Opini
Berpacu dengan ChatGPT
ChatGPT memahami konteks yang sedang kita bahas dengan baik, layaknya manusia.
YANDRA ARKEMAN, Profesor dan Peneliti di BRAIN (Blockchain, Robotics and Artificial Intelligence Networks) IPB University
IRWANSYAH SAPUTRA, Mahasiswa S3 Ilmu Komputer IPB University
Salah satu teknologi digital yang akan booming pada 2023 ini adalah perangkat lunak pintar berbasis artificial intelligence (AI) yang diberi nama "ChatGPT".
Perangkat lunak yang diluncurkan OpenAI akhir tahun lalu ini mampu menjawab pertanyaan apa pun yang diajukan kepadanya dengan cepat dan tepat. ChatGPT mampu menjawab berbagai pertanyaan di semua bidang ilmu pengetahuan, seperti sains, sosial, matematis, dan bisnis.
Lebih dari itu, mesin pintar yang menggunakan teknologi Natural Language Processing (NLP) ini bisa membuat program komputer (coding), menulis karya ilmiah, dan menjawab soal ujian di perguruan tinggi.
Berbagai pertanyaan yang diajukan ke mesin cerdas ini akan langsung dijawab dalam waktu beberapa detik saja dengan memperhatikan konteks pembicaraan, layaknya seorang manusia jenius yang tahu segala hal.
Kita bahkan bisa berinteraksi dengan ChatGPT menggunakan berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah.
Kita bahkan bisa berinteraksi dengan ChatGPT menggunakan berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Kita juga bisa bertanya berbagai hal secara kontekstual, artinya tak perlu mengulangi konteks pada pertanyaan lanjutan karena dia sudah mengerti konteksnya.
Misalnya, pada pertanyaan pertama kita bertanya, “Apakah teori relativitas Einstein itu?” Lalu pada pertanyaan kedua, kita bisa bertanya, “Bagaimana aplikasinya untuk memecahkan persoalan rakyat atau orang kebanyakan?"
Kata “nya” pada kata “aplikasinya” di pertanyaan kedua berkaitan dengan konteks “Teori Relativitas”. Pada ChatGPT, kita tidak perlu mengulang konteks tadi untuk kedua kalinya karena ia sudah memahami apa yang kita tanyakan.
ChatGPT memahami konteks yang sedang kita bahas dengan baik, layaknya manusia. Ini menjadikan ChatGPT lebih menarik dibandingkan mesin pencari konvensional seperti Google. Tak lama lagi, ChatGPT bisa jadi pesaing yang membahayakan bisnis mesin pencari konvensional.
ChatGPT bisa jadi pesaing yang membahayakan bisnis mesin pencari konvensional.
Kemampuan ChatGPT yang luar biasa ini membuat heboh dunia. Beberapa perguruan tinggi di AS, Australia, dan Inggris melarang penggunaan mesin pintar ini karena takut dampak negatifnya terhadap proses pendidikan, pembuatan disertasi, dan penulisan jurnal ilmiah.
Di bidang pemerintahan, bisnis, kepolisian, dan militer pun kehadiran ChatGPT sekarang sedang menjadi pembicaraan hangat terkait dengan peraturan dan regulasi yang perlu diterapkan.
Pertanyaannya sekarang, apakah ChatGPT akan membahayakan kita? Atau hal itu hanyalah ketakutan berlebihan yang tidak berdasar?
Untuk menjawab hal ini, kita perlu mengetahui hakikat teknologi yang digunakan oleh ChatGPT ini dengan baik. Pada prinsipnya, ChatGPT adalah mesin cerdas yang dibuat untuk membantu manusia dan bukan menyingkirkan, apalagi membinasakan manusia.
Fungsi utama ChatGPT adalah untuk menghasilkan teks sesuai konteks yang diberikan dan meningkatkan interaksi manusia dan mesin dengan cara lebih efektif dan efisien dibandingkan model lainnya.
Karena dibuat manusia, peran manusia pembuatnya sangat penting. Manusia bertugas memasukkan pengetahuan ke dalam ChatGPT lalu melatihnya untuk memahami pengetahuan tersebut dengan algoritma supervised learning dan reinforced learning.
Supervised learning adalah salah satu bentuk pembelajaran melalui contoh. Proses pembelajaran harus dibimbing dengan menggunakan data yang sudah dikenali. Ini sama, sewaktu kecil kita diajar membaca dengan mengenali huruf. Dengan berjalannya waktu, sekarang kita bukan saja bisa membaca buku sederhana bahkan memahami berbagai buku teks rumit.
Lebih jauh lagi, dengan kemampuan membaca yang diajarkan guru (supervisor) kita dulu, sekarang kita bisa membuat produk-produk teknologi, seperti pesawat terbang dan roket. Ini hasil kerja kecerdasan alami (natural intelligence) yang dikaruniakan Sang Pencipta.
