Warga menjalani tradisi nyadran di Dusun Warangan, Pakis, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (19/3). Tradisi nyadran dilakukan oleh warga di lereng Gunung Merbabu sebulan sebelum Ramadhan. Saat nyadran warga membersihkan makam, berdoa, dan makan bersama di loka | Wihdan Hidayat / Republika

Khazanah

Tradisi Malam Nisfu Sya'ban Boleh Asal tak Langgar Syariat

Di Indonesia, banyak tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat ketika memperingati malam Nisfu Sya'ban.

Oleh Mabruroh, Muhyiddin

Malam Nisfu Sya'ban berarti malam pertengahan pada bulan Sya'ban dalam kalender Islam. Malam pertengahan ini terjadi pada 15 Sya'ban atau bertepatan dengan Rabu 8 Maret 2023.

Dalam kalender Islam, hari dimulai sejak terbenamnya matahari (waktu Maghrib). Artinya, peringatan malam Nisfu Sya'ban ini akan diperingati mulai Selasa (7/3/2023) malam dalam kalender Romawi.

Malam Nisfu Sya'ban merupakan salah satu malam yang juga istimewa selain malam Lailatul Qadar. Pada malam Nisfu Sya'ban, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Di Indonesia, banyak tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat ketika memperingati malam Nisfu Sya'ban. Pada malam yang diberkahi itu, warga berzikir, membaca Alquran, shalat Hajat, shalat Tahajud, shalat Witir, shalat Taubat, tahlil, makan bersama, hingga nyekar ke makam orang tua atau leluhur.

Sebagai contoh, warga Desa Triharjo, Kecamatan Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan, yang memperingati ruwahan dengan melakukan ziarah kubur ke makam leluhur (nyadran). Umumnya, mereka akan membaca doa dan ayat-ayat yang ada di Alquran.

Tahap pertama pelaksanaan tradisi nyadran dimulai dengan membaca ayat suci Alquran kemudian dilanjutkan dengan sambutan sesepuh desa dan kepala desa. Acara ini, yaitu tahlilan yang di tengah lingkaran terdapat kenduri dan sesajinya. Tahap terakhir tabur bunga dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan makan bersama.

photo
Umat islam melaksanakan shalat sunat tasbih malam nisfu Syaban 15 Syaban 1443 Hijriah di Masjid Jami Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (17/3/2022). Malam nisfu Syaban disebut juga malam pengampunan dosa sehingga banyak umat islam untuk beribadah, Shalat sunat nisfu Syaban bisa dilakukan dipertengahan bulan syaban atau di malam tanggal 15 pada bulan Syaban. - (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Tradisi lainnya dilaksanakan di Pulau Jawa. Masyarakat Muslim di Pura Mangkunegaran Surakarta secara turun-temurun selalu mengadakan upacara tradisi ruwahan. Umat Islam secara bersama-sama membaca zikir dan tahlil dipimpin oleh imam masjid dan dilengkapi beberapa hidangan berupa makanan, sayuran, buah-buahan, dan bunga tabur.

Zikir dan tahlil merupakan doa dan pujian kepada Tuhan untuk memohonkan ampun dan meminta syafaat untuk arwah para leluhur Pura Mangkunegaran yang telah wafat. Mereka memohon syafaat dan hidayah dari Allah SWT agar keluarga yang ditinggalkan menjadi kuat dan tabah dalam meneruskan perjuangan para leluhur yang telah meninggalkannya.

Rangkaian acara selanjutnya adalah melakukan ziarah ke makam-makam leluhur Pura Mangkunegaran, antara lain, Astana Girilayu, Astana Mangadeg, Astana Kotagede Yogyakarta, dan Astana Para Punggawa Baku di Wonogiri.

Di Jakarta, masyarakat Betawi memiliki tradisi ruwah pada malam Nisfu Sya'ban. Mereka biasanya akan mengajak sanak saudara, tetangga, dan ustaz berkumpul di salah satu rumah. Kemudian, mereka mendoakan sanak saudara dan kerabat yang telah meninggal dunia agar diampuni segala dosanya semasa hidup dan dimasukkan surga.

