
Kisah Dalam Negeri
Trauma Warga Natuna Akibat Tanah Longsor
Pengungsi bencana tanah longsor di Natuna terserang penyakit.
Sudah hampir sepekan ini, M Sarif (71 tahun) lebih banyak menghabiskan waktu di permukaan laut.Bencana tanah longsor di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang dimulai pada Senin (6/3) lalu masih memicu ketakutan bagi dia dan keluarga.
"Lebih nyaman tinggal di sini, tenang, sekalian jaga Pompong juga," kata M Sarif, pengungsi asal Kampung Air Sekain, Kelurahan Serasan di Pelabuhan Pasar Ikan Pelimpak, Serasan, akhir pekan lalu.
Ia bersama keluarga yang lain telah tinggal di Pompong sejak hari pertama terjadinya bencana tanah longsor di Desa Pangkalan. "Kami tiga buah Pompong di sini, ada lima keluarga, tapi kemarin anak anak dan perempuan ikut ke tempat pengungsian," kata Sarif.

Ia mengatakan, saat ini keluarganya sudah mulai berani kembali ke rumah untuk mandi, menyuci pakai pada siang hari, setelah itu kembali ke Pompong untuk istirahat dan tidur pada malam hari.
"Sebagian ada juga yang telah pindah ke kampung lain atau pulau pulau lain, seperti ke Jermalik, Pulau Batu Berian, dan bahkan sudah ada yang mengungsi ke Kalimantan. Numpang keluarga yang di sana," kata Sarif.
Selain lima keluarga di Pelabuhan Pasar Ikan Pelimpak tersebut, juga terdapat tiga Pompong lainnya terdiri dari empat keluarga lainnya juga terdiri dari perempuan dan anak anak.

Sejauh ini, korban meninggal dunia bencana tanah longsor di Serasan, totalnya 46 orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hampir sepekan proses evakuasi dan perbantuan jumlah pengungsian para terdampak bencana, pun bertambah.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, sampai Ahad (12/3) tercatat angka pengungsi mencapai 2.240 jiwa.
“Jumlah korban jiwa sampai saat ini yang berhasil ditemukan berjumlah 46 korban. Terdiri dari 24 korban meninggal dunia laki-laki, dan 22 perempuan. Adapun jumlah pengungsi bertambah menjadi 2.240 jiwa,” begitu terang Abdul dalam siaran pers BNPB yang diterima wartawan di Jakarta, Senin (13/3).
“Korban meninggal dunia yang terakhir ditemukan ada 10 orang, di Kampung Genting, dan di Desa Pangkalan,” kata Abdul menerangkan.
Kata dia, proses evakuasi masih mencatat adanya 9 warga yang dinyatakan hilang dan belum ditemukan.

Adapun untuk para pengungsi, tim evakuasi dan perbantuan melokalisir ke enam titik. Di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) jumla pengungsi tercatat 436 orang. Di Desa Payak jumlah pengungsi sebanyak 605 orang. Di Desa Batu Berlian, pengungsian tercatat 136 jiwa. Di Gedung SMA-1 Serasan tercatat 238 jiwa. Di Pelimpak ada 432 pengungsian. Dan di Airnusa ada sekitar 393 orang.
Abdul menambahkan, sampai Senin (13/3) proses evakuasi korban dan pencarian yang hilang akibat bencana tanah longsor masih terus dilakukan. Tim evakuasi gabungan terdiri dari Polri, maupun Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta Badan SAR Nasional, juga dibantu para relawan, dan masyarakat.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga turut membantu dengan menyediakan akses peralatan berat untuk pencarian korban yang tertimbun tanah longsor. “Ada tujuh unit alat berat yang digunakan untuk proses pencarian korban, termasuk dengan mengandalkan sejumlah personel,” begitu terang Abdul.

