
Internasional
Saat Xi dan Putin Tantang Dominasi Barat
Dunia kembali dibayangi dua kubu besar yang bersaing.
MOSKOW -- Runtuhnya Uni Soviet pada 1991 lalu menandai juga lini masa penting dalam sejarah dunia. Sejak itu, nyaris tak ada lagi persaingan kekuatan-kekuatan besar di Bumi. Dengan bubarnya Uni Soviet, bubar jugalah Blok Timur. Dunia sejak itu seakan didikte Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan sekutu di Eropa Barat.
Hingga kemudian bangkitlah Republik Rakyat Cina (RRC) yang melesat perekonomiannya sejak pergantian milenium. Di bawah kepemimpinan Xi Jinping yang barusan dipilih lagi berkuasa untuk periode ketiga, Cina bertekad lepas dari trauma “Dipermalukan Seratus Tahun”, alias periode saat negara itu diobrak-abrik negara-negara lain termasuk kolonial Barat.
Dalam konteks itulah Presiden Xi Jinping menyampaikan ambisi besarnya saat berkunjung ke Moskow pada Senin (20/3), bahwa Cina akan bekerja dengan Rusia untuk mempromosikan dunia multipolar. Dia melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia yang merupakan perjalanan kesembilannya sejak pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2013.
"Cina akan bekerja dengan Rusia untuk menegakkan multilateralisme sejati, mempromosikan dunia multipolar dan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional, dan membantu menjadikan pemerintahan global lebih adil dan bijaksana," kata pria berusia 69 tahun itu dikutip dari Anadolu Agency.
Xi mendarat di Bandara Vnukovo, Moskow, untuk perjalanan resmi selama tiga hari di Rusia. Kunjungan ini merupakan yang pertama sejak Rusia melancarkan perang di Ukraina tahun lalu dan setelah dia terpilih kembali sebagai pemimpin Cina dalam periode ketiga. Hanya saja, Xi sudah sering berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa kali tahun lalu.
“Pertumbuhan hubungan Cina-Rusia tidak hanya membawa manfaat nyata bagi kedua bangsa, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi perkembangan dan kemajuan dunia,” kata presiden Cina kepada harian milik Partai Komunis Cina Global Times.
Selain hubungan bilateral yang baik, perdagangan antara Cina dan Rusia naik menjadi sekitar 190 miliar dolar AS tahun lalu. “Saya yakin bahwa kunjungan tersebut akan membuahkan hasil yang bermanfaat, dan menyuntikkan dorongan baru ke dalam pertumbuhan yang sehat dan stabil dari koordinasi kemitraan strategis komprehensif Cina-Rusia untuk era baru,” kata Xi.
Xi menyebut Rusia sebagai tetangga yang ramah. Dia menggambarkan kunjungannya ke Moskow sebagai "perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian. "Saya sangat senang sekali lagi menginjakkan kaki di tanah Rusia (untuk) melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia atas undangan Presiden Vladimir Putin," ujarnya.

"Saya berharap dapat bekerja sama dengan Presiden Putin untuk bersama-sama mengadopsi visi baru, cetak biru baru, dan langkah-langkah baru untuk pertumbuhan koordinasi kemitraan strategis komprehensif Cina-Rusia," kata Xi dalam sebuah artikel yang diterbitkan di media Rusia.
Tujuan Xi terkait multipolarisme itu langsung disambut kubu sebelah. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina pada Selasa (21/3). Dia menempatkan diri secara tidak langsung dalam duel diplomasi dengan Xi Jinping.
Kedua kunjungan yang berjarak sekitar 800 kilometer ini menyoroti cara berbagai negara berbaris di belakang Moskow atau Kiev selama perang yang berlangsung hampir 13 bulan. Kishida yang akan memimpin pertemuan G7 pada Mei menjadi anggota terakhir kelompok itu yang mengunjungi Ukraina dan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy.
Beberapa jam sebelum Xi dan Putin makan malam pada jamuan makan malam kenegaraan dalam kemewahan Istana Kremlin yang berkilauan, Kishida meletakkan bunga di sebuah gereja di Bucha untuk para korban kota. “Setelah kunjungan ke Bucha ini, saya merasakan kebencian yang kuat terhadap kekejaman,” kata perdana menteri Jepang itu.