Di daerah Lombok, masyarakat setempat meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan membawa botol yang diisi dengan air sumur. Mereka berharap bisa mendapatkan pencerahan dari Allah SWT.

Warga Lombok biasanya mengambil air dari sumur pada saat azan Maghrib. Selanjutnya, warga akan menunaikan shalat Maghrib berjamaah dan dilanjutkan dengan membaca surah Yasin sebanyak tiga kali.

Masyarakat di pulau terpencil pun juga memiliki tradisi yang unik. Selain membaca surah Yasin sebanyak tiga kali di masjid, pada malam Nisfu Sya'ban masyarakat Bawean biasanya juga akan berbagi makanan kepada jamaah di masjid.

Bahkan, masyarakat di Pulau Bawean ada juga yang mengekspresikan dengan cara membuat berkat (bingkisan) yang berukuran besar seperti dalam tradisi Maulid Nabi di Pulau Bawean. Berkat tersebut kemudian diangkat ke masjid.

Pengasuh Pondok Pesantren Sirojul Baroya Bawean, Ustaz Aba Abror Al Muqoddam atau Gus Abror, menjelaskan, acara makan bersama pada malam Nisfu Sya'ban tersebut masih sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk ith’amuth tha'am, yaitu memberikan makan kepada sesama.

"Nah, memberi makan itu tidak hanya terbatas pada orang yang tidak mampu. Kalau terbatas pada orang yang tidak mampu nanti itu pembahasannya sedekah dan sebagainya. Tapi, kalau ith'amuth tha'am itu bisa untuk orang kaya, orang miskin, atau siapa pun itu," kata Gus Abror.

photo
Umat muslim membaca surah Yasin di malam nisfu Syaban 15 Syaban 1443 Hijriah di Masjid Al-Barkah, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (17/3/2022). - (ANTARA FOTO/Suwandy)

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin atau Gus Aab mengatakan, semua tradisi yang dilakukan pada malam Nisfu Sya'ban itu diperbolehkan, asalkan tidak melanggar syariat Islam.

“Itu kan tradisi, selama itu dilakukan tidak melanggar syariat kenapa tidak. Apalagi ketika berkumpul kemudian baca Yasin bersama, berdoa bersama di situ juga akan ada silaturrahim, ada sedekah,” ujar Gus Aab saat dihubungi Republika, Senin (6/3/2023).

 
Itu kan tradisi, selama itu dilakukan tidak melanggar syariat kenapa tidak.
KH ABDULLAH SYAMSUL Ketua LD PBNU
 

Menurut Gus Aab, selama tradisi pada malam Nisfu Sya'ban itu tidak dilakukan dengan hal mungkarat, sah-sah saja dilakukan. Menurut dia, tradisi itu asalnya mubah.

“Jadi, isi dari tradisi itu kan tergantung dari apa isinya. Kalau isinya itu adalah sesuatu kebajikan maka akan bernilai pahala,” katanya.

Jadi, dia menambahkan, bukan tradisinya yang perlu dilihat, melainkan apa isi yang terdapat dalam tradisi tersebut. “Jadi, kalau diisi dengan kemungkaran, nanti akan menjadi kemaksiatan. Jadi, itu bukan karena wadahnya, melainkan karena isinya. Sebab tradisi itu netral,” kata Gus Aab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Ramadhan Sebentar Lagi, Harga Beras Masih Mahal

Pasokan beras diharapkan normal saat Ramadhan.

SELENGKAPNYA

Masjid Istiqlal Osaka, Mimpi Diaspora yang Jadi Nyata

Masjid Islam Osaka dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dan sosial-budaya.

SELENGKAPNYA

Mental Juara MU Timbul Tenggelam

Kekalahan atas Liverpool menjadi salah satu kekalahan terbesar MU.

SELENGKAPNYA