Suasana di lingkungan warung kopi dan tempat tinggal orang tua Malika di Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Rabu (4/1/2023). | Ali Mansur/Republika

Kisah Dalam Negeri

Kisah Malika, Bocah Periang dan Mudah Bergaul

Malika menghilang setelah sempat dibawa kabur oleh seseorang di Gunung Sahari.

OLEH ALI MANSUR

Pasangan Bapak Tunggal (48 tahun) dan Ibu Oni (42) sempat mengalami musibah kehilangan putrinya bernama Malika Anastasya sempat menghilang selama 26 hari. Bocah perempuan berusia enam tahun itu diculik oleh kenalan orang tuanya bernama Iwan Sumarno alias Jacky alias Yudi alias Herman (42) sejak hari Rabu, 7 Desember 2022 lalu.

Di lingkungan tempat tinggalnya di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Malika dikenal sebagai anak periang, mudah bergaul, dan memiliki banyak teman. Hal itu membuatnya cepat akrab dengan orang lain, bahkan dengan orang yang baru ditemuinya. 

“Anaknya periang, dia itu kalau apa-apa senang sama teman-temannya yang lain. Sering-sering bercanda. Kalau ada orang ngasih sesuatu, itu dia langsung anggap teman,” tutur tetangga korban, Santi, saat ditemui di lokasi, Rabu (4/1).

Menurut perempuan berusia 28 tahun itu, sehari-harinya Malika bermain di sekitar tempat orang tuanya berjualan kopi. Warung kopi yang dikelola ayah korban buka dari pukul 09.00 sampai dengan 21.00 WIB setiap harinya. Sementara itu, ibunya menjadi asisten rumah tangga (ART) tidak jauh dari lokasi warung kopi yang sekaligus menjadi tempat tinggal mereka.

 
Menurut perempuan berusia 28 tahun itu, sehari-harinya Malika bermain di sekitar tempat orang tuanya berjualan kopi.
 
 

“Kalau tidak salah, dari tahun 2019 mereka sudah mulai berjualan di sini. Ibunya bantu-bantu di rumah orang di sebelah sana,” kata penjual ikan hias itu.

Karena itu, Santi mengaku cukup akrab dengan Malika dan orang tuanya. Dia pun sangat kaget ketika mendengar Malika hilang dan dikabarkan diculik. Terlebih, Ibu Oni sangat histeris mengetahui anaknya telah dibawa kabur oleh seseorang. Kata dia, ibunya baru mengetahui Malika hilang saat pulang untuk istirahat dari pekerjaannya.

“Baru diketahui kalau tidak salah pas ibunya itu pulang istirahat jam setengah 11. Itu benar-benar histeris banget, namanya juga anak perempuan, benar-benar disayang banget sama orang tuanya,” tutur Santi.

Padahal, lanjut Santi, ketika pagi pada hari kejadian penculikan, tersangka Iwan sempat minum kopi bersama ayah korban. Santi juga mengaku kenal dengan tersangka meski tidak pernah mengobrol. Ia ingat yang bersangkutan sempat meminta botol bekas. Di samping itu, tersangka juga jarang melintas dan biasanya datang dari arah Kemayoran.

 

“Dia sempat negor saya, bilang, 'Mbak, boleh ambil botol?' Cumanya lebih tepatnya pernah bicara dengan ayah korban,” beber Santi.

Selama korban menghilang, Tunggal dan Oni serta keluarganya tidak henti-hentinya mencari keberadaan Malika. Bahkan, kata Santi, Oni sempat berjalan kaki sampai Kedoya, Jakarta Barat, untuk mencari anaknya. Warga setempat juga sempat menggelar pengajian untuk mendoakan Malika dengan harapan dapat ditemukan. 

“Alhamdulillah, saya bersyukur banget mendengar kabar Malika sudah ditemukan. Berikan hukuman yang setimpal buat yang melakukan penculikan-penculikan,” ucap Santi.