Komputer tidak punya otak dalam bentuk fisik seperti yang ada di tengkorak kepala kita. Kemampuan “berpikir” komputer bisa terwujud dengan adanya mikroprosesor yang diberi algoritma dan program untuk mempelajari data yang dimasukkan ke dalamnya.
Kemampuan belajar komputer ini akan meningkat dengan ditemukannya berbagai tenik AI, seperti NLP, Deep Learning, Fuzzy System, dan Genetic Algorithms. Inilah yang membuat inovasi ChatGPT bisa terwujud.
Berbeda dengan supervised learning, cara kerja reinforcement learning berdasarkan pengalaman. Contohnya, robot yang bisa berjalan sendiri, kalau tersandung, dia akan mengubah arah dan tidak mau melewati jalan itu lagi. Filosofinya adalah jangankan keledai, robot pun tidak mau masuk ke jurang yang sama dua kali.
Dalam konteks reinforcement learning, pengalaman adalah pengetahuan. Kita bisa memahami reinforcement learning adalah metode belajar penguatan berdasarkan reward dan punishment. Mesin terus menambahkan pengetahuan berdasarkan reward dan menghentikan proses belajarnya saat menghadapi punishment.
Dengan kata lain, pada teknik ini mesin akan menjadi lebih cerdas dan terus semakin cerdas. Setelah memahami kedua metode pembelajaran tadi, kita bisa memahami cara kerja ChatGPT.
Pertama, model akan dilatih dan dibantu manusia. Peran manusia sebagai pelatih (trainer) kecerdasan buatan untuk menyusun dan membuat respons yang tepat dan relevan. Data dari trainer untuk menyetel algoritma GPT-3.5 (Generative Pre-Trained Transformer - 3.5) menggunakan metode supervised learning.
Setelah itu, trainer berinteraksi dengan model untuk mengumpulkan data perbandingan. Teks yang dihasilkan model GPT diperingkat untuk diketahui relevansinya. Lalu, optimasi menggunakan Proximal Policy Optimization untuk meningkatkan kinerja sistem reinforcement learning.
Kelebihan teknologi yang digunakan dalam ChatGPT, pertama, adanya kemampuan menangani teks panjang dan mengingat konteks sebelumnya dengan baik, yang memungkinkan model untuk menghasilkan teks sesuai konteks yang diberikan.
Kedua, kemampuan untuk menyelesaikan tugas berbeda-beda, seperti generasi teks, pemahaman konteks, pembuatan soal. Ketiga, kemampuan mengenali pola dalam data teks, seperti kata-kata yang sering digunakan dalam konteks tertentu, struktur kalimat yang baik.
Namun, teknologi ini juga memiliki kekurangan seperti memerlukan jumlah data yang besar untuk melatih, sehingga memerlukan waktu cukup lama dan sumber daya yang besar.
ChatGPT juga dapat menghasilkan teks yang tidak dapat diterima dari segi etika atau sosial.
ChatGPT dapat menghasilkan teks yang tidak sesuai dengan konteks atau memiliki kesalahan, karena tidak selalu dapat mengerti konteks yang sesungguhnya dari teks yang diberikan. ChatGPT juga dapat menghasilkan teks yang tidak dapat diterima dari segi etika atau sosial.
Jadi sebenarnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan dengan kehadiran ChatGPT ini. Justru sebaliknya, kita harus bersahabat dengan teknologi ini agar bisa mengambil manfaat yang sebesar-besarnya.
Sebagai contoh, ada satu alinea di artikel ini yang dibuat dengan bantuan ChatGPT. Ini menunjukkan betapa kuatnya teknologi ini dalam menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan teks.
Bagaimana hasilnya menurut Anda?
Namun perlu diingat, regulasi perlu dibuat untuk mencegah mudarat akibat ulah sebagian manusia, yang ingin memanfaatkan teknologi ini untuk kejahatan.
Prediksi masa depan untuk teknologi ChatGPT yang sangat menjanjikan, diharapkan bisa menangani teks panjang dan konteks dengan lebih baik, menyelesaikan tugas lebih kompleks, menangani bahasa yang lebih bervariasi, dan digunakan dalam aplikasi lebih luas.
Namun perlu diingat, ChatGPT masih memerlukan data yang cukup dan fine-tuning model untuk menghindari bias atau kesalahan dalam teks yang dihasilkan. Kalau mesin menjadi semakin cerdas, kita juga harus terus belajar sepanjang hayat untuk meningkatkan pengetahuan.
Kita harus berpacu dengan ChatGPT agar tetap bisa menjadi tuan dari berbagai mesin cerdas, yang akan hadir pada masa mendatang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
ChatGPT dan Revolusi Pendidikan
Para pengajar kini lebih banyak memilih tugas di kelas atau ujian lisan.
SELENGKAPNYAMasih Perlukah Jurnalisme pada Era ChatGPT?
Kehadiran perangkat lunak yang satu ini, lebih bersifat sebagai alat penunjang.
SELENGKAPNYAChatGPT, AI yang Penuh Kontroversi
ChatGPT masih memiliki bias dan keterbatasan lainnya.
SELENGKAPNYA