
Keluarga
Ada Apa dengan Lato-Lato?
Lato-Lato tampak monoton, tetapi mampu latih sensorik motorik anak.
Dua bandul beradu menghasilkan suara, lato-lato kini viral dan banyak dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa. Meski tampaknya monoton, ternyata lato-lato mampu melatih sensorik dan motorik pada anak.
“Meskipun terkesan monoton karena hanya menggunakan dua bandul yang diikat tali pada sebuah tongkat, anak belajar mengendalikan gerakan di tangannya sendiri,” kata Psikolog Viera Adella, saat dihubungi Republika, Senin (2/1/2023).
Efektivitas dari lato-lato sangat bergantung pada cara anak diberi kesempatan dan tantangan untuk mengeksplorasi, serta diberi penjelasan atau bimbingan agar dapat mengembangkan keterampilannya. Selain itu, apakah anak diberi apresiasi ketika berhasil dan dimotivasi untuk mencoba kembali ketika gagal. Intinya, semua permainan menjadi efektif ketika fungsinya dipahami dan dirasakan oleh anak.
“Dibandingkan dengan gawai, lato-lato memberi sensasi atau pengalaman sensorik yang berbeda pada anak. Terutama, dalam melakukan gerakan-gerakan ritmis (berirama--Red), anak lebih dituntut mengintegrasikan serta mengoordinasikan penglihatan (visual) dan motoriknya,” ucap Viera.
View this post on Instagram
Sementara itu, jika bermain gadget saja, itu hanya sensasi visual yang terlihat besar dan hebat pada layar, sementara di dunia nyatanya hanya dilakukan dengan memencet tombol pada gadget. Jelas secara fisik, anak menjadi lebih aktif ketika bermain lato-lato.
“Satu lagi, bunyi-bunyian yang dikeluarkan saat membenturkan bandul, meski itu hal sederhana, menjadi sensasi auditori yang konkret dan alamiah,” kata psikolog Pulih at the Peak tersebut.
Bermain memang menjadi salah satu kunci bagi anak untuk belajar, berkembang, percaya diri, sejahtera, dan sehat secara mental (wellbeing). Variasi dalam permainan sangat penting untuk diperhatikan ketika ingin mengembangkan seluruh area perkembangan anak.
Menurut Vera, bentuk permainan anak ada yang bersifat terstruktur dan tidak terstruktur. Permainan terstruktur dilakukan dalam kondisi tertata dan waktunya pun diatur. Hal ini baik untuk membangun karakter disiplin dan patuh pada prosedur atau menunggu giliran.
Sementara permainan tidak terstruktur lebih memberi kesempatan pada anak mencoba hal-hal baru dengan cara bebas yang ia sukai. Hal ini baik untuk membangun kreativitas dan mental berani mencoba.
“Jika dikaitkan dengan fenomena lato-lato, hal ini bisa menjadi sesuatu yang baru bagi anak yang terbiasa dengan bermain gadget. Dan bagi anak yang sudah mencoba, akan tertarik untuk memodifikasi permainan sesuai dengan keinginannya,” kata dia.
Namun, perlu ditekankan pula efektivitas ini masih bersifat sementara, karena lato-lato merupakan hal yang fenomenal. Artinya, menjadi viral pada satu waktu, tetapi kemudian berkurang pada waktu berikutnya, kemudian berganti dengan fenomena lainnya.
Perspektif media sosial pun tidak bisa dimungkiri sangat memengaruhi masyarakat, karena kecepatan dalam membagi informasi dan mengekspresikan langsung ke publik. Dengan demikian, dampaknya belum dapat ditinjau secara mendalam dan lebih luas sehingga dapat dikatakan, fenomena ini bersifat sangat sementara.
Fenomena lato-lato bisa menjadi sesuatu yang baru bagi anak yang terbiasa dengan bermain gadget.VIERA ADELLA, Psikolog
Sejarah Deislamisasi Bahasa Indonesia
Proses latinisasi huruf pada dasarnya adalah proses deIslamisasi yang sejalan dengan politik asosiasi Belanda.
SELENGKAPNYAUpaya Menyelamatkan Muka Mahkamah Agung
Tingkat kepercayaan publik anjlok selepas penangkapan hakim agung.
SELENGKAPNYA