Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (6/1/2023). Korps Lalu Lintas Polri mencatat angka kendaraan bermotor yang teregistrasi per 3 Januari 2023 mencapai 152.565.905 unit dan meningkat cukup signifikan dibandingk | Republika/Putra M. Akbar

Sains

Tingkat Kebisingan dan Melesatnya Tingkat Stres

Dampak negatif polusi suara dari pesawat dapat mencakup penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan peningkatan hormon stres.

Dalam satu hari, kita bisa mendengar pengemudi membunyikan klakson. Kemudian, ada pula pekerja yang mengebor permukaan jalan dan suara bising lainnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan, kebisingan di atas 65 desibel (dB) sebagai polusi suara. Dilansir dari Iberdrola, Kamis (9/2/2023), kebisingan menjadi berbahaya bila melebihi angka 75 desibel (dB) dan menyakitkan di atas 120 dB.

Sebagai konsekuensinya, tingkat kebisingan direkomendasikan untuk dijaga di bawah 65 dB pada siang hari. Selanjutnya, tidur yang nyenyak tidak mungkin dapat dilakukan dengan tingkat kebisingan yang melebihi 30 dB pada malam hari.

photo
Petugas mengisi avtur ke pesawat di Bandara BIJB Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019). Pertamina MOR III terus mendukung kebutuhan avtur di Bandara BIJB dengan menyiapkan fasilitas pendukung untuk memenuhi kebutuhan maskapai. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/aww. - (ANTARA FOTO)

Ada banyak penyebab polusi suara. Mulai dari pesawat terbang, lalu lintas, kebisingan tempat kerja, hingga suara rumah.

Dilansir dari Very Well Mind, dampak negatif polusi suara dari pesawat dapat mencakup penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan peningkatan hormon stres, serta gangguan tidur. Berikutnya, kebisingan lalu lintas adalah salah satu sumber polusi suara yang paling sering dialami.

Berbagai penelitian pun telah mengaitkannya dengan gejala depresi, bersama dengan kematian terkait kardiovaskular serta pernapasan. Kebisingan kantor juga bisa menjadi penyebab polusi suara, misalnya rekan kerja yang berbicara, mengetuk-ngetukkan jari di atas meja, atau mengeluarkan suara-suara mengganggu lainnya, yang dapat menurunkan produktivitas orang-orang di sekitar mereka tanpa disadari.

Selain itu, banyak orang tidak menganggap rumahnya berisik, tetapi jika ada banyak aktivitas di rumah, termasuk televisi yang terus menyala, tingkat kebisingan keseluruhan ini sebenarnya dapat mengancam konsentrasi dan menjadi penyebab stres. Anak-anak dari rumah yang lebih bising, menderita efek buruk, di antaranya meliputi pertumbuhan kognitif yang kurang, keterampilan bahasa yang tertunda, peningkatan kecemasan, serta gangguan ketahanan.

Cara Kebisingan Membuat Kita Stres

Dalam sebuah artikel di Noise and Health berjudul “Is There Evidence That Environmental Noise Is Immunotoxic?”, penulisnya, Deepak Prasher, mengungkapkan kebisingan adalah pemicu stres.

“Respons fisiologi terhadap kebisingan sebagai pemicu stres tidak berbeda dengan pemicu stres fisik nonspesifik lainnya,” kata Prasher pada 2015, dilansir dari Hearing Health Foundation.

Kebisingan, menurut dia, memicu respons stres di wilayah batang otak, amigdala. Amigdala kita pun ternyata selalu belajar, dari waktu ke waktu.

Salah satunya, tentang suara apa yang mungkin menandakan bahaya yang akan datang. Ketika terdeteksi, amigdala memicu pelepasan kortisol (hormon stres) dan reaksi kaget yang tidak disengaja. 

Ahli syaraf Seth Horowitz, dalam bukunya yang berjudul The Universal Sense: How Hearing Shapes the Mind, menjelaskan, sirkuit kejut pendengaran adalah adaptasi evolusioner yang sangat sukses terhadap peristiwa yang tidak terlihat. Itu memungkinkan kita mendapatkan arah dan keluar dari sana, atau setidaknya memperluas perhatian kita untuk mencari tahu apa kebisingan itu.

Kortisol juga memengaruhi kita dalam banyak hal. Menurut Prasher, dalam reaksi stres akut terhadap ancaman langsung, sekresi hormon stres menghasilkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah, dan pelepasan energi yang cepat dalam aliran darah. Selain itu, akan terjadi pula, penurunan metabolisme dengan penurunan aktivitas saliva dan gastrointestinal, pengurangan dalam hormon seks, dan aktivasi beberapa fungsi kekebalan.

Seiring waktu, stres juga bisa sangat menyakitkan. Dalam risetnya, Prasher menyampaikan,  model reaktivitas dalam hal stres akibat kebisingan ini telah terlibat dalam perkembangan gangguan sistem kardiovaskular, tidur, belajar, memori, motivasi, pemecahan masalah, hingga agresi. 

 

 
Kebisingan adalah pemicu stres.
DEEPAK PRASHER, Penulis
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat