Warga menyiapkan rakit saat banjir di Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Senin (23/1). Berdasarkan data dari BPBD Bengkulu, sebanyak 66 rumah di lima kecamatan di Kota Bengkulu terendam banjir dan satu jemba | ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi

Nasional

Waspada Banjir dan Longsor Hingga Maret

BNPB meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi.

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi basah. Kewaspadaan perlu ditingkatkan karena sebagian besar wilayah Indonesia memasuki puncak musim hujan hingga awal Maret 2023 mendatang.

“Kita masih pada periode puncak musim hujan. Jadi, nanti akhir atau mungkin di awal bulan Maret kita masih harus waspada kejadian bencana hidrometeorologi basah, khususnya banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Senin (30/1).

BNPB meminta kewaspadaan ditingkatkan di wilayah Jawa, Bali, NTB, maupun NTT. Sebab, daerah tersebut memiliki potensi curah hujan cukup tinggi antara 150 sampai 300 milimeter. Karena itu, BNPB berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar BPBD, TNI, dan Polri meningkatkan kesiapsiagaan, terutama kesiapan alat perangkat personel.

Begitu juga wilayah yang curah hujan kategori sedang, 50 sampai 100 mm, di Kalimantan Tengah, Timur, dan sedikit wilayah Kalimantan Selatan bagian utara dan Papua. “Jadi, fokus kita mungkin memang di Jawa, Nusa Tenggara, dan Kalimantan Tengah ke wilayah Timur,” katanya.

photo
Wisatawan melihat badan jalan yang terputus akibat longsor di Jalan Kilometer Nol, Iboih, Sabang, Aceh, Senin (30/1). Hujan deras yang disertai angin kencang pada Ahad (29/1) sore mengakibatkan belasan titik longsor yang memutus akses jalan menuju lokasi wisata Iboih dan puluhan rumah penduduk rusak akibat tertimbun material. - (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Selain itu, BNPB juga mencatat 33 kejadian bencana selama sepekan terakhir, yakni pada rentang waktu 23-29 Januari 2023. Jumlah itu meningkat jika dibandingkan dengan kejadian bencana pada pekan lalu. Muhari mengatakan, 33 kejadian bencana tersebut masih didominasi bencana hidrometeorologi, yakni banjir 16 kejadian, longsor 10 kejadian, abrasi 1 kejadian, dan cuaca ekstrem serta gempa bumi dua kali.

“Gempa yang terakhir di Pangalengan, di Bandung, ini me-reminder kita semua bahwa gempanya yang sangat dangkal, meskipun kekuatannya cuma ada di 4 (magnitudo), tapi cukup merusak hingga 40-an rumah rusak meskipun tidak signifikan rusaknya,” kata Muhari.

Dia melanjutkan, distribusi bencana hampir merata di seluruh Indonesia, kecuali Papua. Jika pekan lalu kejadian bencana hanya terfokus di Aceh, pekan ini meluas cukup merata di Sumatra, mulai dari Sumatra Utara, Sumatra Barat, hingga Bengkulu dan khususnya di Jawa.

“Jawa pasti ada karena yang namanya bencana hidrometeorologi basah pasti tidak lepas dari faktor populasi. Di mana populasi cukup tinggi, pasti di situ bencana hidrometeorologi basah cukup dominan karena keterbatasan kemampuan dari saluran drainase primer, sekunder, tersier kita itu biasanya dengan populasi itu mengalami degradasi,” ujarnya.

photo
Warga melintasi jalan yang tergenang banjir di Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu, Bengkulu, Senin (23/1). Berdasarkan data dari BPBD Bengkulu, sebanyak 66 rumah di lima Kecamatan Kota Bengkulu terendam banjir dan menyebabkan satu jembatan rusak. - (ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi)

Karena itu, BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada karena Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan potensi hujan masih cukup tinggi pada Februari hingga Maret. “Sekali lagi ini masih akan berlangsung sampai akhir Februari atau di awal Maret dan ini merata, jadi kita harus waspada dan benar-benar memperhatikan update informasi dari BMKG,” ujarnya.