BNPB menjanjikan proses evakuasi akan difokuskan pada sejumlah warga yang masih dinyatakan hilang. Serta pemberian bantuan berupa tempat tinggal sementara di sejumlah pos pengungsian, dan penyedian kebutuhan sehari-hari untuk para pengungsi.
“BNPB terpaksa mengevakuasi warga untuk meninggalkan rumah warga sementara untuk mencegah terjadinya bencana tanah longsor susulan,” begitu kata Abdul.
Tanah longsor di Serasan, Natuna, terjadi pada awal pekan lalu. Intensitas hujan yang tinggi, menyebabkan tanah dari dataran tinggi runtuh ke pemukiman warga yang berada di kaki-kaki bukit. Tanah longsor menimbun sejumlah desa yang berdampak pada banyaknya korban jiwa.
Proses evakuasi, dan penanganan bencana tanah longsor di Natuna itu terbilang lambat. Karena personel bantuan dan tim evakuasi terkendala menjangkau titik lokasi akibat jarak yang mencapai tujuh jam tempuh via jalur laut.

Tim Satgas Medis Lanud Raden Sadjad (RSA) telah melakukan pengobatan ke rumah warga yang menjadi tempat pengungsian bencana longsor di Serasan. "Tim Satgas Medis Lanud Raden Sadjad bergerak cepat menjemput bola dengan cara mendatangi rumah warga yang dijadikan tempat pengungsi untuk diberikan pertolongan pengobatan," kata Satgas medis RSAU Lanud RSA, Letda Kes dr Ghani Abdurrahman di Serasan, Ahad.
Ia mengatakan aksi tersebut merupakan upaya pencegahan penyakit para pengungsi agar tidak bertambah parah dan memutus penularan penyakit bagi warga pengungsi yang terdampak bencana. "Banyak pengungsi mengalami keluhan kepada tim satgas gabungan seperti demam, diare, batuk dan pilek, sampai dengan sesak," ujarnya.
Ia berharap semoga kehadiran tim satgas medis di lokasi bencana selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk membantu saudara-saudara yang terkena musibah bencana alam di Serasan.

"Bersama tim satgas gabungan TNI-Polri, Basarnas dan Dinkes Natuna kami terus memberikan bantu semaksimal mungkin kepada para korban pengungsi bencana," ucapnya.
Panitia pemilu
Sementara, sekretaris Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Pangkalan Susan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia tertimbun tanah longsor di Serasan. Anggota KPU Kepri Arison mengatakan penemuan jasad Susan itu sekaligus menambah jumlah penyelenggara pemilu ad hoc di Desa Pangkalan yang menjadi korban dalam bencana tanah longsor.
Beberapa hari lalu, kata dia petugas gabungan penanggulangan bencana di Pulau Serasan juga menemukan jasad anggota petugas pemutakhiran data pemilih (pantarlih) Delta Yuharni di antara tumpukan tanah longsor.
Sementara satu anggota PPS Desa Pangkalan lainnya, yang dilaporkan hilang oleh pihak keluarga setelah peristiwa tragis itu sampai sekarang belum ditemukan. "Kami berharap dan mendoakan agar anggota PPS itu dalam kondisi selamat," kata Arison, Ahad.

Arison menuturkan KPU Natuna mengupayakan agar para korban mendapatkan santunan dari KPU RI. KPU Natuna masih melakukan pengkajian terhadap ketentuan soal pemberian santunan tersebut. Santunan dapat diberikan kepada penyelenggara pemilu yang meninggal dunia saat sedang melaksanakan pekerjaan atau dalam masa tugas.
Menurut dia, Susan dan Delta meninggal dunia saat masih dalam masa tugas sehingga memenuhi prosedur administratif untuk mendapatkan santunan tersebut. Masa tugas PPS berakhir setelah selesai pemilu, sedangkan pantarlih pada 15 Maret 2023.
Gerakan Wakaf Selamatkan Lahan Kritis di Hulu Citarum
Penghijauan lahan kritis masih parsial
SELENGKAPNYAMengganti Shalat karena Haid dan Nifas
Gugurnya kewajiban shalat hanya jika wanita haid berada penuh dalam waktu shalat.
SELENGKAPNYA