
Liputan Khusus
Sanksi Perang dan Eksodus dari Rusia
Lebih dari 1.000 perusahaan global melakukan eksodus dari Rusia.
Oleh DWINA AGUSTIN, RIZKY JARAMAYA
Menjelang setahun serangan Rusia ke Ukraina, sanksi-sanksi ekonomi datang bertubi-tubi. Sanksi-sanksi terbaru itu menambah panjang daftar yang telah diterapkan sebelumnya.
Terkini, Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia. Bloomberg melaporkan, sanksi baru ini menargetkan industri-industri utama Rusia. "Sanksi baru akan menargetkan sektor pertahanan dan energi Rusia, lembaga keuangan, dan beberapa individu," tulis laporan itu, Senin (20/2).
AS dan sekutunya juga mempertimbangkan untuk mencegah penghindaran dan pengelakan sanksi untuk mengganggu dukungan yang diterima Rusia dari negara ketiga. Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menolak berkomentar mengenai rencana sanksi itu ketika dihubungi oleh Reuters.
Awal bulan ini, Amerika Serikat mengeluarkan sanksi baru terhadap Rusia atas aktivitas dunia maya yang menargetkan tujuh orang, termasuk enam orang Rusia dan satu orang Ukraina. Setelah itu Rusia memberi sanksi kepada 77 warga AS sebagai tindakan pembalasan.

Pekan lalu, Uni Eropa menggelar pertemuan untuk membahas serangkaian sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi baru ini dapat menelan kerugian 11 miliar euro dalam perdagangan Rusia.
Uni Eropa akan menyepakati sanksi ke-10 untuk menandai peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Tetapi, paket sanksi itu harus memenangkan dukungan bulat dari semua negara anggota Uni Eropa.
"Kami melemahkan kemampuan Rusia untuk mempertahankan mesin perangnya. Kami telah mengadopsi sembilan paket sanksi, ekonomi Rusia menyusut. Kita perlu terus menekan," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada Parlemen Eropa.
Von der Leyen mengatakan, paket sanksi ke-10 akan menimbulkan kerugian besar bagi Rusia. Dalam paket sanksi itu, Uni Eropa menargetkan pembatasan pada beberapa penggunaan ganda dan komponen elektronik yang digunakan dalam sistem bersenjata Rusia, seperti drone, rudal, dan helikopter. Paket sanksi terbaru ini dapat menargetkan Iran karena membantu perang Rusia.

“Ada juga ratusan drone yang diproduksi di Iran, digunakan oleh Rusia, di medan perang di Ukraina. Drone Iran ini membunuh warga sipil Ukraina. Jadi, untuk pertama kalinya kami juga menyarankan sanksi yang menargetkan operator ekonomi Iran, termasuk yang terkait dengan Garda Revolusi Iran," ujar von der Leyen.
Komisi Eropa telah mengusulkan agar negara-negara Uni Eropa memutus empat lagi bank Rusia dari sistem SWIFT, termasuk bank swasta Alfa-Bank, bank online Tinkoff, dan pemberi pinjaman komersial Rosbank. Selain itu, karet dan aspal akan ditambahkan ke daftar larangan impor Uni Eropa dari Rusia. Uni Eropa juga akan melarang layanan siaran televisi bahasa Arab Russia Today dari wilayahnya.
Larangan lebih lanjut atas ekspor Uni Eropa ke Rusia dimaksudkan untuk menahan kemampuan Moskow memproduksi senjata dan peralatan yang dikerahkan melawan Ukraina. Seorang sumber yang mengetahui tentang paket sanksi tersebut mengatakan, sanksi dalam paket ke-10 mencakup larangan ekspor sirkuit dan komponen elektronik, kamera termal, radio dan kendaraan berat, serta baja dan aluminium yang digunakan dalam konstruksi dan mesin yang melayani keperluan industri dan konstruksi Rusia.
Komisi Eropa juga mengusulkan pembatasan lebih lanjut pada usaha patungan Eropa dengan Rusia, termasuk warga negara Rusia yang duduk di dewan di Eropa. Uni Eropa bertujuan untuk memperluas tindakannya terhadap Rusia dan menutup celah dalam sanksi yang ada, termasuk kontrol lebih ketat pada penjualan data satelit ke Cina. Penjualan ini berisiko diteruskan ke Rusia.

Dampak sanksi
Warga Rusia tidak mengetahui banyak informasi tentang kondisi di negara tetangga Ukraina yang sedang diserang. Mereka hanya sadar beberapa perusahan Barat tidak lagi beroperasi atau memutuskan berganti nama.
Menurut laporan Investment Monitor yang mengutip makalah terbaru dari Yale School of Management, lebih dari 1.000 perusahaan global melakukan eksodus yang belum pernah terjadi sebelumnya di Rusia.
“Keluar sektor swasta ini berfungsi untuk memperkuat sanksi hukum pemerintah sebagaimana berfungsi dalam boikot ekonomi lintas sektor yang berhasil sebelumnya," ujar Profesor Jeffrey A Sonnenfeld dari Yale School of Management.
Namun, Sonnenfeld menyatakan, walau banyak perusahan yang telah keluar, masih ada perusahaan multinasional Barat yang terus melakukan bisnis seperti biasa di Rusia. Dia tidak menjelaskan perusahan-perusahan yang tetap memilih untuk bertahan tersebut.
Hanya saja, perusahan besar pertama yang meninggalkan Rusia tidak lama setelah invasi pada 24 Februari 2022 adalah McDonald's. Perusahan makanan cepat saji ini memilih berganti nama dengan "Vkusno & tochka" atau "Tasty & that's it" yang menjadi kepemilikan Rusia pada Juni tahun lalu.

