
Dunia Islam
Tamsil, Metode Pendidikan Rasulullah
Salah satu metode pendidikan ala Rasulullah SAW ialah permisalan.
Nabi Muhammad SAW tidak hanya hadir sebagai figur pemimpin spiritual, tetapi juga seorang teladan pedagogis. Beliau adalah guru yang ideal. Pola-pola pendidikan yang dilakukannya dapat diteladan seluruh kalangan.
Seperti dinukil dari buku Ushulut Tarbiyah an-Nabawiyah karya Prof M Alawi al-Maliki, ada pelbagai cara Rasulullah SAW dalam mengajar. Salah satu metode yang dipilihnya adalah tamsil. Dengan itu, beliau menggunakan banyak permisalan untuk menyampaikan ilmu atau pemahaman.
Rasulullah menggunakan banyak permisalan untuk menyampaikan ilmu atau pemahaman.
Sebagai contoh, suatu ketika Nabi SAW mengajarkan tentang sifat-sifat orang kikir dan dermawan.
Beliau bersabda, “Perumpamaan orang bakhil dan orang murah hati bagaikan dua orang yang memakai baju besi yang menutupi leher hingga dadanya. Adapun orang yang dermawan tidak mendermakan harta miliknya, kecuali baju besinya itu makin membesar hingga menutupi sekujur tubuhnya. Sampai jari-jari tangan dan jejak langkah kakinya pun tidak terlihat lagi.
Sementara orang yang kikir, (saat) makin enggan berderma, baju besinya makin lekat menyempit hingga mencekik lehernya. Ia ingin baju besinya melebar, tetapi baju besi itu justru menyempit dan mencekik.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan komparasi dan sekaligus pengandaian itu, Rasul SAW memberikan pemahaman yang efektif kepada Muslimin mengenai perbedaan antara orang pelit dan gemar memberi.
Maknanya, banyak-banyak bersedekah justru memberikan manfaat bagi pelakunya, yakni melindungi dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang enggan menyisihkan hartanya untuk mereka yang membutuhkan justru dilanda kesempitan dan kesulitan.
Di tempat lain, Rasul SAW pun menyampaikan tamsil perihal orang yang menerima ilmu dan hidayah.
Beliau bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan risalah berupa ilmu dan hidayah yang Allah SWT mengutusku untuk mengembannya itu bagaikan hujan yang jatuh di bumi (tanah). Adakalanya, tanah itu subur dan bisa menerima air. Bisa tumbuh dari tanah itu rumput dan tanaman yang banyak. Adakalanya berupa tanah kering yang hanya dapat menahan air.
Air yang tertahan itu kemudian diberikan manfaat oleh Allah menjadi mata air. Dari sumber air itu, mereka minum, mengairi, dan menanam. Dan, adakalanya hujan menimpa tanah gersang padang pasir yang tidak bisa menahan air, tidak bisa pula menumbuhkan rerumputan.
Itu adalah perumpamaan orang yang paham akan agama Allah dan mengambil manfaat dari sesuatu yang Allah mengutus aku untuk mengembannya. Ia lalu berilmu dan mengamalkan. Juga perumpamaan orang yang enggan menyambut risalah sama sekali, ia tidak menerima hidayah Allah yang aku emban.” (Muttafaq ’Alaih).
Dengan sabdanya itu, Nabi SAW menyatakan bahwa sunah beliau diibaratkan dengan hujan nan lebat. Sementara itu, hati nurani manusia dimisalkan dengan tanah. Dan, ada berbagai macam jenis tanah di bumi ini. Masing-masing pun berlainan karakteristiknya kala menerima curahan air dari langit.
Begitu pula dengan umat manusia. Macam-macam perangai mereka kala mendengar dan melihat sunah Nabi SAW. Betapa anekanya mereka hingga tiba hari kiamat.
Tentu saja, yang terbaik ialah jenis tanah yang bukan hanya mampu menerima hujan, tetapi juga menumbuhkan pelbagai tanaman dengan subur berkat kandungan air yang ditahannya. Ini seumpama dengan orang-orang yang mau menerima dakwah Islam. Penerimaan itu tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga orang-orang di sekitarnya atau bahkan generasi sesudahnya. Yang termasuk golongan ini adalah kaum ulama.
Adapun tanah yang tidak bisa menampung air, sehingga kehilangan nutrisi untuk bisa menumbuhkan apa pun, itulah perumpamaan orang-orang yang enggan menerima dakwah kebenaran. Mereka yang masuk golongan ini tidak mengambil manfaat dari sunnah Nabi SAW dan kelak akan merugi.
Contoh lainnya yang sangat mendalam ialah ketika Rasul SAW mengumpamakan kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Contoh lainnya yang sangat mendalam ialah ketika Rasul SAW mengumpamakan kehidupan duniawi dan ukhrawi. Dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa beliau menyuruh seorang sahabatnya untuk membayangkan mencelupkan jarinya ke lautan. Saat jari itu diangkat, masih ada sisa tetesan air di ujungnya.
Maka, terang Nabi SAW, itulah dunia dan seisinya. Adapun air lautan dan seluruh air di bumi ini itulah gambaran tentang bobot akhirat.
Dengan tamsil tersebut, tulis Prof Alawi al-Maliki, Rasulullah SAW tidak sedang menganjurkan agar Muslimin mengabaikan dunia sama sekali, seperti halnya kaum petapa. Beliau mengajarkan agar mereka tidak mengorbankan akhirat untuk dunia.
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (QS al-Qasas: 77).
Inilah 12 Kaum yang Diazab Allah
Alquran mengisahkan 12 kaum yang diazab Allah lantaran dosa-dosa mereka.
SELENGKAPNYADua Janji Rasulullah untuk Suraqah
Inilah dua janji Rasulullah SAW untuk Suraqah bin Malik yang kemudian jadi nyata.
SELENGKAPNYARiwayat Isaiah, Nabi yang Digergaji Yahudi
Inilah kisah seorang nabi yang dibunuh Yahudi dengan cara digergaji.
SELENGKAPNYA