Ruang kelas di SDN Dukuh, Desa Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, mengalami kerusakan, Kamis (26/1). | Lilis Sri Handayani/Republika

Kisah Dalam Negeri

Mereka Belajar Sambil Terancam Ambruknya Sekolah

Jumlah kelas rusak di Indonesia terus meningkat.

OLEH LILIS SRI HANDAYANI

Puluhan siswa kelas lima SDN Dukuh, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu terlihat serius mendengarkan guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan kelas, Kamis (26/1) sekitar pukul 10.45 WIB. Sesekali terdengar celotehan khas anak-anak menanggapi penjelasan guru mereka.

Di tengah keseriusan belajar, pandangan Rarendra (11 tahun), salah seorang siswa di kelas tersebut, sesekali menatap ke plafon ruang kelasnya. Hal itu juga dilakukan Rajendra (11) yang duduk di sebelahnya.

Kedua anak kembar itu mengaku khawatir dengan kondisi plafon ruang kelasnya yang terlihat berlubang-lubang. "Takut ambruk," kata Rarendra.

Hal senada diungkapkan Rajendra. Dia pun mengaku tidak bisa tenang saat belajar karena takut plafon ruang kelasnya tiba-tiba ambruk. "Belajar jadi enggak nyaman, takut," tutur Rajendra.

 
Kedua anak kembar itu mengaku khawatir dengan kondisi plafon ruang kelasnya.
 
 

Ketakutan yang dialami Rarendra dan Rajendra juga dirasakan teman-teman mereka yang lain. Mereka berharap tempat mereka menimba ilmu itu bisa segera diperbaiki.

"Kami, siswa-siswi SDN Dukuh, berharap agar sekolah kami bisa segera diperbaiki," kata Rarendra, Rajendra, dan teman-teman mereka secara bersamaan.

Tak hanya di ruang kelas lima, kondisi plafon yang berlubang-lubang dan kayu-kayu penyangga yang rapuh dipenuhi rayap juga terlihat di sejumlah ruang kelas lainnya. Kondisi itu menjadi ancaman bagi 170 siswa di sekolah tersebut.

Kondisi seperti itu tersebar di ruang kelas empat, kelas lima, kelas enam, ruang perpustakaan, dan toilet. Kondisi terparah terjadi di ruang perpustakaan yang kini terpaksa tidak lagi digunakan.

photo
Ruang kelas di SDN Dukuh, Desa Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, mengalami kerusakan, Kamis (26/1). - (Lilis Sri Handayani/Republika)

Tak hanya plafonnya yang sudah berlubang-lubang parah, atap genting ruang perpustakaan juga sudah mulai membentuk huruf U. Hanya tinggal menunggu waktu untuk ambruk secara keseluruhan.

Jika ruang perpustakaan itu sampai ambruk, kelas-kelas lain yang berderet di sampingnya juga hampir dipastikan akan ikut tertarik dan ambruk bersama. Pasalnya, kayu penyangga pada atap ruang perpustakaan itu menyatu dengan ruang-ruang kelas lainnya.

Salah seorang guru di SDN Dukuh, Mustofa Lutfhi, mengatakan, sekolah tempatnya mengajar terakhir kali mengalami rehab pada 2006. Sejak saat itu sampai sekarang, rehab belum dilakukan lagi.

Menurut Mustofa, kerusakan parah mulai terjadi sejak sekitar 2018. Kondisi tersebut membuat aktivitas belajar-mengajar jadi terganggu.

 
Menurut Mustofa, kerusakan parah mulai terjadi sejak sekitar 2018.
 
 

"Kegiatan belajar-mengajar jadi tidak nyaman, khawatir membahayakan para siswa," tutur guru yang mengajar mata pelajaran Agama Islam tersebut.

Meski demikian, Mustofa tetap bersyukur karena ambruknya plafon-plafon di sejumlah ruang kelas selama ini biasa terjadi pada malam hari. Anak-anak didiknya pun bisa selamat dari celaka.

"Tapi, pernah juga tahun 2020, plafon di ruang kelas empat ambruk saat siswa sedang belajar. Untungnya di bagian pinggir, jadi tidak mengenai siswa. Mereka hanya kaget dan menjadi panik, ketakutan," ungkap Mustofa.

Mustofa menambahkan, plafon yang berlubang-lubang juga menyebabkan ruang kelas bocor saat hujan. Karena itu, para siswa terpaksa belajar dengan berdesak-desakkan di sisi kelas yang tidak terkena bocoran air.

"Kalau hujannya deras, siswa terpaksa dipulangkan," kata Mustofa.

 
Plafon yang berlubang-lubang juga menyebabkan ruang kelas bocor saat hujan.
 
 

Selain banyaknya air yang masuk ke dalam kelas melalui atap yang bocor, hujan deras juga dikhawatirkan membuat atap sekolah yang sudah rapuh itu ambruk dan membahayakan para siswa.

Mustofa mengungkapkan, di tengah kondisi seperti itu, para anak didiknya tetap menorehkan prestasi yang membanggakan di sejumlah bidang. Tak hanya di tingkat kabupaten dan provinsi, tapi bahkan hingga tingkat nasional.

Menurut Mustofa, pihaknya sudah berulang kali melaporkan kondisi kerusakan sekolah ke dinas pendidikan dan kebudayaan setempat. Namun, upaya perbaikan tak kunjung dilakukan.

Mustofa berharap langkah perbaikan bisa segera dilakukan. Apalagi, SDN Dukuh merupakan satu-satunya sekolah dasar negeri di Desa Dukuh. Sekolah itu menjadi tumpuan bagi banyak anak di desa setempat untuk menjemput masa depan. 

photo
Sejumlah siswa melihat ruang kelas yang rusak di SD Negeri 1 Parakanbeusi di Lebak, Banten, Rabu (18/1). - (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirangkum dalam Statistika Pendidikan 2021/2022, jumlah kelas rusak di seantero Indonesia masih menjadi persoalan. Pada jenjang sekolah dasar (SD) dan SMP, jumlah ruang kelas yang rusak bahkan melampaui kelas yang dalam kondisi baik. Jumlah ruang kelas juga terus mengalami kenaikan.

Ruang kelas yang mengalami peningkatan kerusakan tertinggi berada di jenjang SD. Tercatat ada 60,60 ruang kelas SD dalam kondisi rusak ringan atau sedang pada tahun ajaran 2021/2022. Angka tersebut meningkat 3,47 persen dari setahun sebelumnya yang sebesar 57,13 persen. 

Sedangkan, ruang kelas yang mengalami rusak ringan atau sedang di tingkat SMP sebesar 53,30 persen. Angka itu lebih tinggi 2,74 persen daripada tahun ajaran 2020/2021 yang sebesar 50,56 persen. Persentase ruang kelas rusak ringan atau sedang di SMA tercatat sebesar 45,03 persen pada tahun ajaran 2021/2022, meningkat 2,16 persen dari setahun sebelumnya yang sebesar 42,87 persen. 

photo
Guru memberikan materi pelajaran kepada murid di kelas rusak di SDN 205 Sungai Sayang, Sadu, Tanjungjabung Timur, Jambi, Rabu (16/11/2022). - (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Pada SMK, ada sebanyak 45,23 persen ruang kelas yang rusak ringan atau sedang pada tahun ajaran 2021/2022. Jumlah itu meningkat 2,27 persen dari setahun sebelumnya pada 42,96 persen. 

Lokasi kerusakan ruang kelas SD paling banyak di Bengkulu sebesar 67,70 persen. Ruang kelas SMP yang paling banyak mengalami rusak ringan atau sedang terdapat di Maluku Utara, yakni 62,43 persen. 

Di jenjang SMA, ruang kelas di Papua Barat paling banyak mengalami rusak ringan atau sedang dengan persentase sebesar 62,84 persen. Sementara itu, Papua mencatatkan persentase ruang kelas SMK paling banyak mengalami kerusakan, yakni 58,4 persen. Hal itu juga menunjukkan masih timpangnya pendidikan di Indonesia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Beda Paus, Tokoh Protestan RI, dan Al-Azhar Soal LGBT

Dalam kitab suci Kristen, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan yaitu laki-laki dan perempuan.

SELENGKAPNYA

Kelindan Islamofobia dan Antisemitisme di Swedia

Muslim dan Yahudi sering dilecehkan di Swedia.

SELENGKAPNYA

KH Abdurrozak Ma’mun, Singa Podium dan Pendidik dari Betawi

KH Abdurrozak Ma’mun adalah pendiri Madrasah Raudhatul Muta’allimin Jakarta.

SELENGKAPNYA