Hal senada juga disampaikan oleh Ardya (20) anak dari Oni sekaligus kakak dari Malika. Kata dia, keluarga sudah berupaya keras mencari keberadaan Malika. Bahkan, ibu dan bibinya berjalan kaki sampai ke Kedoya hanya bermodal foto dan keterangan identitas Malika ketika proses pencarian tersebut. 

photo
Ardya (20 tahun) kakak dari anak perempuan korban penculikan, Malika. - (Ali Mansur/Republika)

"Mereka berdua cuma bawa foto dan lain sebagainya. Sampai dikasih air sama orang-orang di jalan. Itu berkali-kali. Besoknya jalan kaki lagi, tapi ke tempat yang beda. Kalau jalan tuh sampai seharian, pulangnya bisa jam 11 malam," ungkap Ardya.

Kemudian, ayahnya mencari hingga wilayah Tangerang dan kakaknya bernama Aldi (24) mencari hingga ke Bogor, Jawa Barat. Ia juga berkeliling mencari adiknya ke beberapa kawasan, mulai dari Kota Tua, Mangga Dua, Kampung Bandan, hingga Kampung Melayu.

"Kalau aku sempat cari sampai daerah Kota Tua, Mangga Dua, sampai Kampung Bandan, Kampung Melayu, sampai PGC. Pencarian itu pihak keluarga mencar-mencar,” kata Ardya.

Malika menghilang setelah sempat dibawa kabur oleh seseorang di Gunung Sahari, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada 7 Desember 2022. Selang 26 hari, kepolisian menemukan korban bersama pelaku di wilayah Ciledug, Tangerang, pada Senin (2/1) malam.

 
Malika menghilang setelah sempat dibawa kabur oleh seseorang di Gunung Sahari.
 
 

Pada saat ditemukan, pelaku tengah membawa gerobak untuk mengumpulkan barang bekas atau memulung. Pelaku mengikutsertakan korban dalam kesehariannya memulung. Penemuan Malika berdasarkan berbagai informasi yang didapatkan tim polisi selama pencarian. Mengingat pergerakan mereka setelah keluar Jakarta juga berpindah-pindah dan tidur di dalam gerobak tersebut.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin menyampaikan, korban penculikan bernama Malika Anastasya (6) ditemukan dalam keadaan linglung dan letih di Ciledug, Tangerang, pada Senin (2/1) malam. Saat ini, Malika tengah menjalani pemulihan mental dan perawatan fisik di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Saat ditemukan, korban dalam kondisi yang sangat letih, sempat bingung karena banyak orang. Namun, setelah diingatkan akan ibunya, barulah korban tersadar dan minta untuk segera bisa pulang," ujar Komarudin kepada awak media, Selasa (3/1). 

Menurut Komarudin, korban ditemukan bersama pelaku penculikan bernama Iwan Sumarno alias Jacky alias Herman alias Yudi. Saat ini, penyidik masih mendalami motif sebenarnya pelaku melakukan tindak pidana penculikan. Apalagi, dalam memberikan keterangannya, pelaku Iwan selalu berkelit. Namun, pelaku mengaku nekat menculik Malika karena alasan sayang dan ingin menjaganya. 

"Mengaku dia hanya ingin menjaga Malika, kemudian dia sayang dengan Malika, sehingga ingin mengajak, ingin menemaninya dalam keseharian," kata Komarudin.

Kapusdokkes Polri Irjen dr Asep Hendradiana mengatakan, Malika diantar ke Rumah Sakit Polri oleh anggota dari Polres Jakarta Pusat. Pada saat masuk IGD, korban tampak lemah, tapi secara umum jika ditanya cukup kooperatif. Namun, hasil pemeriksaan, korban sempat mengalami tindak kekerasan. 

"Diperiksa di IGD, pasien dinyatakan memang sempat ada perlakuan seperti dipukul, seperti disampaikan penyidik. Tapi, secara umum dilakukan pemeriksaan, oleh dokter spesialis anak juga oleh dokter psikiater forensik dan pendampingan dan psikologi forensik," kata Asep Hendradiana.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat