
Internasional
Aliran Bantuan Mengalir ke Turki-Suriah
Muhammadiyah mulai terjunkan relawan ke Turki.
JAKARTA -- Sejumlah negara dan elemen masyarakat bergerak cepat mengirimkan bantuan untuk menanggulangi gempa bumi yang melanda wilayah Turki dan Suriah pada Senin (6/2). Dari Indonesia, PP Muhammadiyah bergerak lebih lekas meluncurkan bantuan tersebut
"Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) siap memberangkatkan relawan kesehatan dan kemanusiaan untuk membantu melakukan evakuasi dan layanan medis ke Turki," kata dia Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti dalam keterangannya kepada Republika, Selasa (7/2).
Ia menekankan, Muhammadiyah menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada bangsa dan pemerintah Turki atas musibah gempa yang menimbulkan ribuan korban, baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka. Ia menyampaikan, sebagai bangsa yang besar, Turki akan tetap sabar dan tegar.

PP Muhammadiyah, sebagai bentuk dukungan spiritual, mengimbau umat Islam khususnya warga Muhammadiyah, untuk memanjatkan doa dan shalat jenazah ghaib untuk mereka yang wafat.
Selain itu, LazisMu juga menghimpun bantuan dana untuk disalurkan kepada masyarakat Turki yang terdampak gempa. Saat ini ada 16 personil Muhammadiyah yang diturunkan bersama pemerintah RI untuk membantu di Turki.
Tim tersebut terdiri dari tiga dokter emergency, enam perawat, dua bidan, satu apoteker, dua logistik, satu Datin, dan satu LO. "Tim masih mungkin ditambah sesuai kebutuhan di lapangan," tutur Mu'ti.

Pada Senin (6/7/2023) pukul 04.17 pagi waktu setempat, gempa bermagnitudo 7,8 mengguncang Turki, yang berpusat di distrik Pazarcik Provinsi Kahramanmaras. Selang beberapa menit, terjadi gempa susulan, dengan pusat di Nurdagi, Provinsi Gaziantep.
Malaysia juga akan mengirim tim penyelamat untuk membantu evakuasi setelah gempa dahsyat melanda Turki selatan pada Senin (6/2/2023) pagi. Menteri yang membidangi Urusan Sabah dan Serawak, Amrizan Ali mengatakan, tim akan membawa peralatan yang digunakan dalam operasi pencarian.
"Sebanyak 75 anggota Tim Pencarian dan Penyelamatan Khusus Malaysia (SMART) akan berangkat ke Turki malam ini melalui penerbangan Turkish Airlines, mereka membawa peralatan yang akan digunakan dalam operasi pencarian dan penyelamatan," kata Armizan dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Anadolu Agency, Senin (6/2).

Menteri Luar Negeri Malaysia, Zambry Abdul Kadir melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk menyampaikan belasungkawa atas bencana tersebut.
Rusia dan Ukraina yang tengah saling berperang menyatakan siap membantu Turki menangani dampak gempa dahsyat yang melanda negara tersebut.
Rusia mengatakan, mereka memiliki tim yang terdiri dari 100 personel pencarian dan penyelamatan yang siap dikirim ke Turki. Moskow pun siap mengerahkan dua pesawat Il-76 untuk proses distribusi bantuan.

“Rusia selalu siap membantu negara sahabat yang warganya berada dalam situasi sulit. (Regu) penyelamat kami memiliki semua pengetahuan dan peralatan yang diperlukan,” kata Menteri Situasi Darurat Rusia Alexander Kurenkov dalam sebuah pernyataan, dikutip Anadolu Agency.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, negaranya pun siap memberikan bantuan yang dibutuhkan Turki. “Kami mendukung rakyat Turki di masa sulit ini. Kami siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk mengatasi konsekuensi bencana,” ucap Zelensky.
Zelensky berharap Turki dan segenap warganya mampu tegar mengatasi bencana gempa tersebut. “Belasungkawa kami kepada keluarga mereka yang kehilangan nyawa dan berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka,” ujarnya.

