai barang sekali pakai. Ketika populasi perkotaan tumbuh, ruang hidup menyusut dan lebih banyak harta benda dibuang. Pegadaian dan barang bekas bermunculan selama periode ini dalam upaya menemukan kegunaan baru dari barang-barang tersebut.

Barang bekas juga terlihat sebagai cara untuk berhemat. Mulailah bermunculan beberapa kelompok yang meminta pakaian bekas. Pada 1897, Salvation Army berkeliling dengan gerobak dorong meminta pakaian bekas dan mereka mendapat makanan dan penginapan sebagai imbalan.

photo
Pedagang pakaian thrifting atau pakaian bekas impor menunggu pembeli di Pusat Thrifting Jogja, Xt Square, Yogyakarta, Kamis (5/1/2023). Berbagai macam produk fashion thrifting dari Korea dan Jepang tersedia di sini. - (Republika/Wihdan Hidayat)

Seorang pendeta Metodis meluncurkan Goodwill, operasi serupa di Boston pada 1902, tercatat mempekerjakan orang miskin dan cacat untuk mengumpulkan barang bekas dan melakukan perbaikan yang diperlukan. Pada gilirannya, penawaran untuk dijual di toko-toko kelompok itu memberi para imigran tempat untuk mencari pakaian dan menjadi orang Amerika.

Pada 1920-an, toko barang bekas sama terorganisirnya dengan department store. Misalnya, Goodwill, memiliki armada truk yang mengumpulkan pakaian dan peralatan rumah tangga dari lebih dari 1.000 rumah tangga. “Setelah dianggap sebagai toko barang bekas, kata hemat mencerminkan daya tarik pemasaran,” kata Le Zotte, dikutip The Times.

Pada 1935, ada hampir 100 toko Goodwill di seluruh negeri. Pasar barang bekas semakin melejit saat memasuki era Depresi Hebat. Hal yang sama terjadi selama Perang Dunia II.

Selama periode kemakmuran pascaperang, bisnis berkembang pesat di toko barang bekas Salvation Army dan Goodwill. Sebab, orang semakin banyak menyumbangkan pakaian mereka sehingga mereka dapat mendekorasi ulang rumah dan menyegarkan lemari pakaian mereka. 

Tips Memilih Barang Thrifting

photo
Berbagai jenis pakaian thrifting atau pakaian bekas impor di Pusat Thrifting Jogja, Xt Square, Yogyakarta, Kamis (5/1/2023). Berbagai macam produk fashion thrifting dari Korea dan Jepang tersedia di sini. Harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau masyarakat tergantung jenis barangnya. - (Republika/Wihdan Hidayat)

Herning Banirestu gemar melakukan thrifting sejak 2000. Herning mengaku sering salah pilih saat thrifting. Lalu bagaimana triknya agar tidak salah pilih barang saat nge-thrift?

Herning menjelaskan, saat salah pilih membeli barang thrifting, ia biasanya tidak ambil pusing. Karena barang yang dibeli barang bermerek, maka barang tersebut masih bisa dijual lagi.

"Misal, kondisinya ada defect yang kita enggak suka, ya pasang aja di marketplace, jadi saya punya akun juga di Carousell dan Shopee buat jual barang yang saya tidak suka atau bosan," kata Herning yang memiliki akun bernama Sayang.

Saat belanja barang thrifting, Herning mengaku sering belanja barang-barang thrifting di Pasar Senen. Namun sejak era digital, lebih mudah didapat melalui aplikasi, seperti Carousell juga Instagram. Selain baju, menurut Herning, di aplikasi ini juga ia kerap membeli tas branded juga dompet. Biar aman transaksi via lokapasar.

"Kalau membeli langsung jujur sudah jarang. Sekarang lebih sering online," ujarnya kepada Republika, Ahad (19/3/2023). Ia pun berbagi tips memilih barang thrifting ala Herning

1. Jika membeli langsung di pasar thrifting, pilih yang bermerek saja.

2. Cek kecacatan pada barang yang hendak dibeli.

3. Sesuaikan ukuran dengan tubuh pemakai.

4. Jika membeli secara daring, transaksi pertama wajib lewat lokapasar. Kalau tidak, bisa kena tipu.

5. Jika membeli daring, jangan lupa minta detail foto dan video produknya, tanya apa defect-nya karena barang second pasti ada jejak pakai.

6. Cari info trusted seller dengan baik, biasanya penyuka barang second saling kenal di dunia maya.

7. Cek review, bagus tidak barangnya.

8. Pilih yang penjual klaim baru dipakai dua sampai tiga kali.

9. Untuk segi kesehatan, sebaiknya beli barang di penjual yang sudah dibersihkan atau di-laundry dan sudah rapi.

10. Jika beli di Pasar Senen, begitu tiba dirumah baiknya langsung rendam barang dengan air panas.

11. Pilih barang thrifting yang bagus kualitasnya. Biasanya barang yang berasal dari Jepang itu lebih baik kualitasnya. "Orang Jepang kan apik-apik sama barang, jadi second mereka seperti baru," ujarnya.

 

 
Jika membeli secara daring, transaksi pertama wajib lewat lokapasar. Kalau tidak, bisa kena tipu.
HERNING BANIRESTU, Penggemar thrifting
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mengapa Istana Melarang Buka Puasa Bersama?

Larangan buka puasa bersama jajaran pemerintahan sebagai bentuk kehati-hatian.

SELENGKAPNYA

Kemenhub Buka Mudik Gratis Sepeda Motor dengan Kapal

Pendaftaran bisa dilakukan secara daring dan luring.

SELENGKAPNYA

Thrifting dan Perang Mengurangi Sampah Fesyen

Harga murah dan menekan jumlah sampah fashion adalah alasan utama orang gemar thrifting.

SELENGKAPNYA