
Dunia Islam
Kolonialisme dan Jejak Islam yang ‘Hilang’ di Filipina
Hingga abad ke-16, Filipina adalah kumpulan kerajaan dan kesultanan Islam.
Hampir 90 persen penduduk Filipina merupakan Nasrani. Jumlah pemeluk Islam sekitar 13 juta jiwa atau tidak sampai lima persen dari keseluruhan populasi negara kepulauan tersebut. Mereka menetap di wilayah selatan, seperti Pulau Mindanao, Kepulauan Sulu, dan Pulau Palawan.
Dalam sejarahnya, Filipina berada dalam cengkeraman kolonialisme selama 333 tahun. Begitu lepas dari jajahan bangsa Eropa itu, negeri ini dikuasai Amerika Serikat (AS) selama lebih dari empat dekade. Dalam masa yang panjang itu, persebaran agama Kristen menjadi masif di sana.
Sebelum penjajahan bangsa Barat, Filipina merupakan salah satu negeri Muslim di Asia tenggara. Islam turut membentuk histori setempat. Bahkan, inilah agama samawi pertama yang tersebar di sana.
Sebelum penjajahan bangsa Barat, Filipina merupakan salah satu negeri Muslim di Asia tenggara.
Syiar Islam masuk ke Filipina melalui dakwah kaum pedagang Arab. Salah satu saudagar yang namanya tercatat sejarah ialah Karim al-Makhdum. Sosok yang disebut al-Makhzoumi ini berlabuh di Pulau Sulu pada awal 1380-an.
Di Pulau Seminole, ia turut membangun masjid pertama di Kepulauan Filipina. Hingga kini, tempat ibadah itu masih tegak berdiri.
Bagaimanapun, sebagian sejarawan meyakini, dakwah tiba di negeri ini pada masa sebelum paruh kedua abad ke-14. Mereka menduga, sejak abad ke-10 orang-orang Arab telah singgah Filipina dalam pelayarannya ke Asia timur. Beberapa pedagang Muslim itu lalu berbaur dengan penduduk lokal dan menyebarkan agama tauhid di sana.
Menjelang abad ke-15, sebagian besar penduduk wilayah Sulu adalah Muslim. Pada gilirannya, mereka membentuk Kesultanan Sulu pada 1450 M. Bagaimanapun, negeri ini cenderung sebagai negeri jajahan Kesultanan Brunei yang berpusat di Kalimantan.
Syarif al-Hasyim Sayyid Abu Bakar merupakan raja pertama Kesultanan Sulu. Lelaki keturunan Arab ini lahir di Makkah, tetapi akhirnya bermigrasi ke Sulu. Di Filipina, ia menikah dengan seorang perempuan lokal dari kalangan penguasa setempat. Gelarnya adalah “Paduka Mahasari Maulana Sultan Syarif Hasyim".
Selama paruh pertama abad ke-18, Kesultanan Sulu menguasai Tawi-Tawi, Basilan, Semenanjung Zamboanga barat, dan Palawan selatan. Ini bukanlah satu-satunya yang kerajaan didirikan oleh umat Islam di Filipina ketika itu. Pada 1475, berdiri pula Kesultanan Islam Mindanao.
Inisiatornya adalah Syarif Muhammad Kabunsuwan. Wilayah kekuasaannya meliputi Pulau Mindanao, Lanao, Cotabato, Dabao, dan pulau-pulau tetangga.
Setelah Syarif Kabunsuwan menetap di Mindanao, dia mulai mengonsolidasikan kekuasaannya. Dirinya pun mendukung persebaran syiar Islam di wilayahnya. Lambat laun, makin banyak penduduk lokal yang memeluk agama tauhid.
Muslimin juga dijumpai di Pulau Luzon. Di antara mereka mendirikan wilayah independen di Manila. Nama ibu kota Republik Filipina modern itu berasal dari ungkapan “aman Allah” atau “fii amanillah", yang biasa diucapkan orang Islam.
Hingga abad ke-16, Filipina adalah kumpulan kerajaan dan kesultanan Islam.
Hingga abad ke-16, Filipina adalah kumpulan kerajaan dan kesultanan Islam. Mayoritas mereka adalah Muslim. Tidak sedikit ulama yang berasal dari sana dan turut menyebarkan dakwah khususnya di Asia tenggara.
Namun, penyebaran itu akan mengalami penurunan tajam dengan masuknya pengaruh kolonialisme. Spanyol menjadi yang paling awal mengerahkan misi Katolik di sana.
Apa yang sekarang dikenal sebagai Republik Filipina, baru muncul ke publik pada paruh kedua abad ke-16, dan tepatnya pada 1565. Waktu itu, komandan militer Spanyol Miguel Lopez de Legazpi mendarat di pantai Filipina dan memulai kolonisasinya.
Ketika Spanyol menduduki kepulauan ini, mereka menamainya dengan Filipina. Nama itu dipilih untuk mengenang raja mereka, Philip II. Perlu waktu sekitar 50 tahun bagi bangsa Barat ini untuk menaklukkan satu per satu pulau setempat.
Ketika Spanyol menduduki kepulauan ini, mereka menamainya dengan Filipina.
Orang Spanyol menyebut umat Islam di Filipina dengan nama "Moro." Ini merupakan istilah yang sama yang diterapkan mereka pada kaum Muslimin di Iberia (Andalusia) dan Afrika utara. Maka, ada jejak-jejak sejarah Inkuisisi dalam penamaan tersebut.
Pemerintah kolonial Spanyol juga mengandalkan kebijakan diskriminasi dan menabur kebencian antara Kristen dan Muslim di Filipina. Bagaimanapun, Spanyol tidak dapat melakukan kontrol efektif atas seluruh Filipina selatan, khususnya yang termasuk wilayah Kesultanan Sulu.
Pendudukan Amerika di Filipina berlangsung selama hampir setengah abad. AS mampu membuat umat Islam hidup sebagai minoritas di selatan. Bahkan, Pulau Mindanao dan Sulu yang dahulu dihuni mayoritas Muslim menjadi minoritas Muslim pada periode pendudukan AS.
Menteri Inggris, al-Aqsa, dan Balfour
Konflik Israel-Palestina sangat erat terkait kebijakan Inggris.
SELENGKAPNYARazia Lato-lato oleh Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe
Permainan anak yang tengah viral itu dianggap berbahaya bagi anak.
SELENGKAPNYAHati-Hati Menyimpan Makanan Beku
Makanan beku memiliki nutrisi yang rendah, tapi tinggi sodium.
SELENGKAPNYA