"Saya ingin mewakili orang-orang di Jepang, dan menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai, terluka akibat tindakan kejam ini," ujar Kishida.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Jepang Rahm Emanuel mencatat dua kemitraan Eropa-Pasifik yang sangat berbeda yang dibuka pada Selasa. "Kishida berdiri dengan kebebasan, dan Xi berdiri dengan penjahat perang," ujar Emanuel mengacu pada keputusan Pengadilan Kriminal (ICC) yang mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin.
Baik Cina maupun Jepang telah menikmati keberhasilan diplomatik baru-baru ini yang menguatkan kebijakan luar negeri mereka. Jepang telah memperbaiki hubungan diplomatik dengan Korea Selatan akibat tuntutan pascaperang.
Sedangkan Cina berhasil dalam menengahi kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi untuk memulihkan hubungan setelah bertahun-tahun ketegangan. Langkah tersebut menunjukkan pengaruh Cina di wilayah yang biasa diisi AS yang telah lama menjadi pemain asing utama.
Kesengitan kedua negara juga terlihat dengan kekhawatiran Jepang atas kemungkinan dampak perang di Asia Timur. Militer Cina dinilai semakin tegas dan telah meningkatkan ketegangan di sekitar Taiwan.
Sikap kedua pemimpin negara itu pun berbeda dalam memberikan dukungan dalam konflik di Ukraina. Jepang sebelumnya telah memberikan Ukraina peralatan tidak mematikan dan pasokan kemanusiaan. Tokyo telah menyumbang lebih dari tujuh miliar dolar AS ke Kiev dan menerima lebih dari 2.000 pengungsi Ukraina, meskipun kebijakan imigrasinya ketat.
Tokyo bergabung dengan AS dan negara-negara Eropa dalam memberikan sanksi kepada Rusia atas invasi tersebut. Sebaliknya, Cina menolak mengutuk agresi Rusia dan mengkritik sanksi Barat terhadap, sambil menuduh NATO dan Washington memprovokasi aksi militer Putin.
"Kami berharap Jepang dapat melakukan lebih banyak hal untuk meredakan situasi daripada sebaliknya," ujar Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin menanggapi kunjungan Kishida ke Ukraina.

Beijing mengeklaim merupakan perantara netral di Ukraina. "Kami mematuhi posisi yang berprinsip dan objektif tentang krisis Ukraina berdasarkan tujuan dan prinsip Piagam PBB," ujar Xi mengatakan setelah pembicaraannya dengan Putin.
Xi menyatakan, Cina berencana untuk berusaha secara aktif mendorong perdamaian dan dimulainya kembali pembicaraan. Dalam pernyataan bersama Putin, kedua negara menekankan perlunya menghormati masalah keamanan yang sah dari semua negara untuk menyelesaikan konflik.
Kedua pemimpin negara itu menggemakan argumen Moskow bahwa mereka mengirim pasukan untuk mencegah AS dan sekutu dalam aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengubah negara menjadi anti-benteng Rusia. “Rusia menyambut kesiapan Cina untuk memainkan peran positif dalam penyelesaian politik dan diplomatik krisis Ukraina," ujar pernyataan bersama itu.
"Para pihak menggarisbawahi bahwa dialog yang bertanggung jawab menawarkan jalan terbaik untuk penyelesaian yang langgeng ... dan masyarakat internasional harus mendukung upaya konstruktif dalam hal ini," ujarnya.
Saat dunia terbelah selepas Perang Dunia II, dunia tak melulu damai. Perang Dingin terjadi kemudian, dan Uni Soviet serta AS menjalankan perang proksi di berbagai negara. Perlombaan senjata nuklir antara AS dan Soviet mengancam kelangsungan umat manusia.
Meski saat AS dan sekutu sendirian berkuasa juga bukan artinya Bumi tanpa perang. Invasi Irak pada 2003 yang hasilnya demikian memilukan adalah gambaran betapa bahayanya saat ada satu-dua negara bisa bertindak leluasa tanpa bisa dicegah negara-negara lain.
Ramadhan dan Hilal
Mengapa Rasulullah SAW mengajarkan agar melihat hilal dalam memulai puasa Ramadhan?
SELENGKAPNYASolusi Islam untuk Gangguan Mental
Melalui karyanya ini, al-Balkhi membahas solusi untuk gangguan mental.
SELENGKAPNYAMencari Istana Khalifah Umar
Suatu ketika, seorang utusan Romawi datang ke Madinah guna mencari Umar.
SELENGKAPNYA