Sementara itu Uni Eropa telah mengirim regu penyelamat untuk membantu Turki mengevakuasi dan mencari korban gempa. Perhimpunan Benua Biru pun akan mengirim bantuan yang diperlukan Turki. “Pusat Koordinasi Tanggap Darurat Uni Eropa mengoordinasikan pengerahan tim penyelamat dari Eropa. Tim dari Belanda dan Rumania sudah dalam perjalanan (ke Turki),” kata Komisioner Eropa untuk Manajemen Krisis Janez Lenarcic lewat akun Twitter pribadinya, Senin (6/2).
Dia mengungkapkan, merespons gempa yang terjadi di Turki, Uni Eropa sudah mengaktifkan European Union Civil Protection Mechanism. Sejumlah negara anggota Uni Eropa, seperti Prancis, Jerman, Belgia, Polandia, dan Spanyol telah menyatakan siap mengerahkan tim dan bantuan untuk Turki.
Amerika Serikat (AS) pun telah menyampaikan siap memberikan bantuan apa pun yang dibutuhkan Turki. “AS sangat prihatin dengan laporan gempa bumi yang destruktif hari ini di Turki dan Suriah. Kami siap memberikan setiap dan semua bantuan yang dibutuhkan,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dalam sebuah pernyataan.

Dia mengungkapkan, Presiden AS Joe Biden telah mengarahkan USAID dan mitra pemerintah federal lainnya untuk menilai opsi tanggapan AS untuk membantu mereka yang paling terdampak gempa. “Kami akan terus memantau situasi dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Turki,” ujar Sullivan.
Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (AS) mencatat kedalam gempa yang terjadi 04.17 Senin pagi waktu sempat sekitar 17,9 kilometer. Gempa menghancurkan bangunan di seluruh kawasan dan terasa hingga Siprus dan Lebanon.
Cuaca buruk mempersulit upaya penyelamatan korban gempa yang telah menewaskan 3.700 orang lebih. Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan selain dampak gempa pihak berwenang juga kesulitan oleh "kondisi cuaca buruk ekstrem."

"Kami mencoba mencapai kawasan (yang terdampak gempa) secepat mungkin," kata Oktay pada media seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (7/2/2023).
Aljazirah melaporkan dari Istanbul situasi musim dingin yang buruk membuat situasi di lapangan "sangat sulit." Turki didera salju tebal dan hujan deras. Suhu udara juga sangat dingin sehingga mempersulit tim pencari dan sipil melakukan proses penyelamatan.
Dari Beirut Aljazirah melaporkan barat laut Suriah juga mengalami cuaca buruk. Musim dingin yang membekukan mempersulit kehidupan masyarakat yang kehilangan rumah mereka.
Selain itu terdapat jutaan orang di Suriah yang dilanda perang selama bertahun-tahun yang tinggal di tenda-tenda pengungsi. Seorang warga Kota Idlib, Suriah, Alaa Nafi mengatakan gempa bumi kemari "sangat mengerikan dan menakutkan."

"Bangun di tengah malam karena seluruh gedung terguncang adalah perasaan terburuk dan menyulitkan usaha menyelamatkan diri," katanya.
"Melihat orang-orang dengan anak-anak menangis di jalanan di udara yang dingin sangat menghancurkan hati, tapi kami semua berkumpul di satu area jauh dari gedung-gedung," katanya.
Aljazirah melaporkan di Kota Gaziantep, Turki banyak orang berada di luar ruangan di tengah udara yang sangat dingin. Masjid-masjid membuka pintu untuk menampung mereka.

Tapi banyak orang yang merasa tidak aman berada di dalam gedung usai merasakan guncangan dahsyat. Pihak berwenang mengatakan jumlah korban jiwa dapat terus bertambah sementara paka mengatakan gempa susulan dapat berlangsung selama beberapa hari atau pekan ke depan.
"Ini seperti kiamat, dingin sekali, dan ada hujan lebat, orang-orang perlu diselamatkan," kata seorang warga Kota Atareb, Suriah, Abdul Salam al-Mahmoud.
Penyintas Gempa Turki: Ini Seperti Kiamat
Korban jiwa gempa Turki-Suriah mencapai lebih dari 1.200 orang.
SELENGKAPNYA