Sementara itu, untuk bencana geologi, ada dua kali kejadian, yang terbaru di Pangalengan, Bandung. Muhari mengingatkan, bencana geologi patut diwaspadai karena berdasarkan kejadian terbaru, kekuatan magnitudo yang kecil terbukti dapat cukup merusak.

“Jadi, kembali lagi, meskipun kita sedang pada puncak musim hujan, kewaspadaan kita terhadap potensi bencana geologi itu masih harus tetap diperhatikan, khususnya untuk kita melihat kembali rumah-rumah kita masing-masing,” ujarnya.

Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang mengancam seluruh wilayah Jatim. Imbauan tersebut merujuk pada prediksi BMKG Juanda yang menyebut adanya potensi peningkatan cuaca ekstrem di Jatim pada 27 Januari hingga 2 Februari 2023.

“Berdasarkan peringatan dini dari BMKG, kami mengimbau agar masyarakat selalu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi. Pemerintah kabupaten/kota juga diimbau untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan,” kata Khofifah.

 
Ini masih akan berlangsung sampai akhir Februari atau di awal Maret dan ini merata, jadi kita harus waspada.
 
 

Khofifah mengatakan, berdasarkan data dari BMKG, ada beberapa daerah di Jatim yang diprediksi mengalami cuaca ekstrem. Di antaranya ialah Surabaya, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Gresik, Lamongan, Tuban, Jombang, Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Ngawi, Magetan, Trenggalek, Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Batu.

Kemudian, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Situbondo, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Sidoarjo, Bojonegoro, Ponorogo, dan Pacitan. Masyarakat diminta untuk selalu berhati-hati dan selalu memantau informasi perkiraan cuaca terkini agar bisa mempersiapkan diri dengan baik.

Khofifah mengaku telah menugaskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim untuk memetakan titik-titik rawan banjir dan longsor. Ia juga meminta BPBD Jatim untuk selalu siap siaga. Ia juga meminta petugas penanggulangan bencana Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk siap siaga menghadapi cuaca ekstrem dan potensi bencana di wilayah Jatim.

Berdasarkan analisis iklim yang dilakukan BMKG, ada pola tekanan rendah di Australia bagian barat yang mengakibatkan terbentuknya konvergensi atau pertemuan angin di wilayah Jatim. Hal itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan-awan konvektif.

photo
Warga melewati jalan yang tertutup pohon akibat longsor di Iboih, Sabang, Aceh, Senin (30/1). - ( ANTARA FOTO / Irwansyah Putra)

Situasi tersebut menimbulkan potensi terjadinya La Nina, gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin. Kemudian, di wilayah Jatim, fenomena cuaca tersebut dapat meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, puting beliung, hujan es, dan tanah longsor di wilayah dataran tinggi.

BMKG mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi hujan yang diprakirakan terjadi selama sepekan ke depan di berbagai wilayah Indonesia. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengatakan, fenomena osilasi Madden-Julian (MJO) diprediksi mulai aktif kembali di wilayah barat Indonesia.

“Selain itu, monsun Asia saat ini masih cukup aktif dengan identifikasi terdapat aliran lintas ekuator. Kemudian, perlambatan angin dan belokan angin juga terbentuk di sekitar wilayah Indonesia,” kata Guswanto.

Nyatanya Ancaman Pemanasan Global

Wawancara dengan Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati

SELENGKAPNYA

Demo Panjang Ancam Kedubes Swedia Jika Paludan tak Ditindak

Aksi di Jakarta menyuarakan lima tuntutan kepada Pemerintah Swedia.

SELENGKAPNYA

Israel Terlibat Serangan Drone di Iran?

Serangan pesawat tanpa awak ke Iran menyebabkan kenaikan harga minyak dunia.

SELENGKAPNYA