McDonald's menjual semua restorannya setelah beroperasi di Rusia selama lebih dari 30 tahun. Dengan slogan baru "The name changes, love stays" menunjukkan menu-menu restoran ini sama, hanya penampilan luar yang berbeda.
Selain McDonald's, gerai kopi Starbuck pun melakukan langkah yang sama. Perusahan ini berubah menggunakan nama Stars Coffee untuk berjualan di Rusia pada Agustus tahun lalu.
Starbucks menyatakan, perusahaan telah membuat keputusan untuk keluar dan tidak lagi memiliki merek di pasar Rusia. Meski Stars Coffee memiliki logo dan menu yang memang sangat mirip.
Perusahan kedai kopi yang sudah bertahan hampir 15 tahun di Rusia ini sebelumnya memiliki 130 toko dengan hampir 2.000 karyawan di negara tersebut. “Hampir tidak ada perusahaan, tidak ada multinasional, yang ingin terjebak di sisi yang salah dari sanksi AS dan Barat," ujar ekonom dan peneliti senior di Peterson Institute for International Economics Mary Lovely.

Selain industri makanan dan minuman, perusahaan minyak dan gas yang sudah merasakan panasnya aktivis iklim untuk berinvestasi dalam energi terbarukan juga termasuk di antara perusahaan yang mengumumkan keluar paling cepat dan dramatis. Pada Maret tahun lalu, perusahaan energi BP melepaskan 14 miliar dolar AS sahamnya di perusahaan minyak dan gas milik negara Rusia Rosneft.
Shell juga meninggalkan usaha patungannya dengan Gazprom milik pemerintah Rusia dan keterlibatannya dalam pipa Nord Stream 2. ExxonMobil menarik diri dari proyek minyak dan gas utama dan menghentikan investasi baru di Rusia.
Perusahaan di industri lain, termasuk pembuat mobil menjauh dari pasar Rusia karena khawatir dengan Ukraina atau untuk mematuhi sanksi Barat. Toyota menghentikan produksi di pabriknya di St. Petersburg yang membuat model RAV4 dan Camry pada Maret. Mercedes-Benz juga menangguhkan ekspor kendaraan ke Rusia dan manufaktur.
Grup Volkswagen yang juga memiliki Porsche dan Audi melakukan hal yang sama. Volvo Cars mengatakan, menghentikan pengiriman karena potensi risiko sanksi Barat.

Sementara, Ford memilih menangguhkan operasi di Rusia. Perusahan Amerika Serikat (AS) Harley-Davidson menghentikan pengiriman sepeda motor ke Rusia, padahal Presiden Rusia Vladimir Putin terkenal mengendarai Harley beroda tiga saat berkunjung ke Ukraina pada 2010.
Industri pesawat pun melakukan hal sama. Pembuat pesawat Boeing dan Airbus berhenti memasok suku cadang dan dukungan layanan untuk maskapai Rusia.
Bahkan, perusahan teknologi pun memilih untuk menjauh dari Rusia. Apple berhenti menjual iPhone dan perangkat lain di Rusia, sementara pembuat komputer Dell Technologies menangguhkan penjualan di Ukraina dan Rusia.
Bahkan perusahan teknologi pun memilih untuk menjauh dari Rusia.
Google dan TikTok memblokir saluran media pemerintah Rusia dari platformnya setelah ada permintaan dari Uni Eropa. Apple memblokir unduhan RT News dan Sputnik News dari App Store di luar Rusia.
Industri hiburan ikut ambil bagian. Netflix menghentikan sementara semua proyek dan akuisisi di masa depan dari Rusia. Layanan streaming dilaporkan memiliki empat proyek Rusia yang sedang dalam proses.
Bahkan studio Hollywood menunda perilisan film baru di negara yang sebenarnya bukan merupakan pasar film terkemuka tetapi biasanya berada di peringkat selusin negara teratas untuk pendapatan box office. Warner Bros, Walt Disney Co, dan Sony Pictures mengutip kondisi pada krisis kemanusiaan.
Menengok Kesultanan Deli yang ‘Ditinggalkan’
Banyak anggota keluarga kesultanan kini kesulitan dalam ekonomi.
SELENGKAPNYAKembalinya Keriangan di Gunung Salju
Pariwisata di Jepang menggeliat kembali pascapandemi.
SELENGKAPNYAKTT Afrika: Israel Negara Apartheid
Kongres Nasional Afrika menegaskan hanya solusi dua negara yang dapat mengakhiri konflik Israel-Palestina.
SELENGKAPNYA